Beberapa hari yang lalu gue membaca kembali diary gue dari awal 2010 hingga terakhir gue nulis. Entah kenapa seneng aja, bagaikan menjelajah mesin waktu, menelusuri dan mengingat kembali apa saja yang telah terjadi selama 2010 ini.
Awal 2010 gue bagaikan dikasih kejutan yang indah, gue dinobatkan menjadi Juara Umum IPS se-angkatan kelas XI IPS.
Setelah itu gue sempet ikutan berbagai lomba, dari olim ekonomi, akuntansi, cerdas cermat UUD, cipta puisi, karya ilmiah. Waduh banyak banget tapi yang berhasil cuma 1, yaitu lomba cipta puisi yang diadain BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award). Meski begitu, gue seneng dan bersyukur karena lomba-lomba yang gue ikutin memberikan pengalaman dan pelajaran yang berbeda-beda dan bermakana buat gue.
2010 juga jadi tahun pertemuan atas rindu yang menggunung gue terhadap temen-temen SD gue. Di tahun ini, gue berhasil ketemu mereka, bahakan sampai 2 kali dalam setahun. Ini merupakan salah satu resolusi gue di 2010 yang tercapai.
2010 juga menyadarkan gue betapa indahnya memiliki saudara yang usianya sebaya.
2010 gue menemukan persahabatan dengan lawan jenis, suatu hal yang sangat gue impikan dari kapan tahu. Gue seneng bisa share sama dia, dan gue kangen dengan pertanyaan-pertanyaannya kaya “Lo kenapa fit?”, “Lo nggak papakan fit?”
Semoga kita bisa tetap bersahabat. Amien
Februari 2010 adalah 17 tahunnya gue, bukan 17 tahun yang manis sih, tapi gue bersyukur banget karena masih bisa melewatinya bersama orang-orang yang gue sayang.
Dan…hemmm 2010 ini adalah tahun yang panjang antara gue dan dia. Tahun ini punya berbagai cerita yang bagaikan siklus yang berulang. Mulai dari Januari-Februari yang terasa begitu indah bareng dia. Maret-Mei yang masih bisa berteman baik sama dia. Terus Awal Juni sampe pertengahan slek gara-gara hal sepele dan gue lupa kenapa bisa baikan. Temenan lagi dari pertengahan Juni-Agustus pertengahan. Terus slek lagi dari pertengahan Agustus-Oktober akhir, lalu baikan lagi dan temenan lagi sampe November pertengahan. Terus diem-dieman lagi. Terus abis ini gue nggak tahu akan bagaimana, yang jelas gue capek begini terus, tapi lucu juga kalau mengingatnya lagi. Ahahahha
Karena sebentar lagi (dalam hitungan jam) tutup tahun, mungkin kisah gue dan dia juga akan menutup dengan sendirinya. Entahlah
2010 mengajarkan gue untuk bisa memaafkan seseorang yang telah menyakiti perasaan gue, dan ternyata….nggak pernah ada sebuah kesalahan atau kerugian jikalau kita memaafkan orang lain, readers. Justru kita menjadi seseorang yang berjiwa besar. Melawan keegoisan dan melupakan sakit hati yang kita rasa dengan memaafkan orang tersebut menghadirkan hikmah tersendiri dalam hidup gue. Orang yang menyakiti gue itu..yang membohongi dan mengerjai gue itu..yang telah gue maafkan pada akhirnya menjadi orang yang begitu sering berbagi informasi kepada gue tentang try out USM STAN—sekolah yang pengen gue masukin setelah lulus SMA nanti—
So, kalau readers dalam keadaan sulit memaafkan seseorang. Yuk lawan keegoisan dan sakit hati. Kita maafkan orang itu dan percaya deh…ada hal indah yang akan terjadi di balik itu semua.
Terima kasih Tuhan untuk 2010 yang penuh kisah ini, tak perlu kusesali namun sangat kusyukuri. Terima kasih juga telah mempertemukanku dengannya.
Welcoming 2011, hello Rabbit (doubutsu no naka de usagi ga ichiban suki desu)
December 31, 2010
December 25, 2010
Impossible
Seandainya kita bisa bertukar, gue jadi lo, lo jadi gue.
Oh impossible. Lo cowok dan gue cewek.
Baiklah, bagaimana kalau kita bertukar tempat ?
Gue menjadi anak dari nyokap lo yang menginginkan anaknya menjadi jurnalis, karena gue pengen jadi jurnalis dan butuh dukungan dari orang tua gue. Lalu lo menjadi anaknya nyokap gue yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru karena lo pengen ambil pendidikan alias jadi gurukan?
Ahahahaha, awalnya gue nggak percaya dengan cerita nyokap gue tentang lo yang pengen jadi guru. Lo, sosok yang nggak pernah gue peduliin atas kehadiran lo di kelas, sosok yang membuat gue terlihat berada di sebelah pohon bambu jika berdiri di sebelah lo, sosok pemalas dan masa bodo. Sulit rasanya percaya dengan keinginan lo jadi guru.
Sementara nyokap lo mendukung lo jadi jurnalis, bertolak belakang banget dengan keadaan gue.
Lalu bagaimana ? Mau bertukar ? Impossible. Cuma itu jawabannya
Yang possible adalah percaya pada diri gue kalau banyak jalan menuju Roma, banyak jalan meraih cita-cita gue untuk jadi jurnalis, meski langkah awalnya bukan dalam waktu dekat ini, tapi gue percaya gue bisa. Gue bisa menahan sesuatu yang gue inginkan lalu pada saatnya nanti gue akan merebut kesempatan gue untuk dapat meraih apa yang gue inginkan…menjadi jurnalis…seperti si cantik Najwa Shihab ini
Atau dokter gigi yang pandai menyanyi ini…Tina Talisa
Dan kecil kemungkinan seperti si imut Prita Laura yang juga jago diving
atau si pemberani Grace Natalie
atau seprofesional Rosiana Silalahi
Aku ingin seperti mereka, Tuhan. Dengar doaku, ya
Jika tidak, semoga gue berjodoh dengan si cakep Tomtjok (Tommy Tjokro)
Atau si suara mantap Aiman Witjaksono
semogaa...
Oh impossible. Lo cowok dan gue cewek.
Baiklah, bagaimana kalau kita bertukar tempat ?
Gue menjadi anak dari nyokap lo yang menginginkan anaknya menjadi jurnalis, karena gue pengen jadi jurnalis dan butuh dukungan dari orang tua gue. Lalu lo menjadi anaknya nyokap gue yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru karena lo pengen ambil pendidikan alias jadi gurukan?
Ahahahaha, awalnya gue nggak percaya dengan cerita nyokap gue tentang lo yang pengen jadi guru. Lo, sosok yang nggak pernah gue peduliin atas kehadiran lo di kelas, sosok yang membuat gue terlihat berada di sebelah pohon bambu jika berdiri di sebelah lo, sosok pemalas dan masa bodo. Sulit rasanya percaya dengan keinginan lo jadi guru.
Sementara nyokap lo mendukung lo jadi jurnalis, bertolak belakang banget dengan keadaan gue.
Lalu bagaimana ? Mau bertukar ? Impossible. Cuma itu jawabannya
Yang possible adalah percaya pada diri gue kalau banyak jalan menuju Roma, banyak jalan meraih cita-cita gue untuk jadi jurnalis, meski langkah awalnya bukan dalam waktu dekat ini, tapi gue percaya gue bisa. Gue bisa menahan sesuatu yang gue inginkan lalu pada saatnya nanti gue akan merebut kesempatan gue untuk dapat meraih apa yang gue inginkan…menjadi jurnalis…seperti si cantik Najwa Shihab ini
Atau dokter gigi yang pandai menyanyi ini…Tina Talisa
Dan kecil kemungkinan seperti si imut Prita Laura yang juga jago diving
atau si pemberani Grace Natalie
atau seprofesional Rosiana Silalahi
Aku ingin seperti mereka, Tuhan. Dengar doaku, ya
Jika tidak, semoga gue berjodoh dengan si cakep Tomtjok (Tommy Tjokro)
Atau si suara mantap Aiman Witjaksono
semogaa...
December 24, 2010
IMO (Sinema Elektronik)
Astaga kenapa jadi begini ya?
Virus apa sih yang merasuki keluarga gue ?
Mereka jadi kecanduan…mereka jadi korban SINETRON.
Sinema Elektronik yang udah ada dari zaman kapan tau, yang ceritanya berkisar realita kehidupan sehari-hari, lalu kalau ratingnya tinggi akan dibuat berlapis-lapis episode, lalu ceritanya nggak akan habis karena selalu ada pemain baru yang ditambahkan di tengah episode. Iya itulah potret sinetron di era gue yang menginjak dewasa (cailah bahasa gue)
Sinetron yang telah berlapis episode dibuat sequelnya, jilid 2 lah, session ramadhan lah yang ceritanya…gue nggak tahu apa..karena gue nggak pernah nonton sinetron zaman sekarang.
Atau sinetron yang telah berlapis episodenya akhirnya tamat tapi ada sinetron baru yang pemain utamanya tidak lain tidak bukan adalah si pemeran utama sinetron sebelumnya, hanya saja dengan kisah yang berbeda tapi intinya sama, si tokoh itu teraniaya.
Dan yang paling gue benci adalah model cerita yang awalnya si tokoh telah mati karena kecelakaan lalu tiba-tiba di tengah episode si tokoh ternyata belum mati. Bukankah ini nggak mungkin, contoh ya : si A naik mobil yang ternyata di tengah jalan mobilnya meledak karena diletakkan bom di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu mungkinkah si A masih hidup? Kan imposibble banget, readers. Kalaupun masih badannya pasti tecerai berai, telinganya copotlah, kakinya patah, perutnya bolong. Tapi untuk sinetron yang pernah gue tahu si A ini hidup, seluruh tubuhnya masih utuh hanya saja si A lupa ingatan.
Ada juga sinetron yang dimana cowoknya itu rela menyelamatkan jepitan Rp. 1000an milik cewek pujaan hatinya, dengan resiko hampir ketiban semen. Ya sodara sodara, apakah ada yang mau melakukan hal yang sama dengan si cowok ini?
Ok, selain itu gue nggak suka dengan pemilihan pemain. Salah satu sinetron favorit bokap gue…Oh My Godness, bokap gue nonton sinetron..sejak kapan Ya Tuhan..gue shock dengan reaksi bokap gue memanggil “Rindu…rindu…mana Rindu? Ganti Rindu, lagi tegang, mau ketauan!” saat gue mengganti channel berita favorit gue.
Iya pemeran yang diidolakan bokap gue itu, kok tampangnya masih kaya anak SMP disuruh jadi pekerja kantoran yang lalu jadi tukang pecel,
Ada lagi….kalo yang ini idola nyokap gue. Tampangnya aja masih anak SMA (dan realitanya emang gitu) tapi perannya membuat dia harus memikirkan beban berat yang ditanggung orang lain dan kesedihan orang lain seolah kesalahannya. Ohhh anehnya readers.
Terus yang paling nggak catching di mata adalah sinetron yang zoom in satu-satu, nggak disorot seluruh badan. Itu membuat gue pusing ngeliatnya.
Dan semua orang di rumah gue…nyokap…bokap…MPC (adek gue yang cewek)…semuuanya begitu terhipnotis dengan sinema elektronik yang ada di 2 channel TV Swasta tersohor di negeri kita ini.
Fiuhhh…BT banget makanya kalau keluar kamar berkisar jam 7-10 malam, gue lebih memilih nonton berita setelah mandi (berkisar jam 5 sore sampe magrib) dan keluar lagi buat nonton acara jam 10 malem sejenis talkshow gitu, sementara jam nonton sinetronnya keluarga gue, gue pake buat dengerin radio di kamar sambil ber-sing a long.
Nggak pernah nonton sinetron kok tahu banyak tapinya ? haha iya, soalnya pas nyokap bokap gue nonton sinetron gue juga ada di situ terkadang, gue nggak nonton melainkan memperhatikan..mengkritik di setiap kejadian yang imposibble.
Dan gue nggak habis pikir dengan keluhan-keluhan yang disampaikan berkaitan dengan sinetron yang ditonton ortu gue itu.
Contoh ya :
Ortu : “Aduh kenapa si A nyamperin si B diakan mau dibunuh padahal. Bodoh banget sih”.
Gue : “Udah tahu bodoh, masih aja ditonton”
Gue nggak habis pikir, yaudahan aja nontonnya menurut gue.
Jadi gue nggak suka nonton sinetron? Lebih tepatnya sinetron zaman sekarang, karena sinetron yang sebenarnya berbalut realita kehisupan justru jadi imposibble dan berlebihan, semuanya seolah hanya mendongkrak popularitas si artis tanpa memperhatikan kualitas aktingnya. Ya meskipun ada beberapa artis yang kualitas aktingnya bagus kok. Selain itu semua tidak lain tidak bukan adalah tujuan komersil tapi padahal sih cerita yang kaya begitu (yang gue jelasin contoh-contohnya) nggak punya nilai jual menurut gue.
Ya tapi begitulah potret kehidupan dalam per-sinetron-an (apa coba), berlapis episode karena banyak ratingnya, banyak ratingnya karena banyak yang nonton, sementara yang nonton pasti menganggap sinetron adalah hiburan bukan menilai dari kualitasnya.
Hiburan, pengalih perhatian dari hiruk pikuk kekacauan yang ada di negeri ini.
Mungkin mereka lelah melihat—yang namanya saja—wakil rakyat, tetapi tidak sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan otoritas sang penguasa yang terus menaikkan harga kebutuhan pokok tanpa melirik lebih jauh kemampuan daya beli si rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan kebijakan-kebijakan baru yang dibuat pemerintah yang bagikan anget anget tahi ayam
Atau mungkin mereka lelah melihat sidang yang tak pernah usai terhadap orang yang sudah jelas menelan uang rakyat atau menyebabkan kekacauan dimana-mana.
Mungkin mereka menganggap sinema elektronik lebih baik dari itu semua, sinema elektronik adalah hiburan atas kejenuhan yang ada. Mungkin…entahlah
Virus apa sih yang merasuki keluarga gue ?
Mereka jadi kecanduan…mereka jadi korban SINETRON.
Sinema Elektronik yang udah ada dari zaman kapan tau, yang ceritanya berkisar realita kehidupan sehari-hari, lalu kalau ratingnya tinggi akan dibuat berlapis-lapis episode, lalu ceritanya nggak akan habis karena selalu ada pemain baru yang ditambahkan di tengah episode. Iya itulah potret sinetron di era gue yang menginjak dewasa (cailah bahasa gue)
Sinetron yang telah berlapis episode dibuat sequelnya, jilid 2 lah, session ramadhan lah yang ceritanya…gue nggak tahu apa..karena gue nggak pernah nonton sinetron zaman sekarang.
Atau sinetron yang telah berlapis episodenya akhirnya tamat tapi ada sinetron baru yang pemain utamanya tidak lain tidak bukan adalah si pemeran utama sinetron sebelumnya, hanya saja dengan kisah yang berbeda tapi intinya sama, si tokoh itu teraniaya.
Dan yang paling gue benci adalah model cerita yang awalnya si tokoh telah mati karena kecelakaan lalu tiba-tiba di tengah episode si tokoh ternyata belum mati. Bukankah ini nggak mungkin, contoh ya : si A naik mobil yang ternyata di tengah jalan mobilnya meledak karena diletakkan bom di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu mungkinkah si A masih hidup? Kan imposibble banget, readers. Kalaupun masih badannya pasti tecerai berai, telinganya copotlah, kakinya patah, perutnya bolong. Tapi untuk sinetron yang pernah gue tahu si A ini hidup, seluruh tubuhnya masih utuh hanya saja si A lupa ingatan.
Ada juga sinetron yang dimana cowoknya itu rela menyelamatkan jepitan Rp. 1000an milik cewek pujaan hatinya, dengan resiko hampir ketiban semen. Ya sodara sodara, apakah ada yang mau melakukan hal yang sama dengan si cowok ini?
Ok, selain itu gue nggak suka dengan pemilihan pemain. Salah satu sinetron favorit bokap gue…Oh My Godness, bokap gue nonton sinetron..sejak kapan Ya Tuhan..gue shock dengan reaksi bokap gue memanggil “Rindu…rindu…mana Rindu? Ganti Rindu, lagi tegang, mau ketauan!” saat gue mengganti channel berita favorit gue.
Iya pemeran yang diidolakan bokap gue itu, kok tampangnya masih kaya anak SMP disuruh jadi pekerja kantoran yang lalu jadi tukang pecel,
Ada lagi….kalo yang ini idola nyokap gue. Tampangnya aja masih anak SMA (dan realitanya emang gitu) tapi perannya membuat dia harus memikirkan beban berat yang ditanggung orang lain dan kesedihan orang lain seolah kesalahannya. Ohhh anehnya readers.
Terus yang paling nggak catching di mata adalah sinetron yang zoom in satu-satu, nggak disorot seluruh badan. Itu membuat gue pusing ngeliatnya.
Dan semua orang di rumah gue…nyokap…bokap…MPC (adek gue yang cewek)…semuuanya begitu terhipnotis dengan sinema elektronik yang ada di 2 channel TV Swasta tersohor di negeri kita ini.
Fiuhhh…BT banget makanya kalau keluar kamar berkisar jam 7-10 malam, gue lebih memilih nonton berita setelah mandi (berkisar jam 5 sore sampe magrib) dan keluar lagi buat nonton acara jam 10 malem sejenis talkshow gitu, sementara jam nonton sinetronnya keluarga gue, gue pake buat dengerin radio di kamar sambil ber-sing a long.
Nggak pernah nonton sinetron kok tahu banyak tapinya ? haha iya, soalnya pas nyokap bokap gue nonton sinetron gue juga ada di situ terkadang, gue nggak nonton melainkan memperhatikan..mengkritik di setiap kejadian yang imposibble.
Dan gue nggak habis pikir dengan keluhan-keluhan yang disampaikan berkaitan dengan sinetron yang ditonton ortu gue itu.
Contoh ya :
Ortu : “Aduh kenapa si A nyamperin si B diakan mau dibunuh padahal. Bodoh banget sih”.
Gue : “Udah tahu bodoh, masih aja ditonton”
Gue nggak habis pikir, yaudahan aja nontonnya menurut gue.
Jadi gue nggak suka nonton sinetron? Lebih tepatnya sinetron zaman sekarang, karena sinetron yang sebenarnya berbalut realita kehisupan justru jadi imposibble dan berlebihan, semuanya seolah hanya mendongkrak popularitas si artis tanpa memperhatikan kualitas aktingnya. Ya meskipun ada beberapa artis yang kualitas aktingnya bagus kok. Selain itu semua tidak lain tidak bukan adalah tujuan komersil tapi padahal sih cerita yang kaya begitu (yang gue jelasin contoh-contohnya) nggak punya nilai jual menurut gue.
Ya tapi begitulah potret kehidupan dalam per-sinetron-an (apa coba), berlapis episode karena banyak ratingnya, banyak ratingnya karena banyak yang nonton, sementara yang nonton pasti menganggap sinetron adalah hiburan bukan menilai dari kualitasnya.
Hiburan, pengalih perhatian dari hiruk pikuk kekacauan yang ada di negeri ini.
Mungkin mereka lelah melihat—yang namanya saja—wakil rakyat, tetapi tidak sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan otoritas sang penguasa yang terus menaikkan harga kebutuhan pokok tanpa melirik lebih jauh kemampuan daya beli si rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan kebijakan-kebijakan baru yang dibuat pemerintah yang bagikan anget anget tahi ayam
Atau mungkin mereka lelah melihat sidang yang tak pernah usai terhadap orang yang sudah jelas menelan uang rakyat atau menyebabkan kekacauan dimana-mana.
Mungkin mereka menganggap sinema elektronik lebih baik dari itu semua, sinema elektronik adalah hiburan atas kejenuhan yang ada. Mungkin…entahlah
December 20, 2010
TOEFL
Hari ini gue abis TOEFL (Test of English as a Foreign Language) di sekolah.
Jujur gue nggak siap dengan tes ini, gue ngerasa begitu cepat padahal gue baru akan mempersiapkan untuk mendalami buku TOEFL yang gue punya setelah semseteran ini, tapi ternyata nggak sampe seminggu pasca semesteran TOEFL inipun diadain.
Sebelumnya, gue ikutan workshop di hari Jumat. Di situ dijelasin trik-trik menebak
jawaban secara intelektual, juga strategi yang harus kita jalankan saat TOEFL.
Yang pertama lo harus pinter mencuri waktu, dan yang paling utama adalah mempersiapkan telinga lo. Yang terakhir ini rasanya sulit, yah tahu sendiri telinga gue tuh parah banget dalam mencerna pembicaraan dalam bahasa inggris, ditambah lagi metode belajar gue kan visual bukan audio jadi susah ngikutin tes di bagian listening, akhirnya gue memilih jawaban yang kira-kira kuping gue tangkep aja.
And yuou must know readers, gue mengkotak-kotakan jawaban? Hee? Jangan bingung, karena lembar jawaban yang umumnya bulat lalu harus dihitamkan, ini beda. Ini berbentuk kotak dan harus dihitamkan. Rasanya pegel banget. Asli berantakan juga itu gue menghitamkannya.
Setelah menjawab 50 soal listening, kita beranjak ke Section 2 : Structure and Written Expression. Ya selamat berpusing-pusing ria, menebak sesuka hati gue dan mengikuti instinct liar gue yang jarang banget hoki. 40 soal section 2 udah terjawab, lalu gue nggak tahu apakah sudah diizinkan untuk mengerjakan—section 3 : Reading Comprehension—atau belum. Guepun mulai membaca teks dengan trik yang udah diajarkan pada saat workshop, dengan santai memulai menjawab. Lalu lama sekali dan pengawas nggak memberikan instruksi untuk mengerjakan section 3 hingga tiba-tiba, si pengawas berkata “waktunya tinggal 15 menit lagi”. What?? SH*T. gue baru sampe nomor 22 dari 50 nomor dan dia bilang tinggal 15 menit lagi?
Gue kelimpungan. Jadi ternyata nggak ada instruksi untuk mengerjakan section 3? Jadi kita boleh ngerjain tanpa instruksi dari dia? Aduhh parah banget, apa tadi dia udah bilang dan gue telinga gue nggak berfungsi sebagaimana mestinya?
Gue ngebut..gue mulai mencari soal yang intinya menanyakan … wait…skip !!
Ada tragedy di rumah gue, tepatnya beberapa langkah dari tempat gue bersarang membuat postingan ini. Adek gue, si YDW, berumur 101 bulan, dia baru saja meninggalkan kotorannya di lantai yang jaraknya hanya beberapa langkah dari gue ini. KOTORANNYA saudara-saudara? Hasil olahan makanannya? Alias feses saudara-saudara, gila banget deh adek gue yang saking kebeletnya ini.
Ok back to the topic.
Gue mencari soal yang intinya menanyakan persamaan kata atau maksud.
Lalu gue mencoba menjawab soal lain dengan sekilas membaca teks yang panjangnya kaya rel kereta api.
Lalu si pengawas berkata lagi “Waktunya tinggal 5 menit lagi”. Argghh gue bergegas untuk berusaha menjawab, dan saat pengawas mengatakan “Waktu tinggal 2 menit lagi” sementara masih ada sekitar lebih dari 10 soal yang belum gue jawab, guepun menjawab asal. Mengkotak-kotakkan jawaban tanpa melihat lembar soal, atau sekedar melihat pilihan jawaban. Aduh pasrah aja deh gue, toh gue udah berusaha belajar semalemnya.
Jadi, total soal yang gue kerjakan berjumlah 140 soal dalam waktu 120 menit dengan duduk di kursi tanpa meja, melainkan memangku papan alas yang gue bawa dari rumah, mengkotak-kotakkan jawaban.
Just one word : PEGELLLL
Bahkan sampai gue melakukan posting ini, entah kenapa kaki gue masih tersa pegal dan sakit seluruh tubuh. Ck
Gue pesimis untuk hasil yang memuaskan, tapi gue berharap…berharap pada keajaiban ? …mungkin…entahlah
Jujur gue nggak siap dengan tes ini, gue ngerasa begitu cepat padahal gue baru akan mempersiapkan untuk mendalami buku TOEFL yang gue punya setelah semseteran ini, tapi ternyata nggak sampe seminggu pasca semesteran TOEFL inipun diadain.
Sebelumnya, gue ikutan workshop di hari Jumat. Di situ dijelasin trik-trik menebak
jawaban secara intelektual, juga strategi yang harus kita jalankan saat TOEFL.
Yang pertama lo harus pinter mencuri waktu, dan yang paling utama adalah mempersiapkan telinga lo. Yang terakhir ini rasanya sulit, yah tahu sendiri telinga gue tuh parah banget dalam mencerna pembicaraan dalam bahasa inggris, ditambah lagi metode belajar gue kan visual bukan audio jadi susah ngikutin tes di bagian listening, akhirnya gue memilih jawaban yang kira-kira kuping gue tangkep aja.
And yuou must know readers, gue mengkotak-kotakan jawaban? Hee? Jangan bingung, karena lembar jawaban yang umumnya bulat lalu harus dihitamkan, ini beda. Ini berbentuk kotak dan harus dihitamkan. Rasanya pegel banget. Asli berantakan juga itu gue menghitamkannya.
Setelah menjawab 50 soal listening, kita beranjak ke Section 2 : Structure and Written Expression. Ya selamat berpusing-pusing ria, menebak sesuka hati gue dan mengikuti instinct liar gue yang jarang banget hoki. 40 soal section 2 udah terjawab, lalu gue nggak tahu apakah sudah diizinkan untuk mengerjakan—section 3 : Reading Comprehension—atau belum. Guepun mulai membaca teks dengan trik yang udah diajarkan pada saat workshop, dengan santai memulai menjawab. Lalu lama sekali dan pengawas nggak memberikan instruksi untuk mengerjakan section 3 hingga tiba-tiba, si pengawas berkata “waktunya tinggal 15 menit lagi”. What?? SH*T. gue baru sampe nomor 22 dari 50 nomor dan dia bilang tinggal 15 menit lagi?
Gue kelimpungan. Jadi ternyata nggak ada instruksi untuk mengerjakan section 3? Jadi kita boleh ngerjain tanpa instruksi dari dia? Aduhh parah banget, apa tadi dia udah bilang dan gue telinga gue nggak berfungsi sebagaimana mestinya?
Gue ngebut..gue mulai mencari soal yang intinya menanyakan … wait…skip !!
Ada tragedy di rumah gue, tepatnya beberapa langkah dari tempat gue bersarang membuat postingan ini. Adek gue, si YDW, berumur 101 bulan, dia baru saja meninggalkan kotorannya di lantai yang jaraknya hanya beberapa langkah dari gue ini. KOTORANNYA saudara-saudara? Hasil olahan makanannya? Alias feses saudara-saudara, gila banget deh adek gue yang saking kebeletnya ini.
Ok back to the topic.
Gue mencari soal yang intinya menanyakan persamaan kata atau maksud.
Lalu gue mencoba menjawab soal lain dengan sekilas membaca teks yang panjangnya kaya rel kereta api.
Lalu si pengawas berkata lagi “Waktunya tinggal 5 menit lagi”. Argghh gue bergegas untuk berusaha menjawab, dan saat pengawas mengatakan “Waktu tinggal 2 menit lagi” sementara masih ada sekitar lebih dari 10 soal yang belum gue jawab, guepun menjawab asal. Mengkotak-kotakkan jawaban tanpa melihat lembar soal, atau sekedar melihat pilihan jawaban. Aduh pasrah aja deh gue, toh gue udah berusaha belajar semalemnya.
Jadi, total soal yang gue kerjakan berjumlah 140 soal dalam waktu 120 menit dengan duduk di kursi tanpa meja, melainkan memangku papan alas yang gue bawa dari rumah, mengkotak-kotakkan jawaban.
Just one word : PEGELLLL
Bahkan sampai gue melakukan posting ini, entah kenapa kaki gue masih tersa pegal dan sakit seluruh tubuh. Ck
Gue pesimis untuk hasil yang memuaskan, tapi gue berharap…berharap pada keajaiban ? …mungkin…entahlah
December 19, 2010
Tears
Kok gue baru tau ya kalo air mata itu lengket ?
Atau cuma air mata gue yg lengket ?
Kok gue melankolis sih ? Kenapa gak sanguinis atau plagmatis atau korelis ?
Kok gue gampang nangis sih, kan gue dikasih tau mana yg baik padahal ?
Kok air mata gak ada batasnya sih ?
Kenapa gak sampe umur 10 tahun aja orang bisa ngeluarin air mata, selebihnya nggak bisa gitu.
Kan gue malu udah hampir 18 tahun masih nangis .
Tapi gue tau jawabannya, karena air mata membasahi mata, supaya nggak kering mata kita (kalo salah betulin aja ya readers)
gue pengen pantai...angin pantai..debur ombak...gue pengen tidur di sana.
Gue nggak tidur semalem...masih ngantuk....capek...laper...diceramahin
pleaseee, skip sebentar dong !
Gue tahu apa yg Anda katakan semuanya penting dan baik buat gue, tapi pleaseee skip dulu dong, gue capek..ngantuk
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis,
gue mau skip untuk part yang menyakitkan ini
gue bisa kok . pasti gue bisa . bisa gue pasti .
Atau cuma air mata gue yg lengket ?
Kok gue melankolis sih ? Kenapa gak sanguinis atau plagmatis atau korelis ?
Kok gue gampang nangis sih, kan gue dikasih tau mana yg baik padahal ?
Kok air mata gak ada batasnya sih ?
Kenapa gak sampe umur 10 tahun aja orang bisa ngeluarin air mata, selebihnya nggak bisa gitu.
Kan gue malu udah hampir 18 tahun masih nangis .
Tapi gue tau jawabannya, karena air mata membasahi mata, supaya nggak kering mata kita (kalo salah betulin aja ya readers)
gue pengen pantai...angin pantai..debur ombak...gue pengen tidur di sana.
Gue nggak tidur semalem...masih ngantuk....capek...laper...diceramahin
pleaseee, skip sebentar dong !
Gue tahu apa yg Anda katakan semuanya penting dan baik buat gue, tapi pleaseee skip dulu dong, gue capek..ngantuk
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis,
gue mau skip untuk part yang menyakitkan ini
gue bisa kok . pasti gue bisa . bisa gue pasti .
Insomnia
Seinget gue, gue berangkat tidur pk 21.30 dan sampe 00.30 ini mata gue belum bisa terpejam .
Gue insomnia, gak mikirin siapapun.
9 channel radio favorit gue udah gue ubek2 nyari lagu yg pas buat pengantar tidur . Lagunya abis, gue masih terjaga
Gue memandangi sinar bulan yg begitu terang melalui atap kamar yg transparan, berharap bosen dan tertidur, tapi nggak . Gue tetap terjaga
Lalu gue inget kalo 11 hari lagi adalah 2011
Lalu gue meraih ponsel
Lalu ide menggelitik terlintas di pikiran gue, INBOX gue selama 2010 . Isinya apa aja ya? Ada berapa ? Siapa yg paling sering ngirimin short message service ke gue .
Dan ternyata ada 577 sms di 2010 sampe malem ini . Jumlah tersebut adalah jumlah sms terpilih karena gue paling hobi ngapus sms yg gue nilai kurang precious meskipun baru sampe tuh sms .
Gue senyam senyum sendiri baca sms bulan Februari, bulan kelahiran gue . Gue seneng banyak yg care sama gue, doa mereka baik2 .
Yg paling berkesan sms tanggal 28 Februari, sms terpanjang ; ditutup dgn 5 kata , hei sender, inget gak lo ?
Sms tgl 3 Juni juga berkesan . Ada yg ngucapin 'makasih' ke gue karena udah nemenin smsan seharian.
Fiuhh, semoga abis blogging bisa tidur gue
Gue insomnia, gak mikirin siapapun.
9 channel radio favorit gue udah gue ubek2 nyari lagu yg pas buat pengantar tidur . Lagunya abis, gue masih terjaga
Gue memandangi sinar bulan yg begitu terang melalui atap kamar yg transparan, berharap bosen dan tertidur, tapi nggak . Gue tetap terjaga
Lalu gue inget kalo 11 hari lagi adalah 2011
Lalu gue meraih ponsel
Lalu ide menggelitik terlintas di pikiran gue, INBOX gue selama 2010 . Isinya apa aja ya? Ada berapa ? Siapa yg paling sering ngirimin short message service ke gue .
Dan ternyata ada 577 sms di 2010 sampe malem ini . Jumlah tersebut adalah jumlah sms terpilih karena gue paling hobi ngapus sms yg gue nilai kurang precious meskipun baru sampe tuh sms .
Gue senyam senyum sendiri baca sms bulan Februari, bulan kelahiran gue . Gue seneng banyak yg care sama gue, doa mereka baik2 .
Yg paling berkesan sms tanggal 28 Februari, sms terpanjang ; ditutup dgn 5 kata , hei sender, inget gak lo ?
Sms tgl 3 Juni juga berkesan . Ada yg ngucapin 'makasih' ke gue karena udah nemenin smsan seharian.
Fiuhh, semoga abis blogging bisa tidur gue
Labels:
best moment,
daily,
dear,
personal,
random
December 14, 2010
Ketika Kau Menyapa
Waits, readers . ini bukan lirik lagu “Ketika Kau Menyapa” Soulful Corp. (iya bukan sih dia penyanyinya)
Tapi ini cerita fresh from the oven…hahaha
Semalem, setelah postingan gila-gilaan yang tentunya dibarengi online facebook, ada suatu peristiwa yang menyenangkan buat gue.
Gue disapa oleh…Si Pembentang Jarak
Readers yang mungkin pernah baca tentang siapa si pembentang jarak pasti tahu ceritanya, dia masih sama. Jutek sama gue, cuek, singkat kalo ngomong tapi baik dan jago computer.
Welll, si pembentang jarak itu ngechat gue duluan, bilang… “fit”
Aduh sumpah ya seneng banget, dia duluan gitu yang ngechat, dan setelah gue tarik kesimpulan dari obrolan di chat
Intinya adalah..menyedihkan . intinya dia cuma mau pamer karena nilai UAS TIK (Teknologi Informasi & Komputer) nya lebih tinggi dari gue, yaitu 92,5 sementara gue cuma dapet 87,5.
Well gue sih nggak berkecil hati karena emang dia selalu dapet nilai bagus di TIK dan dia emang jagonya TIK, keliatan banget kok dari pas kita sempet sekelas di XI IPS 2 dan kelihaian jemari tangannya memperlakukan laptop, notebook dan sejenisnya.
Obrolan selanjutnya adalah gue yang memulai bertanya ini itu, mulai dari mau masuk univ mana, ambil apa, udah buat tugas senbud belum. Semuanya gue, karena kalau nggak, pasti off aja tuh chat-chatan kita yang menurut ingatan gue baru pertama kalinya
Then gue minta tolong sama dia, yahh untuk hal yang 1 ini gue akan selalu jujur kalu gue gagap di depan kompi. Gue selalu membayangkan kompi bakalan meledak kalu rada-rada ngehang (bener gak sih tulisannya).
What could he does for me ? lihat aja fasilitas view gue yang di samping kiri, yang kecil kaya upil. Itu dia yang bantu buatin, karena gue bingung copy html nya.
Kecil kaya upil ya? Yah maklum pilihannya dia, bukan gue . gpp deh yang penting ada dan semoga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Terusss tadi pas input data di sekolah, gue ketemu dia, tetep aja kaya orang nggak kenal, cuek-cuekan. Pengen bilang makasih sih tapi gue nggak mau denger ocehan anak-anak lain yang berprasangka beda.
Makasih ya, si pembentang jarak yang telah menyapa dan membantu
Tapi ini cerita fresh from the oven…hahaha
Semalem, setelah postingan gila-gilaan yang tentunya dibarengi online facebook, ada suatu peristiwa yang menyenangkan buat gue.
Gue disapa oleh…Si Pembentang Jarak
Readers yang mungkin pernah baca tentang siapa si pembentang jarak pasti tahu ceritanya, dia masih sama. Jutek sama gue, cuek, singkat kalo ngomong tapi baik dan jago computer.
Welll, si pembentang jarak itu ngechat gue duluan, bilang… “fit”
Aduh sumpah ya seneng banget, dia duluan gitu yang ngechat, dan setelah gue tarik kesimpulan dari obrolan di chat
Intinya adalah..menyedihkan . intinya dia cuma mau pamer karena nilai UAS TIK (Teknologi Informasi & Komputer) nya lebih tinggi dari gue, yaitu 92,5 sementara gue cuma dapet 87,5.
Well gue sih nggak berkecil hati karena emang dia selalu dapet nilai bagus di TIK dan dia emang jagonya TIK, keliatan banget kok dari pas kita sempet sekelas di XI IPS 2 dan kelihaian jemari tangannya memperlakukan laptop, notebook dan sejenisnya.
Obrolan selanjutnya adalah gue yang memulai bertanya ini itu, mulai dari mau masuk univ mana, ambil apa, udah buat tugas senbud belum. Semuanya gue, karena kalau nggak, pasti off aja tuh chat-chatan kita yang menurut ingatan gue baru pertama kalinya
Then gue minta tolong sama dia, yahh untuk hal yang 1 ini gue akan selalu jujur kalu gue gagap di depan kompi. Gue selalu membayangkan kompi bakalan meledak kalu rada-rada ngehang (bener gak sih tulisannya).
What could he does for me ? lihat aja fasilitas view gue yang di samping kiri, yang kecil kaya upil. Itu dia yang bantu buatin, karena gue bingung copy html nya.
Kecil kaya upil ya? Yah maklum pilihannya dia, bukan gue . gpp deh yang penting ada dan semoga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Terusss tadi pas input data di sekolah, gue ketemu dia, tetep aja kaya orang nggak kenal, cuek-cuekan. Pengen bilang makasih sih tapi gue nggak mau denger ocehan anak-anak lain yang berprasangka beda.
Makasih ya, si pembentang jarak yang telah menyapa dan membantu
Pembunuh Waktu Tidur Siang
Gue nggak pernah bisa menolak dengan orang yang satu ini
Apapun hal yang nggak mau gue korbankan ke orang lain dengan sangat rela gue korbankan begitu aja demi orang ini
Terlalu lama rasa yang gue pendam ke orang ini, 3 tahun readers . gue menyukai orang ini selama 3 tahun, hingga akhirnya gue bisa melepasnya begitu aja karena kehadiran orang lain yang lebih baik dari dia.
Demi apa orang lain itu masih lebih baik dari orang ini sampai detik ini.
Lalu seperti serpihan debu yang masih menyisa di perapian, meski telah dibersihkan debu itu hadir kembali. Serpihan rasa yang nggak tahu apa namanya, yang membuat gue mengorbankan waktu, pulsa, pikiran untuk orang ini.
Dan dengan lebih dari 5 kali orang ini ngajakin gue ketemuan, guepun memenuhinya.
Alasan utama menghibur hati gue untuk dapat melupakan orang lain
Alasan ke-2 orang ini mau traktir gue nonton
Alasan ke-3…entahlah. Gue seperti berjalan begitu aja, tanpa mengikuti hati dan pikiran gue, apa yang sebenarnya gue inginkan dari orang ini.
Dua kali dia menggangu waktu tidur siang gue yang begitu precious, mengapa begitu ?
Karena kalau sekolah seperti biasa gue nggak bisa tidur siang, jadi selagi gue punya waktu tidur siang, itulah kenikmatan gue.
Gue akhirnya ketemu dengan dia, dengan orang ini…yang sekitar 2 tahun lebih nggak gue lihat batang hidungnya.
Orang ini..yang dengan kejayusannya…ke-soklucu-annya…ke-care-annya..ke-buaya daratannya mampu meluluhkan gue untuk keluar rumah.
Gue diminta naik ke atas motornya yang begitu tinggi, orang ini nggak jawab mau kemana tujuan kita, dia terus melaju dengan motornya, dengan kegilaannya, seolah ingin memamerkan kemampuan naik motornya dengan kecepatan tinggi. Sumpah gue bisa aja jatuh kalo nggak membuat pertahanan sendiri, yang jelas gue nggak mau menyentuh orang ini. Demi apapun gue nggak mau menyetuh orang ini
Seperti dibawa kabur entah kemana, orang ini gila-gilaan membawa motornya tanpa tujuan, membuat rambut gue bagaikan terkena bencana.
Gue benci banget dengan keadaan ini. Parahnya orang ini ngajak gue ke rumah temen kami, anggap aja temen gue yang rumahnya pengen dikunjungi itu adalah si Gandhi.
Oke, Gandhi itu sering banget dicomblang-comblangin sama gue.
Lo bayangin dong readers, gimana perasaan gue . meski gue dan si Gandhi cuma punya perasaan saling berteman tapikan tetep aja nyebelin keadaan ini
Lagipula janji si orang ini..pengen ngobrol-ngobrol, bukan ke rumah Gandhi. Terus apa yang gue dapetin, keliling-keliling nggak jelas, ngebunuh waktu tidur siang gue.
Gue nyesel, lebih baik gue tidur pasalnya semalem gue baru tidur jam 12an, dan bangun jam 6.
Sekarang, gue nggak akan mau lagi ngorbanin waktu, pulsa, pikiran gue buat hal yang nggak penting berkenaan dengan orang ini. Bodo amat orang ini pernah jadi orang yang gue suka berapa tahunpun, yang jelas gue benci.
Apapun hal yang nggak mau gue korbankan ke orang lain dengan sangat rela gue korbankan begitu aja demi orang ini
Terlalu lama rasa yang gue pendam ke orang ini, 3 tahun readers . gue menyukai orang ini selama 3 tahun, hingga akhirnya gue bisa melepasnya begitu aja karena kehadiran orang lain yang lebih baik dari dia.
Demi apa orang lain itu masih lebih baik dari orang ini sampai detik ini.
Lalu seperti serpihan debu yang masih menyisa di perapian, meski telah dibersihkan debu itu hadir kembali. Serpihan rasa yang nggak tahu apa namanya, yang membuat gue mengorbankan waktu, pulsa, pikiran untuk orang ini.
Dan dengan lebih dari 5 kali orang ini ngajakin gue ketemuan, guepun memenuhinya.
Alasan utama menghibur hati gue untuk dapat melupakan orang lain
Alasan ke-2 orang ini mau traktir gue nonton
Alasan ke-3…entahlah. Gue seperti berjalan begitu aja, tanpa mengikuti hati dan pikiran gue, apa yang sebenarnya gue inginkan dari orang ini.
Dua kali dia menggangu waktu tidur siang gue yang begitu precious, mengapa begitu ?
Karena kalau sekolah seperti biasa gue nggak bisa tidur siang, jadi selagi gue punya waktu tidur siang, itulah kenikmatan gue.
Gue akhirnya ketemu dengan dia, dengan orang ini…yang sekitar 2 tahun lebih nggak gue lihat batang hidungnya.
Orang ini..yang dengan kejayusannya…ke-soklucu-annya…ke-care-annya..ke-buaya daratannya mampu meluluhkan gue untuk keluar rumah.
Gue diminta naik ke atas motornya yang begitu tinggi, orang ini nggak jawab mau kemana tujuan kita, dia terus melaju dengan motornya, dengan kegilaannya, seolah ingin memamerkan kemampuan naik motornya dengan kecepatan tinggi. Sumpah gue bisa aja jatuh kalo nggak membuat pertahanan sendiri, yang jelas gue nggak mau menyentuh orang ini. Demi apapun gue nggak mau menyetuh orang ini
Seperti dibawa kabur entah kemana, orang ini gila-gilaan membawa motornya tanpa tujuan, membuat rambut gue bagaikan terkena bencana.
Gue benci banget dengan keadaan ini. Parahnya orang ini ngajak gue ke rumah temen kami, anggap aja temen gue yang rumahnya pengen dikunjungi itu adalah si Gandhi.
Oke, Gandhi itu sering banget dicomblang-comblangin sama gue.
Lo bayangin dong readers, gimana perasaan gue . meski gue dan si Gandhi cuma punya perasaan saling berteman tapikan tetep aja nyebelin keadaan ini
Lagipula janji si orang ini..pengen ngobrol-ngobrol, bukan ke rumah Gandhi. Terus apa yang gue dapetin, keliling-keliling nggak jelas, ngebunuh waktu tidur siang gue.
Gue nyesel, lebih baik gue tidur pasalnya semalem gue baru tidur jam 12an, dan bangun jam 6.
Sekarang, gue nggak akan mau lagi ngorbanin waktu, pulsa, pikiran gue buat hal yang nggak penting berkenaan dengan orang ini. Bodo amat orang ini pernah jadi orang yang gue suka berapa tahunpun, yang jelas gue benci.
Mungkin Karena Tuhan...
tulisan ini tercipta di ponsel pada 5 Desember saat mata tak bisa terpejam
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu fokus merancang masa depan
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menjauhkan kita dari hal yang mungkin akan menuju ke
arah yang buruk
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu membuka mata, melihat dunia lebih luas
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku mengeksplor segala hal yang lebih penting dari kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menunjukkan ada yang lebih baik dari aku untukmu dan
lebih baik dari kamu untukku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku belajar menghargai orang yang menyayangiku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menyelipkan kisah ini dalam perjalanan hidupku dan hidupmu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan telah menyiapkan kado terindah untuk aku dan kamu setelah ini
Karena Dia telah menuliskan semua ini sebelum kita bertemu
Karena Dia sering menggunakan cara yang tak kita sukai untuk menuntun kita ke arah yang lebih baik tentunya
Karena Dia menyayangi aku dan kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu fokus merancang masa depan
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menjauhkan kita dari hal yang mungkin akan menuju ke
arah yang buruk
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu membuka mata, melihat dunia lebih luas
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku mengeksplor segala hal yang lebih penting dari kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menunjukkan ada yang lebih baik dari aku untukmu dan
lebih baik dari kamu untukku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku belajar menghargai orang yang menyayangiku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menyelipkan kisah ini dalam perjalanan hidupku dan hidupmu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan telah menyiapkan kado terindah untuk aku dan kamu setelah ini
Karena Dia telah menuliskan semua ini sebelum kita bertemu
Karena Dia sering menggunakan cara yang tak kita sukai untuk menuntun kita ke arah yang lebih baik tentunya
Karena Dia menyayangi aku dan kamu
Baiknya
kehilangan dirimu menyakitkan nurani
separuh nyawa terbawa
menyisakan perih di hatiku
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya setiap kerinduan yang merajam
tak ku ratapi penuh penyesalan
ku hanya terus berharap
ini bukan kenyataan
kau pergi tinggalkan dunia fana
akhiri kisah asmara kita berdua
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya ku lepaskan segala kepedihan
tuk merelakanmu
mengapa semua ini terjadi
betapa ku mencintai dirimu
ku tak kuasa menahan kesedihan
yang begitu dalam
separuh nyawa terbawa
menyisakan perih di hatiku
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya setiap kerinduan yang merajam
tak ku ratapi penuh penyesalan
ku hanya terus berharap
ini bukan kenyataan
kau pergi tinggalkan dunia fana
akhiri kisah asmara kita berdua
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya ku lepaskan segala kepedihan
tuk merelakanmu
mengapa semua ini terjadi
betapa ku mencintai dirimu
ku tak kuasa menahan kesedihan
yang begitu dalam
Hei, Sang Mediator
Pernah terpikir nggak kenapa kita bisa jadi sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak sejak kapan kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kenapa baru sekarang kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak apa yang membuat kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kita saling care karena kita saling sayang ?
Pernah dengar nggak apa kata orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak apa yang dipikirkan orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak kata orang ada garis kesamaan di wajah kita ?
Pernah dengar nggak kata orang kita pacaran ya ?
Pernah dengar nggak kata orang kita seperti udah saling kenal lama ?
Hei, pencapaian gue yang nggak jadi gue coret, tetaplah seperti ini
Tetaplah menjadi pendengar yang baik
Tetaplah menjadi penyemangat
Tetaplah bercerita
Berhentilah menjadi mediator
Dan tetaplah jadi sahabat gue
Pernah terpikir nggak sejak kapan kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kenapa baru sekarang kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak apa yang membuat kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kita saling care karena kita saling sayang ?
Pernah dengar nggak apa kata orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak apa yang dipikirkan orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak kata orang ada garis kesamaan di wajah kita ?
Pernah dengar nggak kata orang kita pacaran ya ?
Pernah dengar nggak kata orang kita seperti udah saling kenal lama ?
Hei, pencapaian gue yang nggak jadi gue coret, tetaplah seperti ini
Tetaplah menjadi pendengar yang baik
Tetaplah menjadi penyemangat
Tetaplah bercerita
Berhentilah menjadi mediator
Dan tetaplah jadi sahabat gue
Already Over - Red
You never go
You're always here
(suffocating me)
Under my skin
I cannot run away
Fading slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
My best defense,
running from you
(cost me everything)
I can't resist,
take all you want from me
Breaking slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
You're all I'm reaching for
It's already over
All I'm reaching for!
It's already over now
I'd give it all to you
I offer up my soul
It's already over,
already over now!
Give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again!
I know it's already over now!
It's already over now!
I know it's already over,
already over
You're always here
(suffocating me)
Under my skin
I cannot run away
Fading slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
My best defense,
running from you
(cost me everything)
I can't resist,
take all you want from me
Breaking slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
You're all I'm reaching for
It's already over
All I'm reaching for!
It's already over now
I'd give it all to you
I offer up my soul
It's already over,
already over now!
Give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again!
I know it's already over now!
It's already over now!
I know it's already over,
already over
Potret dalam Kereta
Udara Kamis pagi 25 November itu serasa menusuk tulang tapi tak mengurungkan niatku ke Stasiun Serpong, menumpang kereta menuju Palmerah.
Kali itu adalah kali ke-2 aku naik kereta setelah hampir lebih dari 10 tahun tidak naik.
Pemandangan di sana begitu baru bagi mataku.
Anak berseragam yang berbincang dengan petugas di depan gerbong salah satu kereta membuat otakkku berpikir dan menggumam dalam hati “Dimana sekolah anak ini?”, “Jam berapa ia seharusnya berangkat ?” , “Mengapa masih di sini?”, “Untuk apa di sini?”
Lalu mataku menangkap seorang lelaki setengah baya terduduk sambil menyeret tubuhnya untuk berpindah ke tempat lain (ngesot). Ke-2 kakinya nampak begitu kecil dan lumpuh. Pemandangan itu berakhir, namun lebih memilukan ketika kujumpai pemandangan baru di dalam gerbong.
Seorang petugas kereta yang sedang membaca koran menggunakan kaus kaki hitam dan sandal jepit lusuh menunggu seoarang anak usia sekolah yang dengan lihai menyemir sepatu si petugas. Ini potret dalam kereta.
Mataku menemukan kembali lelaki setengah baya yang lumpuh berada di dalam gerbong yang kunaiki, tepatnya di pojok. Tatapan iba yang sedari awal kusembunyikan telah berubah berang, benci dan mencerca di dalam hati ketika kudapati dia sedang menghisap sebatang rokok. Sesekali dia beringsut sambil menyodorkan kantong yang entah higienis tidaknya, mengharap ada yang tersentuh hatinya memberikan koin atau bahkan kertas bernama uang. Ini potret dalam kereta.
Pemandangan lain adalah masih anak usia sekolah yang menyapu gerbong sambil mengharap belas kasihan.
Lalu puluhan pedagang mondar-mandir menawarkan aneka dagangannya di dalam gerbong dengan harga yang relatif miring. Tapi semuanya acuh…acuh dengan keberadaan mereka si peminta, pengamen, pedagang. Semuanya sibuk dengan urusan mereka. Ya, hingga mataku tertuju pada seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang sibuk memperhatikan layar ponselnya dengan seksama, lupa dengan keadaan sekitar. Seketika pikiranku menerawang, menarik kesimpulan, membuat hipotesa sendiri yang entah kamu mau setuju atau tidak
“Pantas saja banyak kriminalitas yang dilakukan mereka—kaum peminta dan sejenisnya, yang dipandang sebelah mata. Mungkin si malang jenuh…jenuh dengan acuhnya mereka—kaum yang lebih beruntung, jenuh dengan kerasnya hati si beruntung, jenuh dengan butanya mata si beruntung melihat potret dalam kereta yang sering dijumpai, jenuh dengan tawanya si beruntung yang masih dapat memamerkan gadget mahal, tak mau merogoh sedikitpun untuk si malang yang mengharap sesuap nasi”
Yang ini mungkin pemandangannya lebih baik, juga enak didengar di telingaku. Seorang wanita karir dengan rekannya memperbincangkan Gayus. Seorang ibu, seorang pekerja, seorang warga negara Indonesia yang mengemukakan pendapatnya, mengemukakan kecewaannya atas pajak yang sering dia bayar dan ironisnya mengalir ke tangan Gayus. Sosok yang mungkin telah dibenci oleh setengah dari jumlah penduduk Indonesiaku ini, sosok yang benci kulihat tawanya di TV atas apa yang telah ia lakukan. Sosok yang kini menghilangkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, sosok yang semakin membuat si malang jauh menggapai kehidupan bahagia dan layak yang didambakan setiap orang.
Kereta berhenti di stasiun entah apa namanya, keadaan penuh sesak di gerbong yang kutumpangi , yang pasti ada penumpang lain yang naik atau turun. Aku mendengar suara tongkat diketuk-ketukan perlahan, seolah tongkat itulah yang berjalan.
Kamu benar, dia yang datang…yang membawa suara tongkat itu…dia tunanetra.
Seorang ibu berbaju dan berkerudung merah muda menyala mendekap anaknya, entah kemana tujuannya.
Lalu kini telingaku yang lagi-lagi menangkap suara…alunan nyanyian qasidahan menggema dari gerbong lain yang kian lama terdengar jelas dan memasuki gerbong dimana aku berada. Ini potret dalam kereta
Tak lama berselang, telingaku kembali menangkap alunan nyanyian yang memekakan telinga. Nyanyian kepedihan seorang anak dengan lagu dangdut genre dewasa. Alunan kasetkah itu? Lalu sama halnya dengan suara qasidahan yang semakin terdengar jelas yang menandakan si pemilik suara semakin dekat dengan keberadaanku.
Aku mendapat jawabnya, bukan alunan kaset…itu suara asli…suara anak lelaki yang memegang microphone dan bernyanyi, suaranya penuh penjelasan atas lelahnya mereka menjalani hidup mereka. Ini potret dalam kereta
***
Kami menunggu kereta menuju Stasiun Serpong di Stasiun Palmerah. Sungguh aku tak mampu menahan aroma tak sedap sepanjang menungggu yang melelahkan. Kami berbincang. Mengomentari “Sistem molor Indonesia”, ada yang menebar janji—entah siapa—yang bilang akan meneruskan pembangunan Indonesia dengan baik, tidak akan melupakan rakyat dan memperbaiki “Menara Kegagalan” yang terbentang di sepanjang jalan, yang jika bisa ke luar negeri tidak akan menetap di sana melainkan akan kembali dan membangun Indonesia mereka tercinta.
Aku hanya mendengar mereka, mengingat baik-baik perkataan mereka, bersiap menyinggahi rumah mereka jika lupa dengan janji mereka.
Aku tidak berani janji apapun, karena janji yang kupegang selama 10 tahun nyatanya dapat kuingkari begitu saja.
Hingga beberapa detik kemudian, aku menyadari seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang kami temui saat berangkat telah duduk di samping salah satu temanku. Sungguh jodoh bisa bertemu kembali dengan orang yang karena sikapnya bisa membuatku berhipotesa.
***
Brak..brak..brak . suara keranjang berisi buah anggur dibanting begitu saja,adapula buah pear hijau yang menggiurkan. Kita masih di kereta, kawan . ini potret dalam kereta.
Seorang pemuda membungkusi anggur dan pear berharap sesudahnya ada yang tertarik untuk membeli. Terus terang aku hanya tertarik untuk mengetahui berapa harganya.
Seorang pemuda itu asik mengguntingi tangkai anggur dalam posisi berjongkok, dimana di hadapannya, duduk manis seorang gadis Sekolah Menengah Atas dengan posisi duduknya yang akan dapat nilai E dalam pelajaran budi pekerti. Ini potret dalam kereta.
Ada pedagang boneka ukuran besar yang pada umumnya kutemui di kebun bintang
Keadaan di dalam gerbong yang kutumpangi saat pulang itu tidak sesesak saat berangkat. Pemandangannya masih sama, si penumpang si peminta, si pedagang, si malang.
Mataku menangkap seorang pria setengah baya tunanetra yang mengalungkan alat—sejenis soundsystem yang di dalamnya mengalun musik dan dia bernyanyi , tangan kanannya membawa sebuah tongkat, dan di bahunya terdapat tangan seorang wanita--berbaju dan kerudung merah muda menyala mendekap anaknya--yang memegang penuh kepercayaan. Kamu benar, wanita itu adalah yang kutemui di saat berangkat, yang awalnya penumpang. Sepasang tunanetra. Ini potret dalam kereta
Ini potret dalam kereta yang membuatku menarik kesimpulan
Ini potret dalam kereta yang membuatku harus lebih mensyukuri hidupku
Ini potret dalam kereta yang membuatku seharusnya tidak membuang waktu hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sayang
Ini potret dalam kereta yang membuatku ingin lebih giat belajar, menggapai cita-citaku dan tidak menjadi seperti mereka
Ini potret dalam kereta yang semoga bisa mengingatkanku pada mereka jika aku meraih cita-citaku nanti.
Kali itu adalah kali ke-2 aku naik kereta setelah hampir lebih dari 10 tahun tidak naik.
Pemandangan di sana begitu baru bagi mataku.
Anak berseragam yang berbincang dengan petugas di depan gerbong salah satu kereta membuat otakkku berpikir dan menggumam dalam hati “Dimana sekolah anak ini?”, “Jam berapa ia seharusnya berangkat ?” , “Mengapa masih di sini?”, “Untuk apa di sini?”
Lalu mataku menangkap seorang lelaki setengah baya terduduk sambil menyeret tubuhnya untuk berpindah ke tempat lain (ngesot). Ke-2 kakinya nampak begitu kecil dan lumpuh. Pemandangan itu berakhir, namun lebih memilukan ketika kujumpai pemandangan baru di dalam gerbong.
Seorang petugas kereta yang sedang membaca koran menggunakan kaus kaki hitam dan sandal jepit lusuh menunggu seoarang anak usia sekolah yang dengan lihai menyemir sepatu si petugas. Ini potret dalam kereta.
Mataku menemukan kembali lelaki setengah baya yang lumpuh berada di dalam gerbong yang kunaiki, tepatnya di pojok. Tatapan iba yang sedari awal kusembunyikan telah berubah berang, benci dan mencerca di dalam hati ketika kudapati dia sedang menghisap sebatang rokok. Sesekali dia beringsut sambil menyodorkan kantong yang entah higienis tidaknya, mengharap ada yang tersentuh hatinya memberikan koin atau bahkan kertas bernama uang. Ini potret dalam kereta.
Pemandangan lain adalah masih anak usia sekolah yang menyapu gerbong sambil mengharap belas kasihan.
Lalu puluhan pedagang mondar-mandir menawarkan aneka dagangannya di dalam gerbong dengan harga yang relatif miring. Tapi semuanya acuh…acuh dengan keberadaan mereka si peminta, pengamen, pedagang. Semuanya sibuk dengan urusan mereka. Ya, hingga mataku tertuju pada seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang sibuk memperhatikan layar ponselnya dengan seksama, lupa dengan keadaan sekitar. Seketika pikiranku menerawang, menarik kesimpulan, membuat hipotesa sendiri yang entah kamu mau setuju atau tidak
“Pantas saja banyak kriminalitas yang dilakukan mereka—kaum peminta dan sejenisnya, yang dipandang sebelah mata. Mungkin si malang jenuh…jenuh dengan acuhnya mereka—kaum yang lebih beruntung, jenuh dengan kerasnya hati si beruntung, jenuh dengan butanya mata si beruntung melihat potret dalam kereta yang sering dijumpai, jenuh dengan tawanya si beruntung yang masih dapat memamerkan gadget mahal, tak mau merogoh sedikitpun untuk si malang yang mengharap sesuap nasi”
Yang ini mungkin pemandangannya lebih baik, juga enak didengar di telingaku. Seorang wanita karir dengan rekannya memperbincangkan Gayus. Seorang ibu, seorang pekerja, seorang warga negara Indonesia yang mengemukakan pendapatnya, mengemukakan kecewaannya atas pajak yang sering dia bayar dan ironisnya mengalir ke tangan Gayus. Sosok yang mungkin telah dibenci oleh setengah dari jumlah penduduk Indonesiaku ini, sosok yang benci kulihat tawanya di TV atas apa yang telah ia lakukan. Sosok yang kini menghilangkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, sosok yang semakin membuat si malang jauh menggapai kehidupan bahagia dan layak yang didambakan setiap orang.
Kereta berhenti di stasiun entah apa namanya, keadaan penuh sesak di gerbong yang kutumpangi , yang pasti ada penumpang lain yang naik atau turun. Aku mendengar suara tongkat diketuk-ketukan perlahan, seolah tongkat itulah yang berjalan.
Kamu benar, dia yang datang…yang membawa suara tongkat itu…dia tunanetra.
Seorang ibu berbaju dan berkerudung merah muda menyala mendekap anaknya, entah kemana tujuannya.
Lalu kini telingaku yang lagi-lagi menangkap suara…alunan nyanyian qasidahan menggema dari gerbong lain yang kian lama terdengar jelas dan memasuki gerbong dimana aku berada. Ini potret dalam kereta
Tak lama berselang, telingaku kembali menangkap alunan nyanyian yang memekakan telinga. Nyanyian kepedihan seorang anak dengan lagu dangdut genre dewasa. Alunan kasetkah itu? Lalu sama halnya dengan suara qasidahan yang semakin terdengar jelas yang menandakan si pemilik suara semakin dekat dengan keberadaanku.
Aku mendapat jawabnya, bukan alunan kaset…itu suara asli…suara anak lelaki yang memegang microphone dan bernyanyi, suaranya penuh penjelasan atas lelahnya mereka menjalani hidup mereka. Ini potret dalam kereta
***
Kami menunggu kereta menuju Stasiun Serpong di Stasiun Palmerah. Sungguh aku tak mampu menahan aroma tak sedap sepanjang menungggu yang melelahkan. Kami berbincang. Mengomentari “Sistem molor Indonesia”, ada yang menebar janji—entah siapa—yang bilang akan meneruskan pembangunan Indonesia dengan baik, tidak akan melupakan rakyat dan memperbaiki “Menara Kegagalan” yang terbentang di sepanjang jalan, yang jika bisa ke luar negeri tidak akan menetap di sana melainkan akan kembali dan membangun Indonesia mereka tercinta.
Aku hanya mendengar mereka, mengingat baik-baik perkataan mereka, bersiap menyinggahi rumah mereka jika lupa dengan janji mereka.
Aku tidak berani janji apapun, karena janji yang kupegang selama 10 tahun nyatanya dapat kuingkari begitu saja.
Hingga beberapa detik kemudian, aku menyadari seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang kami temui saat berangkat telah duduk di samping salah satu temanku. Sungguh jodoh bisa bertemu kembali dengan orang yang karena sikapnya bisa membuatku berhipotesa.
***
Brak..brak..brak . suara keranjang berisi buah anggur dibanting begitu saja,adapula buah pear hijau yang menggiurkan. Kita masih di kereta, kawan . ini potret dalam kereta.
Seorang pemuda membungkusi anggur dan pear berharap sesudahnya ada yang tertarik untuk membeli. Terus terang aku hanya tertarik untuk mengetahui berapa harganya.
Seorang pemuda itu asik mengguntingi tangkai anggur dalam posisi berjongkok, dimana di hadapannya, duduk manis seorang gadis Sekolah Menengah Atas dengan posisi duduknya yang akan dapat nilai E dalam pelajaran budi pekerti. Ini potret dalam kereta.
Ada pedagang boneka ukuran besar yang pada umumnya kutemui di kebun bintang
Keadaan di dalam gerbong yang kutumpangi saat pulang itu tidak sesesak saat berangkat. Pemandangannya masih sama, si penumpang si peminta, si pedagang, si malang.
Mataku menangkap seorang pria setengah baya tunanetra yang mengalungkan alat—sejenis soundsystem yang di dalamnya mengalun musik dan dia bernyanyi , tangan kanannya membawa sebuah tongkat, dan di bahunya terdapat tangan seorang wanita--berbaju dan kerudung merah muda menyala mendekap anaknya--yang memegang penuh kepercayaan. Kamu benar, wanita itu adalah yang kutemui di saat berangkat, yang awalnya penumpang. Sepasang tunanetra. Ini potret dalam kereta
Ini potret dalam kereta yang membuatku menarik kesimpulan
Ini potret dalam kereta yang membuatku harus lebih mensyukuri hidupku
Ini potret dalam kereta yang membuatku seharusnya tidak membuang waktu hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sayang
Ini potret dalam kereta yang membuatku ingin lebih giat belajar, menggapai cita-citaku dan tidak menjadi seperti mereka
Ini potret dalam kereta yang semoga bisa mengingatkanku pada mereka jika aku meraih cita-citaku nanti.
Bawalah Cintaku
Saat semua remaja putri berteriak histeris melihat Afgan, gue cuma pasang tampang biasa. gue justru nggak suka sama cowok berlesum pipi ini
but, you know what readers ? ada 1 lagu Afgan yang bagian akhir liriknya bagus menurut gue.
Bawalah Cintaku - Afgan
Sumpah tak ada lagi
Kesempatanku untuk
Bisa bersamamu
Kini ku tau
Bagaimana cara ku
Untuk dapat trus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Pada ke mana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Trus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan
Kita nanti
but, you know what readers ? ada 1 lagu Afgan yang bagian akhir liriknya bagus menurut gue.
Bawalah Cintaku - Afgan
Sumpah tak ada lagi
Kesempatanku untuk
Bisa bersamamu
Kini ku tau
Bagaimana cara ku
Untuk dapat trus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Pada ke mana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Trus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan
Kita nanti
Festival Pembaca Indonesia
Setelah semalaman membujuk temen-temen gue yang hobi membaca buku, bermematomorfosa menjadi hantu, merayu mereka meninggalkan rumah di H-1 Ulangan Semester pertama untuk menghadiri Festival Pembaca Indonesia di GOR Soemantri Brojonegoro, Pasar Festival, Kuningan, Jakrata Selatan, nampaknya gue harus cukup puas dengan kegigihan Nectar Permita Sari dan Iis Setiyawati untuk tetap menemani gue untuk menghadiri acara tersebut.
Apa sih Festival Pembaca Indonesia?
Kegiatan non-profit dalam bentuk rekreasi baca yang diselenggarakan Goodreads Indonesia untuk pembaca dan masyarakat umum.
Acaranya beragam, apa aja ?
• Ada nonton bareng film yang diangkat dari buku, diantaranya Stardust, Tuk Everlasting dan The Road
• Ada book swap, dimana kamu bisa menukar 1 buku dengan 1 buku lain yang ada di sana.
• Ada book war, dimana kamu bisa sikut-sikutan memperebutkan buku yang kamu inginkan dengan pesaing lainnya
• Ada “Tunjukkan Koleksimu”, dimana pembaca bisa menunjukkan koleksinya dan kita bisa baca sepuasnya
• Ada “Pojok Anak”, dimana di dalamnya ada acara lomba mewarnai, story retelling yang semuanya diperuntukkan untuk anak-anak
Seru ya, HTM nya berapa ?
GRATISSSSSSSSSS kok
Ihh asik banget, kapan ?
5 Desember 2010. udah lewat dong ? iya, makanya dengerin cerita gue aja ya readers . hahha
Gue lupa jam berapa kita sampai di lokasi, gue juga lupa GOR Soemantri Brojonegoro itu ada di sebelah kanan atau kirinya Pasar Festival ya?
Iis & Nectar nggak tahu dan akhirnya gue cuma mengusulkan mengikuti mbak-mbak berkerudung yang jaketnya nggak sengaja gue injek pas naik besti tua yang berdecit alias kopaja.
Tenda-tenda putih sudah mulai nampak dan itu berarti kami telah menemukan Festival Pembaca Indonesia, sayangnya belum nampak keramaian diantara mereka.
Jujur gue bingung, nggak tahu mesti ngapain. Gue nggak ngerti dengan maksud stand-stand yang berdiri dengan rak buku dan bukunya yang beragam.
Gue nggak tahu apakah buku itu dijual atau bolehkah kita hanya sekedar untuk menyentuhnya.
Sementara itu di tenda yang sepertinya diperuntukkan untuk swap buku sudah berjejal buku-buku yang menarik. Gue belum punya keberanian untuk swap buku dan nggak tahu gimana caranya.
Dengan penuh kebingungan, akhirnya kami dituntun untuk duduk di tenda utama dengan alih-alih memenuhi kursi karena si pembicara, yaitu Oka Pratama (kalau nggak salah) yang nampaknya sudah siap sharing tentang nulisbuku.com
Jujur gue sangat tertarik dan berniat mengupload naskah gue yang kali-kali aja bisa diterbitkan dan dijual. Amien ya Allah
Sekitar 30 menit mendengarkan penjelasan beliau, kitapun dihadapkan kebingungan lagi, mau kemana?
Kita sudah beranjak dari kursi dan berdiskusi mau apa tapi informasi dari panita yang mengabarkan bakalan ada obrolan buku “The Vampire Diaries” membuat gue yang dengan tiba-tiba kembali duduk, yang kemudian diikuti Nectar & Iis
Kita mengikuti obrolan dengan si Pembicara, Anya Rompas, Sarjana Sastra Gothic Skotlandia. Haduhhh bosen banget dengerinnya pasalnya gue belum baca tuh buku jadikan nggak nyambung ngomongin apa, tapi beruntungnya saat perjalanan ke Kuningan, teman gue Nectar menjelaskan isi buku itu.
Dalam benak gue yang paling dalam, rasanya pengen kabur dari obrolan itu karena udah jenuh banget, tapi toh gue akhirnya bertahan meski di tengah-tengah obrolan mata gue nggak henti-hentinya menerawang ke para pengunjung yang baru datang dengan banyak brosur di tangan mereka. ‘Gue juga mau’, jerit gue cuma dalam hati.
Nggak cuma gue yang udah ngerasa bosan, Iis juga. Pandangannya menunjukkan keresahan untuk mengikuti undian berhadiah yang standnya ada di sebelah kita, yang setelah kita ketahui kalau undian itu hanya diperuntukkan bagi anak kecil.
Obrolan selesai dan waktunya bagi-bagi buku gratis dengan menjawab pertanyaan.
Nectar yang jawab pertama kali dan dapet buku, yang ke-2 Iis dan yang ke-3 seorang gadis yang duduknya sejajar dengan kami, sayang jawabannya salah dan gue langsung mengacungkan tangan, beruntungnya Anya Rompas melihat ke arah gue yang duduk di belakang dan mengizinkan gue menjawab, dan dengan bantuan Nectar gue pun mendapatkan buku, karena jawaban yang dibisikkan Nectar benar. senangggg
Kita berkeliling stand setelah itu dan swap buku. Gue swap 3 novel teenlit gue yang 2 diantaranya pemberian orang lain dengan 2 novel dan 1 buku “Membaca Wajah dan Tangan” hasil rekomendasi Nectar.
Nggak ada ujan, nggak ada badai dan gue cuma mimpiin Safirah di malam sebelumnya, gue yang jauh dari faktor hoki, siang itu nggak. Seorang Om bertubuh tambun yang juga salah satu panitia menawarkan gue sebuah buku lagi. Kyyaaaaaaaaaaa . mauuuuu !!!!
Guepun menggodol 5 buku totalnya untuk dibawa pulang dimana pas gue berangkat hanya membawa 3 buku. Seneng banget deh readers
Karena Nectar kehausan, kitapun menuju Pasar Festival untuk cari minum dan shalat, nggak nyangka di sana ketemu Anya Rompas, kami saling tersenyum dan gue entah dengan dasar keberanian apa membalas lambaian tangannya.
Kyaaaaaaaaaaaaa, seneng banget deh.
Setelah shalat Zuhur, kita kembali ke stand-stand tadi, yang kita tuju adalah Toko Kelontong Sihir yang memamerkan koleksi buku Harry Potter, inspirasi J.K. Rowling, permen rasa yang sering dijual di kereta dalam film-film HarPot, tas selempang burung hantu, peta HarPot, game HarPot. Pokonya gue suka banget di Toko Kelontong Sihir karena dilayani dengan sangat baik, ramah dan informatif.
Sudah siang, kitapun memutuskan dengan berat hati meninggalkan acara tersebut. Sebenarnya pengen banget masih di situ, terlebih lagi bakalan ada obrolan Komik Kambing Jantan 2 dengan Raditya Dika jam 4 sore, tapi apa mau dikata, besoknya kita harus Ujian Semester, jadi kita pulang deh.
Uuhhhhhhh nggak rela nih padahal, tapi indah banget hari itu.
Mungkin orang yang harus gue ucapkan terimakasih adalah Ranggi Windy, battle nyolot gue selama seminggu itulah yang menginformasikan acara ini seminggu sebelumnya. Setelah itu gue memantau perkembangannya melalui website. Facebook dan Twitter. Sayang dia nggak bisa ikut karena alasan umum, yaitu “besoknya semesteran”.
Anyway, thank youu Nggi, kabarin lagi ya kalo ada event-event gratisan. Hehe
Apa sih Festival Pembaca Indonesia?
Kegiatan non-profit dalam bentuk rekreasi baca yang diselenggarakan Goodreads Indonesia untuk pembaca dan masyarakat umum.
Acaranya beragam, apa aja ?
• Ada nonton bareng film yang diangkat dari buku, diantaranya Stardust, Tuk Everlasting dan The Road
• Ada book swap, dimana kamu bisa menukar 1 buku dengan 1 buku lain yang ada di sana.
• Ada book war, dimana kamu bisa sikut-sikutan memperebutkan buku yang kamu inginkan dengan pesaing lainnya
• Ada “Tunjukkan Koleksimu”, dimana pembaca bisa menunjukkan koleksinya dan kita bisa baca sepuasnya
• Ada “Pojok Anak”, dimana di dalamnya ada acara lomba mewarnai, story retelling yang semuanya diperuntukkan untuk anak-anak
Seru ya, HTM nya berapa ?
GRATISSSSSSSSSS kok
Ihh asik banget, kapan ?
5 Desember 2010. udah lewat dong ? iya, makanya dengerin cerita gue aja ya readers . hahha
Gue lupa jam berapa kita sampai di lokasi, gue juga lupa GOR Soemantri Brojonegoro itu ada di sebelah kanan atau kirinya Pasar Festival ya?
Iis & Nectar nggak tahu dan akhirnya gue cuma mengusulkan mengikuti mbak-mbak berkerudung yang jaketnya nggak sengaja gue injek pas naik besti tua yang berdecit alias kopaja.
Tenda-tenda putih sudah mulai nampak dan itu berarti kami telah menemukan Festival Pembaca Indonesia, sayangnya belum nampak keramaian diantara mereka.
Jujur gue bingung, nggak tahu mesti ngapain. Gue nggak ngerti dengan maksud stand-stand yang berdiri dengan rak buku dan bukunya yang beragam.
Gue nggak tahu apakah buku itu dijual atau bolehkah kita hanya sekedar untuk menyentuhnya.
Sementara itu di tenda yang sepertinya diperuntukkan untuk swap buku sudah berjejal buku-buku yang menarik. Gue belum punya keberanian untuk swap buku dan nggak tahu gimana caranya.
Dengan penuh kebingungan, akhirnya kami dituntun untuk duduk di tenda utama dengan alih-alih memenuhi kursi karena si pembicara, yaitu Oka Pratama (kalau nggak salah) yang nampaknya sudah siap sharing tentang nulisbuku.com
Jujur gue sangat tertarik dan berniat mengupload naskah gue yang kali-kali aja bisa diterbitkan dan dijual. Amien ya Allah
Sekitar 30 menit mendengarkan penjelasan beliau, kitapun dihadapkan kebingungan lagi, mau kemana?
Kita sudah beranjak dari kursi dan berdiskusi mau apa tapi informasi dari panita yang mengabarkan bakalan ada obrolan buku “The Vampire Diaries” membuat gue yang dengan tiba-tiba kembali duduk, yang kemudian diikuti Nectar & Iis
Kita mengikuti obrolan dengan si Pembicara, Anya Rompas, Sarjana Sastra Gothic Skotlandia. Haduhhh bosen banget dengerinnya pasalnya gue belum baca tuh buku jadikan nggak nyambung ngomongin apa, tapi beruntungnya saat perjalanan ke Kuningan, teman gue Nectar menjelaskan isi buku itu.
Dalam benak gue yang paling dalam, rasanya pengen kabur dari obrolan itu karena udah jenuh banget, tapi toh gue akhirnya bertahan meski di tengah-tengah obrolan mata gue nggak henti-hentinya menerawang ke para pengunjung yang baru datang dengan banyak brosur di tangan mereka. ‘Gue juga mau’, jerit gue cuma dalam hati.
Nggak cuma gue yang udah ngerasa bosan, Iis juga. Pandangannya menunjukkan keresahan untuk mengikuti undian berhadiah yang standnya ada di sebelah kita, yang setelah kita ketahui kalau undian itu hanya diperuntukkan bagi anak kecil.
Obrolan selesai dan waktunya bagi-bagi buku gratis dengan menjawab pertanyaan.
Nectar yang jawab pertama kali dan dapet buku, yang ke-2 Iis dan yang ke-3 seorang gadis yang duduknya sejajar dengan kami, sayang jawabannya salah dan gue langsung mengacungkan tangan, beruntungnya Anya Rompas melihat ke arah gue yang duduk di belakang dan mengizinkan gue menjawab, dan dengan bantuan Nectar gue pun mendapatkan buku, karena jawaban yang dibisikkan Nectar benar. senangggg
Kita berkeliling stand setelah itu dan swap buku. Gue swap 3 novel teenlit gue yang 2 diantaranya pemberian orang lain dengan 2 novel dan 1 buku “Membaca Wajah dan Tangan” hasil rekomendasi Nectar.
Nggak ada ujan, nggak ada badai dan gue cuma mimpiin Safirah di malam sebelumnya, gue yang jauh dari faktor hoki, siang itu nggak. Seorang Om bertubuh tambun yang juga salah satu panitia menawarkan gue sebuah buku lagi. Kyyaaaaaaaaaaa . mauuuuu !!!!
Guepun menggodol 5 buku totalnya untuk dibawa pulang dimana pas gue berangkat hanya membawa 3 buku. Seneng banget deh readers
Karena Nectar kehausan, kitapun menuju Pasar Festival untuk cari minum dan shalat, nggak nyangka di sana ketemu Anya Rompas, kami saling tersenyum dan gue entah dengan dasar keberanian apa membalas lambaian tangannya.
Kyaaaaaaaaaaaaa, seneng banget deh.
Setelah shalat Zuhur, kita kembali ke stand-stand tadi, yang kita tuju adalah Toko Kelontong Sihir yang memamerkan koleksi buku Harry Potter, inspirasi J.K. Rowling, permen rasa yang sering dijual di kereta dalam film-film HarPot, tas selempang burung hantu, peta HarPot, game HarPot. Pokonya gue suka banget di Toko Kelontong Sihir karena dilayani dengan sangat baik, ramah dan informatif.
Sudah siang, kitapun memutuskan dengan berat hati meninggalkan acara tersebut. Sebenarnya pengen banget masih di situ, terlebih lagi bakalan ada obrolan Komik Kambing Jantan 2 dengan Raditya Dika jam 4 sore, tapi apa mau dikata, besoknya kita harus Ujian Semester, jadi kita pulang deh.
Uuhhhhhhh nggak rela nih padahal, tapi indah banget hari itu.
Mungkin orang yang harus gue ucapkan terimakasih adalah Ranggi Windy, battle nyolot gue selama seminggu itulah yang menginformasikan acara ini seminggu sebelumnya. Setelah itu gue memantau perkembangannya melalui website. Facebook dan Twitter. Sayang dia nggak bisa ikut karena alasan umum, yaitu “besoknya semesteran”.
Anyway, thank youu Nggi, kabarin lagi ya kalo ada event-event gratisan. Hehe
December 11, 2010
Radar Neptunus
saat gue nulis ini, lagu 'seandainya' vierra lagi diputer di radio.
Ngapain ya gue nulis ini?
Berharap neptunus menyampaikan radar buat lo, radar yg membuat lo tau tentang apa yg gue pikirin saat ini
'Lo lagi apa sekarang?'
'Lagi maen kompi ya?'
'Lo tadi les?'
'gimana uasnya? Lo duduk sama kelas berapa?'
'Lo ngak ngerasain yg gue rasain sekarang ya?'
Lo hebat banget deh, bisa cepet ngelupain gue
gimana caranya deh? Gue juga mau dong tipsnya, biar juga bisa ngelupain lo dengan cepat.
Gue tau lo ngejauh..but it's okay . Itu konsekuensi buat gue
Neptunus..kirimin radar lo ke dia dong !
Tanyain ke dia 'gimana cara ngelupain dia dengan cepat'
Ngapain ya gue nulis ini?
Berharap neptunus menyampaikan radar buat lo, radar yg membuat lo tau tentang apa yg gue pikirin saat ini
'Lo lagi apa sekarang?'
'Lagi maen kompi ya?'
'Lo tadi les?'
'gimana uasnya? Lo duduk sama kelas berapa?'
'Lo ngak ngerasain yg gue rasain sekarang ya?'
Lo hebat banget deh, bisa cepet ngelupain gue
gimana caranya deh? Gue juga mau dong tipsnya, biar juga bisa ngelupain lo dengan cepat.
Gue tau lo ngejauh..but it's okay . Itu konsekuensi buat gue
Neptunus..kirimin radar lo ke dia dong !
Tanyain ke dia 'gimana cara ngelupain dia dengan cepat'
November 25, 2010
#prayforanonymous
Pernahkah readers berdoa untuk orang lain ? jawab dalem hati aja
Nah kalo berdoa untuk orang yang nggak kita kenal, pernahkah ? mungkin pernah juga. Terserah itu jawaban readers masing-masing
Dan gue berdoa untuk orang lain…orang yang nggak gue tahu namanya…seseorang yang nggak gue tahu kepribadiannya. Gue hanya tahu kalau dia seorang cowok dan dengan instinct gue dia adalah adik kelas gue
Doa yang konyol dan sebenernya untuk kepentingan gue sendiri, yah begitulah salah satu ciri masyarakat modern dalam pelajaran sosio yang gue dapatkan.
Jadi gimana ceritanya ?
Selasa, 23 November yang bertepatan hari ultahnya Rizky Amalia (my chairmate) yang lagi GTC ke Jogja, Bandung, dan sekitarnya. Wait…kenapa gue nyeritain dia.
Intinya, hari selasa itu gue mau ke sekolah dan hari hujan, maka dari itu gue memilih untuk naik angkot daripada dianterin bokap naek motor.
Gue memilih duduk paling pojok sambil mendengarkan radio melalui ponsel gue.
Seperti yang pernah gue ceritakan dalam posting gue yang “Mengawal Februari dengan Rasa Syukur” tentang jalanan menuju ke sekolah tercinta gue, gue harus melewati perempatan yang macet. Yapp perempatan itu bernama ‘victor’
Angkot berhenti yang artinya nggak bergerak di pertengahan jalan sebelum sampe perempatan victor, si sumber macet.
Gue celingak celinguk, tambah resah saat mengetahui jam di ponsel gue udah jam 7 (sebenarnya jam gue kecepatan 15 menit dari jam rumah).
Gue melirik jam seorang wanita di sebelah gue. Memahami dalam-dalam, gue bingung jarum detiknya nggak nyala dan gue bingung antara jam 07.20 atau jam 06.40
‘Ahh nggak ngebantu’, pikir gue.
Lalu gerasak gerusuk terdengar di kursi bagian belakang supir. Seorang cowok berseragam SMA yang gue duga 1 sekolah sama gue mulai keliatan nggak tenang.
Dia merogoh uang di saku bajunya, memeriksa apakah uangnya cukup untuk naik ojek dan mempersiapkan uang yang akan digunakan untuk membayar angkot. Ya begitulah dugaan gue. Tuh cowok kayanya bersiap turun, mencari ojek yang bisa ditumpangi untuk menerobos kemacetan hingga sampai ke sekolah.
Gue terus memandangi cowok itu dari tempat gue duduk, mukanya penuh keraguan sementara muka gue penuh kecemasan
Gue berdoa dalam hati “Ya Allah, please gue mohon lo jangan turun. Please jangan turun, temenin gue dong!”, gue mengulang ulang doa yang intinya berharap tuh cowok nggak turun dari angkot.
Kenapa ?
Karena di angkot itu cuma ada gue dan dia yang sama-sama anak Monzher, kalau dia turun tandanya gue sendirian di angkot dan kalau terlambat nggak punya temen.
Gue nggak mau meniru niatnya untuk naek ojek karena tujuan gue naek angkot adalah terhindar dari cipratan air hujan di jalan. Masa iya gue ujung-ujungnya naek ojek, tau gitu mending gue minta anterin bokap yang gratis tis tis tisss
Gue terus memandanginya, terus berharap agar dia nggak turun
Cowok itupun juga penuh keraguan antara turun dan nggak.
Ranselnya yang nampak berat berkali kali mulai diangkat dan diletakkan kembali seolah menjadi pelampiasan dilemanya antara turun dan menacri ojek atau bertahan di angkot yang entah kapan jalannya.
Lalu saat cowok itu setengah mengangkat tubuhnya yang berarti dia memilih turun, angkot yang kami tumpangi perlahan berjalan…berjalan…berjalan…dan akhirnya melewati perempatan yang macet itu, dan cowok itu, yang gue doakan masih di sana, di belakang supir hingga sampai sekolah, begitu juga dengan gue, orang yang tak dikenalnya yang mendoakan dia, orang yang nggak gue kenal.
Nah kalo berdoa untuk orang yang nggak kita kenal, pernahkah ? mungkin pernah juga. Terserah itu jawaban readers masing-masing
Dan gue berdoa untuk orang lain…orang yang nggak gue tahu namanya…seseorang yang nggak gue tahu kepribadiannya. Gue hanya tahu kalau dia seorang cowok dan dengan instinct gue dia adalah adik kelas gue
Doa yang konyol dan sebenernya untuk kepentingan gue sendiri, yah begitulah salah satu ciri masyarakat modern dalam pelajaran sosio yang gue dapatkan.
Jadi gimana ceritanya ?
Selasa, 23 November yang bertepatan hari ultahnya Rizky Amalia (my chairmate) yang lagi GTC ke Jogja, Bandung, dan sekitarnya. Wait…kenapa gue nyeritain dia.
Intinya, hari selasa itu gue mau ke sekolah dan hari hujan, maka dari itu gue memilih untuk naik angkot daripada dianterin bokap naek motor.
Gue memilih duduk paling pojok sambil mendengarkan radio melalui ponsel gue.
Seperti yang pernah gue ceritakan dalam posting gue yang “Mengawal Februari dengan Rasa Syukur” tentang jalanan menuju ke sekolah tercinta gue, gue harus melewati perempatan yang macet. Yapp perempatan itu bernama ‘victor’
Angkot berhenti yang artinya nggak bergerak di pertengahan jalan sebelum sampe perempatan victor, si sumber macet.
Gue celingak celinguk, tambah resah saat mengetahui jam di ponsel gue udah jam 7 (sebenarnya jam gue kecepatan 15 menit dari jam rumah).
Gue melirik jam seorang wanita di sebelah gue. Memahami dalam-dalam, gue bingung jarum detiknya nggak nyala dan gue bingung antara jam 07.20 atau jam 06.40
‘Ahh nggak ngebantu’, pikir gue.
Lalu gerasak gerusuk terdengar di kursi bagian belakang supir. Seorang cowok berseragam SMA yang gue duga 1 sekolah sama gue mulai keliatan nggak tenang.
Dia merogoh uang di saku bajunya, memeriksa apakah uangnya cukup untuk naik ojek dan mempersiapkan uang yang akan digunakan untuk membayar angkot. Ya begitulah dugaan gue. Tuh cowok kayanya bersiap turun, mencari ojek yang bisa ditumpangi untuk menerobos kemacetan hingga sampai ke sekolah.
Gue terus memandangi cowok itu dari tempat gue duduk, mukanya penuh keraguan sementara muka gue penuh kecemasan
Gue berdoa dalam hati “Ya Allah, please gue mohon lo jangan turun. Please jangan turun, temenin gue dong!”, gue mengulang ulang doa yang intinya berharap tuh cowok nggak turun dari angkot.
Kenapa ?
Karena di angkot itu cuma ada gue dan dia yang sama-sama anak Monzher, kalau dia turun tandanya gue sendirian di angkot dan kalau terlambat nggak punya temen.
Gue nggak mau meniru niatnya untuk naek ojek karena tujuan gue naek angkot adalah terhindar dari cipratan air hujan di jalan. Masa iya gue ujung-ujungnya naek ojek, tau gitu mending gue minta anterin bokap yang gratis tis tis tisss
Gue terus memandanginya, terus berharap agar dia nggak turun
Cowok itupun juga penuh keraguan antara turun dan nggak.
Ranselnya yang nampak berat berkali kali mulai diangkat dan diletakkan kembali seolah menjadi pelampiasan dilemanya antara turun dan menacri ojek atau bertahan di angkot yang entah kapan jalannya.
Lalu saat cowok itu setengah mengangkat tubuhnya yang berarti dia memilih turun, angkot yang kami tumpangi perlahan berjalan…berjalan…berjalan…dan akhirnya melewati perempatan yang macet itu, dan cowok itu, yang gue doakan masih di sana, di belakang supir hingga sampai sekolah, begitu juga dengan gue, orang yang tak dikenalnya yang mendoakan dia, orang yang nggak gue kenal.
November 23, 2010
Just The Way We Are
Jumat pagi 19 November itu mungkin cuma gue, Anggi, dan Ieaa yang memakai seragam batik ke monzher, sementara gue yakin ada puluhan pasang mata yang menatap bingung, penasaran, hingga menerka nerka kalau kita ber-3 lupa hari, menyangka kalau hari itu adalah hari Kamis, hari dimana memang seharusnya kami siswa SMAN 2 Tangerang Selatan mengenakan seragam batik
But BIG NO readers, kita nggak saltum…kita ngak salah hari.
Kita mau mengikuti TAC 2010 (Tangerang Selatan Accounting Competition) yang diadakan oleh Universitas Pamulang (Unpam).
We are the team…dan hari itu ditemani Sensei Sabar menuju Unpam.
19 November adalah hari pertama lomba TAC dengan 17 team yang hadir . kami disuguhkan 60 soal pilihan ganda mengenai teori dasar-dasar akuntansi. Kami berunding ber-3 dalam pengerjaan soal itu, bahkan nggak jarang kita justru cekikikan sambil mengerjakan soal.
Yeahhh…just the way we are … ngerjain soal akuntansi sambil ketawa-ketiwi dan yang lebih canggihnya kita menemukan rumus baru…….hemmm ralat …..mungkin lebih tepat dengan menciptakan rumus baru.
Rumus Estimasi ….?
Kita aja bingung dengan kata estimasi. Dari 60 soal yang ada, sekitar 11 soal kita nggak bisa dan sebagian besar menyinggung sit ante estimasi itu. Gue lupa apakah Bu Cucu, Pak Arip atau bahkan Bu Ana sekalipun sudah menyinggung tentang estimasi.
Yang jelas kita ber-3 nggak tahu. Kita mencoba semua cara…tambah…kurang…bagi…
Tapi nihil… gue cuma memilih mengutak ngatik kalkulator dagang yang gue miliki itu hingga akhirnya tercetus sebuah rumus yang ternyata ada jawabannya.
Kita nggak sepenuhnya yakin aakah jawaban itu benar atau salah yang penting dari sjauh rumus ngasal ngasalan kita ada jawabannya. And you know what reader ? kita lolos ke hari selanjutnya, kita masuk 12 besar dan ada di urutan ke-8
Di hari ke-2 itu kita diminta menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa.
Ternyata kekacauan hari pertama masih berlanjut di hari ke-2, kita tetap cekikian, ketawa ketiwi, si Anggi malah nyanyi yepppo yeppo nggak jelas sambil ngegaris buku besar .
Sementara gue berpikir sedalam mungkin yang sebenarnya gue nggak tahu apakah gue itu berpikir atau nggak yang jelas si Ieaa selalu bilang “Lo kebanyakan mikir pit, bukannya nulis” . ahahahaha
Menjelang terakhir kita tetep ngelawak dan bermain cekidot cekidot-an . mengoreksi kelengkapan semua yang diminta untuk dikerjakan. Mulai dari Jurnal Umum, Neraca Saldo, Kertas Kerja, Jurnal Penyesuaian, hingga Laporan Keuangan yang terdiri dari LAporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Neraca serta nggak lupa Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik.
Kita nggak yakin bisa masuk 9 besar tapi kenyataannya kita dapet kabar kalau lolos ke 9 besar di hari Senin, 22 November. Butuh banyak cara untuk meyakinkan gue kalau kabar itu telah teruji kebenarannya, tapi tetep aja gue nggak percaya.
Dan 22 November itu tiba, tapi nampaknya kita nggak ngerjain seperti sebelumnya. Yaiyalah apa juga yang mau dikerjain, kan hari terakhir itu adalah cerdas cermat.
Kita ber-3 udah mulai menekuk wajah sedari berangkat, kita takut, khawatir, kita nggak ketawa ketiwi seperti hari-hari sebelumnya dan kita nggak masuk 3 besar pada akhirnya
Piala bergilir yang baru pertama kalinya akan menetukan pemegangnya untuk pertama kali yang secara pribadi sangat gue harapkan, yang 3 hari gue pandangi pada akhirnya menjauh dan tidak mungkin kami gapai.
Kita pulang tanpa dendam….hahaha lagu banget
Tapi emang kita pulang ditemani lagu Sheila On 7 “Berhenti Berharap” yang mengalun dari radio di mobil sekolah.
Cerdas cermat itu rasanya de javu LCC UUD 1945
However sekali lagi 3 hari ini mengokohkan pertemanan gue, Ieaa dan Anggi serta Sensei Sabar.
Siapa yang sangka kita bisa akrab sama beliau padahal sebelumnya nggak pernah diajarin sama dia. Tapi 3 hari ini mengajarkan semuanya
Thank youuu sensei atas support dan kesediaan waktunya menemani kita padahal itu bukan kewajiban sensei
And special thank youu dari saya karena telah mengenalkan es kacang merah yang uenakkkk bangetttt
And just the way we are (Fitria Wardani, Ranggi Windy, Yulia Fatmawati) yang ngerjain akuntansi sambil cekikikan. hahhahaa
But BIG NO readers, kita nggak saltum…kita ngak salah hari.
Kita mau mengikuti TAC 2010 (Tangerang Selatan Accounting Competition) yang diadakan oleh Universitas Pamulang (Unpam).
We are the team…dan hari itu ditemani Sensei Sabar menuju Unpam.
19 November adalah hari pertama lomba TAC dengan 17 team yang hadir . kami disuguhkan 60 soal pilihan ganda mengenai teori dasar-dasar akuntansi. Kami berunding ber-3 dalam pengerjaan soal itu, bahkan nggak jarang kita justru cekikikan sambil mengerjakan soal.
Yeahhh…just the way we are … ngerjain soal akuntansi sambil ketawa-ketiwi dan yang lebih canggihnya kita menemukan rumus baru…….hemmm ralat …..mungkin lebih tepat dengan menciptakan rumus baru.
Rumus Estimasi ….?
Kita aja bingung dengan kata estimasi. Dari 60 soal yang ada, sekitar 11 soal kita nggak bisa dan sebagian besar menyinggung sit ante estimasi itu. Gue lupa apakah Bu Cucu, Pak Arip atau bahkan Bu Ana sekalipun sudah menyinggung tentang estimasi.
Yang jelas kita ber-3 nggak tahu. Kita mencoba semua cara…tambah…kurang…bagi…
Tapi nihil… gue cuma memilih mengutak ngatik kalkulator dagang yang gue miliki itu hingga akhirnya tercetus sebuah rumus yang ternyata ada jawabannya.
Kita nggak sepenuhnya yakin aakah jawaban itu benar atau salah yang penting dari sjauh rumus ngasal ngasalan kita ada jawabannya. And you know what reader ? kita lolos ke hari selanjutnya, kita masuk 12 besar dan ada di urutan ke-8
Di hari ke-2 itu kita diminta menyusun siklus akuntansi perusahaan jasa.
Ternyata kekacauan hari pertama masih berlanjut di hari ke-2, kita tetap cekikian, ketawa ketiwi, si Anggi malah nyanyi yepppo yeppo nggak jelas sambil ngegaris buku besar .
Sementara gue berpikir sedalam mungkin yang sebenarnya gue nggak tahu apakah gue itu berpikir atau nggak yang jelas si Ieaa selalu bilang “Lo kebanyakan mikir pit, bukannya nulis” . ahahahaha
Menjelang terakhir kita tetep ngelawak dan bermain cekidot cekidot-an . mengoreksi kelengkapan semua yang diminta untuk dikerjakan. Mulai dari Jurnal Umum, Neraca Saldo, Kertas Kerja, Jurnal Penyesuaian, hingga Laporan Keuangan yang terdiri dari LAporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Neraca serta nggak lupa Jurnal Penutup dan Jurnal Pembalik.
Kita nggak yakin bisa masuk 9 besar tapi kenyataannya kita dapet kabar kalau lolos ke 9 besar di hari Senin, 22 November. Butuh banyak cara untuk meyakinkan gue kalau kabar itu telah teruji kebenarannya, tapi tetep aja gue nggak percaya.
Dan 22 November itu tiba, tapi nampaknya kita nggak ngerjain seperti sebelumnya. Yaiyalah apa juga yang mau dikerjain, kan hari terakhir itu adalah cerdas cermat.
Kita ber-3 udah mulai menekuk wajah sedari berangkat, kita takut, khawatir, kita nggak ketawa ketiwi seperti hari-hari sebelumnya dan kita nggak masuk 3 besar pada akhirnya
Piala bergilir yang baru pertama kalinya akan menetukan pemegangnya untuk pertama kali yang secara pribadi sangat gue harapkan, yang 3 hari gue pandangi pada akhirnya menjauh dan tidak mungkin kami gapai.
Kita pulang tanpa dendam….hahaha lagu banget
Tapi emang kita pulang ditemani lagu Sheila On 7 “Berhenti Berharap” yang mengalun dari radio di mobil sekolah.
Cerdas cermat itu rasanya de javu LCC UUD 1945
However sekali lagi 3 hari ini mengokohkan pertemanan gue, Ieaa dan Anggi serta Sensei Sabar.
Siapa yang sangka kita bisa akrab sama beliau padahal sebelumnya nggak pernah diajarin sama dia. Tapi 3 hari ini mengajarkan semuanya
Thank youuu sensei atas support dan kesediaan waktunya menemani kita padahal itu bukan kewajiban sensei
And special thank youu dari saya karena telah mengenalkan es kacang merah yang uenakkkk bangetttt
And just the way we are (Fitria Wardani, Ranggi Windy, Yulia Fatmawati) yang ngerjain akuntansi sambil cekikikan. hahhahaa
Paper Boat
Sebuah buku dengan cover hijau tosca bergambar perahu yang ditumpang 4 orang dimana salah satunya memegang teropong .
Buku dengan tebal 444 halaman
Yapp it was Perahu Kertas readers. Buat yang sudah baca pasti nggak asing lagi
Buku karangan Dee alias Dewi Lestari itu sungguh membuat gue tidur jam 11 malam di hari Minggu karena saking penasarannya dengan si Kugy dan Keenan.
Buku ini emang udah terbit dari 2009 lalu, tapi masih jadi buku yang direkomendasiin di traxonsky.com pada sekitaran 2010.
Awalnya gue nggak tertarik banget dengan nih buku, dari sinopis yang gue baca di berbagai majalah, gue sungguh bingung dengan Keenan dan Kugy, nama yang unik, jarang ditemukan dan aneh. Tapi tiba-tiba gue berniat membacanya, terlebih lagi temen gue, Maidah udah baca dan katanya seru.
Gue semakin dikompori rasa penasaran. Akhirnya Maidah bantu gue untuk meminjamkan Perahu Kertas dari Azmi.
Gue memulai membacanya dari Sabtu sore….gue terus membacanya sampai melewatkan acara favorit gue, “Catatan Seorang Jurnalis”. Banyak peristiwa yang bikin gue nggak sabar membalik halaman selanjutnya
Kugy dan Keenan, 2 orang yang sangat bertolak belakang tapi sama-sama punya zodiak Aquarius dan radar Neptunus yang canggih, sama sama punya mimpi dan sama sama aneh.
Yang paling bikin emosi adalah pertengkaran Ojos dan Kugy. Rasanya batin gue ikut berkecamuk. Gue benar-benar terpojok dengan penggalan kata Ojos
“Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda”
Rasanya kata-kata itu menggambarkan Ojos yang sakit banget gitu.
Udah gitu ada bagian dimana gue berkaca-kaca nyaris nangis tapi nggak pada akhirnya.
Semua itu karena kejadian yang menimpa Jendral Pilik . gue nggak pernah membayangkan kalau nasibnya akan berakhir tragis.
Sementara yang lainnya gue suka sama celetukan Kugy yang santai, mengena dan natural apalagi kalo udah beradu sama Keenan.
Gue juga jadi pengen jadi anak kos yang punya geng Midnight, dihadiahi atau menghadiahi medali persahabatan kaya yang dilakuin Noni ke Kugy, gue juga pengen secepatnya kerja dan asik juga kali ya kerja di advertising kaya Kugy, jadian sama atasannya sendiri.
Aduh gue nggak mungkin ngebuka semua ceritanya di blog gue ini, readers. Yang jelas nama Kugy terus terbayang dalam pikiran gue dan gue suka banget sama Perahu Kertas ini.
Gue juga jadi berniat pengen punya cowok Aquarius, yang sama kaya zodiak gue. Dan setahu gue orang yang berzodiak Aquarius itu setia, sama kaya gue . guekan setia. haha
Buku dengan tebal 444 halaman
Yapp it was Perahu Kertas readers. Buat yang sudah baca pasti nggak asing lagi
Buku karangan Dee alias Dewi Lestari itu sungguh membuat gue tidur jam 11 malam di hari Minggu karena saking penasarannya dengan si Kugy dan Keenan.
Buku ini emang udah terbit dari 2009 lalu, tapi masih jadi buku yang direkomendasiin di traxonsky.com pada sekitaran 2010.
Awalnya gue nggak tertarik banget dengan nih buku, dari sinopis yang gue baca di berbagai majalah, gue sungguh bingung dengan Keenan dan Kugy, nama yang unik, jarang ditemukan dan aneh. Tapi tiba-tiba gue berniat membacanya, terlebih lagi temen gue, Maidah udah baca dan katanya seru.
Gue semakin dikompori rasa penasaran. Akhirnya Maidah bantu gue untuk meminjamkan Perahu Kertas dari Azmi.
Gue memulai membacanya dari Sabtu sore….gue terus membacanya sampai melewatkan acara favorit gue, “Catatan Seorang Jurnalis”. Banyak peristiwa yang bikin gue nggak sabar membalik halaman selanjutnya
Kugy dan Keenan, 2 orang yang sangat bertolak belakang tapi sama-sama punya zodiak Aquarius dan radar Neptunus yang canggih, sama sama punya mimpi dan sama sama aneh.
Yang paling bikin emosi adalah pertengkaran Ojos dan Kugy. Rasanya batin gue ikut berkecamuk. Gue benar-benar terpojok dengan penggalan kata Ojos
“Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda”
Rasanya kata-kata itu menggambarkan Ojos yang sakit banget gitu.
Udah gitu ada bagian dimana gue berkaca-kaca nyaris nangis tapi nggak pada akhirnya.
Semua itu karena kejadian yang menimpa Jendral Pilik . gue nggak pernah membayangkan kalau nasibnya akan berakhir tragis.
Sementara yang lainnya gue suka sama celetukan Kugy yang santai, mengena dan natural apalagi kalo udah beradu sama Keenan.
Gue juga jadi pengen jadi anak kos yang punya geng Midnight, dihadiahi atau menghadiahi medali persahabatan kaya yang dilakuin Noni ke Kugy, gue juga pengen secepatnya kerja dan asik juga kali ya kerja di advertising kaya Kugy, jadian sama atasannya sendiri.
Aduh gue nggak mungkin ngebuka semua ceritanya di blog gue ini, readers. Yang jelas nama Kugy terus terbayang dalam pikiran gue dan gue suka banget sama Perahu Kertas ini.
Gue juga jadi berniat pengen punya cowok Aquarius, yang sama kaya zodiak gue. Dan setahu gue orang yang berzodiak Aquarius itu setia, sama kaya gue . guekan setia. haha
November 20, 2010
Masih Tersimpan
Gue nggak tahu ini masuk ke albumnya Maliq yang keberapa, denger juga baru sekali...tapi lriknya dalem
Masih kuingat masa indah denganmu
Tak akan dapat aku melupakan
Jika kuingat apa yang kurasakan
Tak dapat dengan kata kujelaskan
Terlalu indah untuk aku lupakan
Masa-masa yang tlah terlewati
Terlalu indah sayang untuk aku lupakan
Oh kasih..aku rindu dirimu
Saat kupejamkan mataku
Engkau hadir dalam mimpiku
Dikala waktu kita masih bersama
Jelas tergambar senyumanmu
Jelas terlukiskan wajahmu
Dihatiku..masih tersimpan dirimu
Harus aku berlari
Harus kucari pengganti
Untuk menghindari dirimu
Agar kumelupakan
Agar dapat kulepas darimu..sayang
Aku sunggunh-sungguh
Oh..kasih
hingga kini tak terhapus kenanganmu
ingin..kusimpan didasar lubuk hatiku
November 19, 2010
Sepenggal Kata untuk 18 November 2010
Gue tahu dia nggak akan lagi visit my blog
Tapi gue Cuma mau menuangkan unek-unek gue di malam hari pada 18 November 2010
Tapi gue Cuma mau menuangkan unek-unek gue di malam hari pada 18 November 2010
Beribu kata nggak akan pernah cukup
Nggak akan pernah memperbaiki semuanya seperti yang kau inginkan
Jika kau lelah mengerjar, berhentilah
Jangan berlari lebih jauh jika akan melukaimu
Cukup sampai di sini
Berbaliklah dan lihat hari esok
Songsong hari baru dengan segudang mempimu
Kelak kita akan bertemu untuk bercengkrama
Tertawa bercerita karena mimpi yang telah kita raih
Lalu bahagia hidup bersama jika Dia menghendakinya
18 November Kelabu
Doa gue terjawab, ya itulah pemikiran positif gue dari semua ini.
I have passed…
Gagal..
Gue nggak lolos PPA BCA , gue nggak lolos di interview 1 padahal gue dan orang tua gue sangat berharap bias melewati semua tahap memasuki PPA BCA, tapi Allah berkehendak lain
Setelah lolos psikotest 1 dan 2, langkah gue harus terhenti sampai pada interview 1.
Banyak orang berasumsi gue nggak lolos karena cita-cita gue yang nggak sesuai, yang bertolak belakang dari akuntansi itu sendiri.
Yapp readers, cita-cita gue masih sama…pengen jadi jurnalis. Meski gue juga mencintai akuntansi, tapi cinta gue nggak sedalem cinta gue ke jurnalis.
Ahh berat banget ya gue, ngomongin cita-cita aja pake bawa-bawa cinta.
Tapi beneran…suer demi apapun gue pengen banget jadi jurnalis, jadi kaya Najwa Shihab, Tina Talisa, Desi Anwar, Grace Natalie
Tapi gue juga menyukai akuntansi, gue suka ribet-ribet ngitung duit, psting ini posting itu
Gue suka melakukan itu
Tapi…….
Kamis 18 November 2010 itu menjadi hari kelabu buat gue saat gue menemukan sebuah pesan yang menjelaskan kalau gue nggak bisa melanjutkan proses lagi.
Sebelumnya emang udah diinformasikan sih kalau yang lolos untuk interview 2 bakalan ditelpon langsung sementara yang gagal cuma bakalan disms.
Rasanya bener-bener lemes
Tapi gue mencoba untuk berpikir positif, kalau semua ini adalah jawaban dari Allah SWT.
Karena selama ini gue berdoa “Jika memang, PPA BCA adalah yang terbaik untukku bagiMu, maka beri kemudahanku dalam menjalankan semua tahap-tahap untuk memasukinya”.
Jadi mungkin PPA BCA bukan yang terbaik untuk gue atau belum menjadi yang terbaik untuk gue saat ini.
Dan gue ingat petikan kata-kata yang menurut gue bagus dari buku Chicken Soup, yaitu
‘Tak ada masalah jika kau gagal pada suatu hal, asalkan tidak menyerah, dan asalkan kau masih mengatakan-baiklah , aku akan mencoba lagi!’ (Marilyn Bell Di Lascio)
Kelihatannya aja gue tegar, tapi gue rapuh….rapuh dan mudah patah saat nyokap gue menyesali kenapa gue nggak lolos, apalagi semua itu pasti berkenaan mengenai cita-cita gue. Air mata gue rasanya udah pengen meluncur kalau udah begitu
Dan itu yang gue sesali yang ada dalam diri gue…
Kenapa gue harus terlahir menjadi melankolis?
Kenapa gue mudah membiarkan air bening turun di pipi gue?
Kenapa gue nggak bisa sedikit aja lebih tegar?
Kenapa gue nggak bisa membuat bendungan untuk menahan air mata gue?
I have passed…
Gagal..
Gue nggak lolos PPA BCA , gue nggak lolos di interview 1 padahal gue dan orang tua gue sangat berharap bias melewati semua tahap memasuki PPA BCA, tapi Allah berkehendak lain
Setelah lolos psikotest 1 dan 2, langkah gue harus terhenti sampai pada interview 1.
Banyak orang berasumsi gue nggak lolos karena cita-cita gue yang nggak sesuai, yang bertolak belakang dari akuntansi itu sendiri.
Yapp readers, cita-cita gue masih sama…pengen jadi jurnalis. Meski gue juga mencintai akuntansi, tapi cinta gue nggak sedalem cinta gue ke jurnalis.
Ahh berat banget ya gue, ngomongin cita-cita aja pake bawa-bawa cinta.
Tapi beneran…suer demi apapun gue pengen banget jadi jurnalis, jadi kaya Najwa Shihab, Tina Talisa, Desi Anwar, Grace Natalie
Tapi gue juga menyukai akuntansi, gue suka ribet-ribet ngitung duit, psting ini posting itu
Gue suka melakukan itu
Tapi…….
Kamis 18 November 2010 itu menjadi hari kelabu buat gue saat gue menemukan sebuah pesan yang menjelaskan kalau gue nggak bisa melanjutkan proses lagi.
Sebelumnya emang udah diinformasikan sih kalau yang lolos untuk interview 2 bakalan ditelpon langsung sementara yang gagal cuma bakalan disms.
Rasanya bener-bener lemes
Tapi gue mencoba untuk berpikir positif, kalau semua ini adalah jawaban dari Allah SWT.
Karena selama ini gue berdoa “Jika memang, PPA BCA adalah yang terbaik untukku bagiMu, maka beri kemudahanku dalam menjalankan semua tahap-tahap untuk memasukinya”.
Jadi mungkin PPA BCA bukan yang terbaik untuk gue atau belum menjadi yang terbaik untuk gue saat ini.
Dan gue ingat petikan kata-kata yang menurut gue bagus dari buku Chicken Soup, yaitu
‘Tak ada masalah jika kau gagal pada suatu hal, asalkan tidak menyerah, dan asalkan kau masih mengatakan-baiklah , aku akan mencoba lagi!’ (Marilyn Bell Di Lascio)
Kelihatannya aja gue tegar, tapi gue rapuh….rapuh dan mudah patah saat nyokap gue menyesali kenapa gue nggak lolos, apalagi semua itu pasti berkenaan mengenai cita-cita gue. Air mata gue rasanya udah pengen meluncur kalau udah begitu
Dan itu yang gue sesali yang ada dalam diri gue…
Kenapa gue harus terlahir menjadi melankolis?
Kenapa gue mudah membiarkan air bening turun di pipi gue?
Kenapa gue nggak bisa sedikit aja lebih tegar?
Kenapa gue nggak bisa membuat bendungan untuk menahan air mata gue?
November 16, 2010
I Believe
Gue mau posting, tapi bingungg mau posting apa
Hemm… gue inget ada penggalan kata yang suka gue tulis kalo mood gue lagi dalem banget sama sesuatu
And one of them is…
Aku tidak ingin dan tidak pernah membayangkan persahabatan kita setelah ini
Karena aku tidak pernah membayangkan kita bias sampai pada titik ini
Tapi aku percaya dengan kekuatan doa
Doa di setiap bertambahnya umurku
Doa di setiap bertambahnya umur kalian
Doa di setiap 12 Juni
Aku percaya akan Dia yang menggariskan persahabatan kita yang begitu indah, bermakana, dan menyejukkan
Aku percaya
Kata-kata itu gue buat pada 3 Oktober 2010(sehari setelah ultah Marisa,sahabat gue)
Hemm… gue inget ada penggalan kata yang suka gue tulis kalo mood gue lagi dalem banget sama sesuatu
And one of them is…
Aku tidak ingin dan tidak pernah membayangkan persahabatan kita setelah ini
Karena aku tidak pernah membayangkan kita bias sampai pada titik ini
Tapi aku percaya dengan kekuatan doa
Doa di setiap bertambahnya umurku
Doa di setiap bertambahnya umur kalian
Doa di setiap 12 Juni
Aku percaya akan Dia yang menggariskan persahabatan kita yang begitu indah, bermakana, dan menyejukkan
Aku percaya
Kata-kata itu gue buat pada 3 Oktober 2010(sehari setelah ultah Marisa,sahabat gue)
November 9, 2010
My Name is Fitria Wardani
Oke mungkin ini sebuah teguran
Gue kena batunya.. karma or whatever lah yang jelas gue belajar dari semua ini
Hari ini sertifikat yang gue tunggu-tunggu akhirnya sampai ke tangan gue, yahh mungkin gue harus berterima kasih sama Rizky Amalia. Karena nganterin dia bayaran SPP, gue melihat seonggok amplop coklat yang bertuliskan nama gue (yang salah), yaitu Fitria Wardhani. Gue sempet ragu dan bingung sekaligus penasaran. Gue memberanikan diri untuk minta tuh amplop dari ibu TU.
FYI, sertifikat itu adalah sertifikat yang gue dapat karena berpartisipasi dalam Lomba Cipta Puisi yang diadain BHACA
Gue buka langsung di situ dan yap gue menemukan 2 lembar sertifikat dari team BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award) dengan nama yang tertera FITHRIA WARDHANI .
Gue bisa memaklumi untuk WARDHANI, orang-orang memang sering keliru
Tapi enek banget bacanya untuk kata FITHRIA,
Seketika gue ngerasa lemes banget,
‘aduh nggak akan guna deh nih sertifikat’, pikir gue. Tapi yaudalah mau diapain jugakan, readers.
Ohh kesalahan nama gue belum selesai di situ untuk hari ini
Saat menginjakkan kaki di rumah dan langsung bercerita ke nyokap kalo nama gue di sertfikat itu salah, nyokap melengkapinya… nama gue juga salah di daftar pemlih untuk Pilkada Tangsel Sabtu mendatang. ……tertulis FITRIA WARDANA
Oh God, Please . yang ada dalam pikiran gue saat itu adalah ‘Oh Lio aja yang nyoblos kalo gitu, gue ogah’
Lesson I Learned :
Mungkin ini semua akibat buat gue dari keseringan menamai diri sendiri “fith” .
Menamai diri gue Fitria Wardhani, bukan Fitria Wardani
Gue kena batunya.. karma or whatever lah yang jelas gue belajar dari semua ini
Hari ini sertifikat yang gue tunggu-tunggu akhirnya sampai ke tangan gue, yahh mungkin gue harus berterima kasih sama Rizky Amalia. Karena nganterin dia bayaran SPP, gue melihat seonggok amplop coklat yang bertuliskan nama gue (yang salah), yaitu Fitria Wardhani. Gue sempet ragu dan bingung sekaligus penasaran. Gue memberanikan diri untuk minta tuh amplop dari ibu TU.
FYI, sertifikat itu adalah sertifikat yang gue dapat karena berpartisipasi dalam Lomba Cipta Puisi yang diadain BHACA
Gue buka langsung di situ dan yap gue menemukan 2 lembar sertifikat dari team BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award) dengan nama yang tertera FITHRIA WARDHANI .
Gue bisa memaklumi untuk WARDHANI, orang-orang memang sering keliru
Tapi enek banget bacanya untuk kata FITHRIA,
Seketika gue ngerasa lemes banget,
‘aduh nggak akan guna deh nih sertifikat’, pikir gue. Tapi yaudalah mau diapain jugakan, readers.
Ohh kesalahan nama gue belum selesai di situ untuk hari ini
Saat menginjakkan kaki di rumah dan langsung bercerita ke nyokap kalo nama gue di sertfikat itu salah, nyokap melengkapinya… nama gue juga salah di daftar pemlih untuk Pilkada Tangsel Sabtu mendatang. ……tertulis FITRIA WARDANA
Oh God, Please . yang ada dalam pikiran gue saat itu adalah ‘Oh Lio aja yang nyoblos kalo gitu, gue ogah’
Lesson I Learned :
Mungkin ini semua akibat buat gue dari keseringan menamai diri sendiri “fith” .
Menamai diri gue Fitria Wardhani, bukan Fitria Wardani
October 17, 2010
If I Were A Boy
Sabtu, 16 Oktober 2010 tepatnya pukul 06.30, gue bergegas menuju Slipi, Jakarta Barat bersama bokap. Tujuannya adalah memneuhi panggilan psikotest PPA (Program Pendidikan Akuntansi) yang diselenggarain BCA.
Gue beserta beberapa temen gue mengirimkan lamarannya sekitar 6 September 2010, sayangnya cuma gue yang memenuhi seleksi administrasinya.
Sekitar pukul 07.30, kita sampai di BCA Wisma Asia I, langsung aja tuh menuju lt.19 seperti yang udah diinstruksikan sebelumnya.
Begitu pintu elevator terbuka di lt.19 ternyata udah banyak banget orang yang beragam latar belakang tapi satu tujuan, yaitu psikotest PPA BCA
Semua kursi tunggu udah penuh, alhasil gue berdiri menyandar tembok sambil memperhatikan orang yang berlalu lalang dan keluar dari pintu elevator.
Lalu pandangan gue tertuju pada seorang gadis yang keluar dari pintu elevator bersama temannya.
Gadis itu memikat gue (ihh lebay), ganti gadis itu memiliki daya tarik. Gue suka gaya rambutnya, Unik !
Rambutnya pendek tapi menyisakan rambut lainnya di belakang, rada ikal. Mungkin itu hair extention, gue nggak paham betul secara gue bukan pemerhati gaya rambut.
Selain itu yang menjadi daya tarik gue…apalagi kalau bukan tuh cewek putih, nggak putih-putih amat sih tapi cukup teranglah dibanding gue.
Gue nggak tau apakah keperluan tuh cewek, apa mungkin mau ikutan psikotest juga ?
Yang jelas, saat psikotest, gue nggak menemukan wajahnya di ruang ang gue tempati, yaitu 1901.
Gue nggak mau cari tahu ke ruang lain, tapi saat break pengumuman lanjut atau nggaknya ke psikotest tahap 2, gue menemukan dia kembali. Dia duduk di sudut koridor sambil berbincang dengan temannya. Sekali lagi, dia cantik, natural stylist, dan pasti lucu buat didandanin ala harajuku.
15.00 gue ternyata lolos ke psikotest tahap 2, ruangannya masih sama 1901. gue duduk di baris ke-2 bagian pojok. Sendiri.
Lalu pa yang terjadi ? yapp bener readers, si cantik itu masuk dan minta izin buat duduk di sebelah gue.
Ohh boleh banget dongg, dia wangi, cantik, baik, dan ramah. Perfet at the first sight !
Dia mirip banget sama temen kecil gue, namanya Vanni. Gue sempet berpikir kalo itu dia, tetapi gue harus mematahkan pikiran gue
Namanya Tania, dia baru lulus tahun ini dari SMA Pelita Jurusan IPS.
Dia sempet pinjem rautan gue dan gue ngerautin pensil buat dia tapi nggak berhasil. Pensilnya nggak bisa diraut.
Berbagai tes yang setidaknya lebih ringan dibandingkan psikotest pertama gue lewati bersam dia. Dia sempat berujar kalo dia nggak bisa gambar, tapi gue sempat ngelirik gambar pohonnya yang meyerupai pohon pada umumnya.
Tes ditutup dengan menghitung deretan angka yang tertuang penuh depan belakang di atas kertas ukuran A3. dia sempat bertanya sampai mana pekerjaan yang gue selesaikan, ternyata kita Cuma beda 1 kolom pengerjaan.
Kita menuju basement bareng, bahkan dia menyuruh gue keluar terlebih dahulu saat pintu elevator terbuka. Dia seperti kakak yang baik rasanya buat gue. lalu dia memanggil gu, dia hampir lupa nama gue (sedihnya). Kita berjalan bareng keluar dari basement, dia cukup terkagum karena gue pulang sendiri ke Lb. Bulus di hari yang udah gelap, semntara dia nunggu dijemput bokapnya di pos satpam.
Dia memperingatkan gu untuk berhat-hati.
Gue nggak tahu nomor handphonenya, gue juga nggak tahu nama panjangya, dan kalo ngak salah namanya cuma Tania.
Gue nggak tahu apakah bisa ketemu lagi atau nggak sama dia..
Tetapi, sepanjang perjalanan pulang, gue berpikir
“seandainya gue seorang cowok, maka gue pengen punya cewek kaya dia”
Dan karena gue cewek… gue jadi pengen punya wajah secantik dia, hati seramah dia dan gue pengen punya kakak cewek yang perhatian kaya dia.
seandainya
Gue beserta beberapa temen gue mengirimkan lamarannya sekitar 6 September 2010, sayangnya cuma gue yang memenuhi seleksi administrasinya.
Sekitar pukul 07.30, kita sampai di BCA Wisma Asia I, langsung aja tuh menuju lt.19 seperti yang udah diinstruksikan sebelumnya.
Begitu pintu elevator terbuka di lt.19 ternyata udah banyak banget orang yang beragam latar belakang tapi satu tujuan, yaitu psikotest PPA BCA
Semua kursi tunggu udah penuh, alhasil gue berdiri menyandar tembok sambil memperhatikan orang yang berlalu lalang dan keluar dari pintu elevator.
Lalu pandangan gue tertuju pada seorang gadis yang keluar dari pintu elevator bersama temannya.
Gadis itu memikat gue (ihh lebay), ganti gadis itu memiliki daya tarik. Gue suka gaya rambutnya, Unik !
Rambutnya pendek tapi menyisakan rambut lainnya di belakang, rada ikal. Mungkin itu hair extention, gue nggak paham betul secara gue bukan pemerhati gaya rambut.
Selain itu yang menjadi daya tarik gue…apalagi kalau bukan tuh cewek putih, nggak putih-putih amat sih tapi cukup teranglah dibanding gue.
Gue nggak tau apakah keperluan tuh cewek, apa mungkin mau ikutan psikotest juga ?
Yang jelas, saat psikotest, gue nggak menemukan wajahnya di ruang ang gue tempati, yaitu 1901.
Gue nggak mau cari tahu ke ruang lain, tapi saat break pengumuman lanjut atau nggaknya ke psikotest tahap 2, gue menemukan dia kembali. Dia duduk di sudut koridor sambil berbincang dengan temannya. Sekali lagi, dia cantik, natural stylist, dan pasti lucu buat didandanin ala harajuku.
15.00 gue ternyata lolos ke psikotest tahap 2, ruangannya masih sama 1901. gue duduk di baris ke-2 bagian pojok. Sendiri.
Lalu pa yang terjadi ? yapp bener readers, si cantik itu masuk dan minta izin buat duduk di sebelah gue.
Ohh boleh banget dongg, dia wangi, cantik, baik, dan ramah. Perfet at the first sight !
Dia mirip banget sama temen kecil gue, namanya Vanni. Gue sempet berpikir kalo itu dia, tetapi gue harus mematahkan pikiran gue
Namanya Tania, dia baru lulus tahun ini dari SMA Pelita Jurusan IPS.
Dia sempet pinjem rautan gue dan gue ngerautin pensil buat dia tapi nggak berhasil. Pensilnya nggak bisa diraut.
Berbagai tes yang setidaknya lebih ringan dibandingkan psikotest pertama gue lewati bersam dia. Dia sempat berujar kalo dia nggak bisa gambar, tapi gue sempat ngelirik gambar pohonnya yang meyerupai pohon pada umumnya.
Tes ditutup dengan menghitung deretan angka yang tertuang penuh depan belakang di atas kertas ukuran A3. dia sempat bertanya sampai mana pekerjaan yang gue selesaikan, ternyata kita Cuma beda 1 kolom pengerjaan.
Kita menuju basement bareng, bahkan dia menyuruh gue keluar terlebih dahulu saat pintu elevator terbuka. Dia seperti kakak yang baik rasanya buat gue. lalu dia memanggil gu, dia hampir lupa nama gue (sedihnya). Kita berjalan bareng keluar dari basement, dia cukup terkagum karena gue pulang sendiri ke Lb. Bulus di hari yang udah gelap, semntara dia nunggu dijemput bokapnya di pos satpam.
Dia memperingatkan gu untuk berhat-hati.
Gue nggak tahu nomor handphonenya, gue juga nggak tahu nama panjangya, dan kalo ngak salah namanya cuma Tania.
Gue nggak tahu apakah bisa ketemu lagi atau nggak sama dia..
Tetapi, sepanjang perjalanan pulang, gue berpikir
“seandainya gue seorang cowok, maka gue pengen punya cewek kaya dia”
Dan karena gue cewek… gue jadi pengen punya wajah secantik dia, hati seramah dia dan gue pengen punya kakak cewek yang perhatian kaya dia.
seandainya
Terima Kasih
Dear, someone in out there
Yang pernah menjadi someone special gue selama 3 bulan
Yang tetap menjadi someone special gue selama 9 bulan
Yang selalu hadir dalam mimpi gue selama 1 bulan
Terima Kasih karena telah membuat gue menjadi rajin menyikat gigi sebelum tidur
Yang pernah menjadi someone special gue selama 3 bulan
Yang tetap menjadi someone special gue selama 9 bulan
Yang selalu hadir dalam mimpi gue selama 1 bulan
Terima Kasih karena telah membuat gue menjadi rajin menyikat gigi sebelum tidur
Gathering HUT XL
Jumat 8 Oktober lalu, sekolah gue diundang ke acara HUT XL yang ke-14.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, untuk acara yang sejenis XL suka bagi-bagi hadiah, kaya HP atau souvenir.
Tergiurlah gue untuk ikutan.
Sekitar pukul 15.30, berangkatlah kita (anak-anak mzr) dengan bis yang udah disediakan XL menuju senayan. Gue berada di bis no.35 bersama sebagian besar temen sekelas gue.
Setelah melalui perjalanan yang disiram hujan serta kemacetan, sampai juga kita di Tennis Indoor Senayan.
Rupanya kita, bis no.35 jadi rombongan terakhir dari keseluruhan 40 bis yang diundang XL dari berbagai sekolah yang berbeda.
Nasib deh, kita makan dikejar waktu. Makan cuma dikasih waktu 10 menit, karena gue dalam situasi kelaparan, jadi gue bisa melahap semua makanan tanpa tersisa dengan cepat.
Setelah itu, kita digiring ke area yang disebut festival.
Mau tahu apa yang terjadi begitu kita masuk ?
Ya Grup Band Nidji sudah selseai menunaikan tugasnya di panggung. Agak sedikit kecewa, maslahnya itu grup band favorit gue. never mind, karena abis itu 3 cowok ganteng menghilangkan semua kekcewaan kita yang baru dateng. Pelantun lagu “Selamat Pagi” ini tampil dengan semangat dan kostum ngejreng berwarna biru membawakan lagu “Karena Kusuka Dirimu”. That’s right readers, they are RAN.
Gue yang hanya mengagumi Nino jadi terkagum-kagum pas ngeliat Asta. ASLI CAKEP BANGETT !!
Karena semua bernyanyi dan menikmati RAN, jadi kerasanya cuma sebentar.
Nggak lama kemudian kalau nggak salah (maklum rada lupa) Petra Sihombing muncul dengan setting musim dingin. Yaampun syal yang menghias lehernya bener-bener ciamik dan ASLI CAKEP BANGETTTT PETRA!!!!
Setelah itu kehadiran Afghan membuat gue kayanya harus cari kuping yang baru setelah balik dari gathering ini (lebay ihh) pasalnya si Udin teriak-teriak histeris ngeliat cowook berlesum pipit ini.
Gue ? biasa aja (hahai songongg), nggak bisa gue pungkiri, Afghan emang manis tapi gue nggak terlalu ngefans jadi rasanya sayang buat meneriakan namanya.
Next, Vidi Aldiano muncul dengan potongan rambut yang ‘agak aneh’ buat gue. basically ternyata Vidi keliatan tinggi lho aslinya (atau pantofel yang berhak yang bikin dia keliatan tinggi?)
Entah kenapa gue lupa dengan urutan tampilnya, yang jelas ada duo pelantun Keong Racun (bukan Shin-Jo). Itu lho yang salah satu ceweknya bertato, dan gue baru tahu kalau tatonya nggak cuma di tangan kanan, tapi juga di paha bagian kanan.
Ada geisha juga dengan vokalisnya yang terlihat seperti Barbie.
Ulaalala gue juga seneng dengan kehadiran Sheila On 7 dengan single terbarunya ‘Hari Bersamanya’. Rupanya Mustika Khoiriyah, temen gue yang sesama pecinta SO7 mengaku kesal karena udah meneriakan nama si vokali yaitu ‘Duta’ tapi katanya gak menengok kea rah si Qori. Hahaha ASLI gue ngakak.
“yaiyalah Qori Duta nggak nengok ke arah lo. Impossible banget, udah tau rame kaya gitu”, kata gue.
Karena gue lama-lama bosan dengan kehadiran si Keong Racun dan Wali, gue pengen banget ke tribune, begitu juga dengan teman-teman gue yang lain. Tapi kita ngak tahu caranya. Jadi ya nikmatin ajalah, berdiri kesenggol kedorong. Yah yang penting nggak sampe keinjek (terinjak)
Bahkan rambut temen gue menjadi korban karena sering nyangkut di tangan orang pas lagi tepuk tangan.
Gue ditarik Safirah buat Shalat Isya, menjamak takhir dengan magrib pasalnya pas sampe di Tennis Indoor Senayan udah jam 7an lewat.
Syukur deh gue hanya melewatkan ST 12, Zigaz dan Kotak. 3 band itu nggak masuk list favorit gue sih. Hahhaha
Tapi gue ngeliat wardrobenya Belda (itu lho fire dance IMB) yang ASLI KEREN
Abis itu ada acara sulapnya Demian yang melibatkan artis-artis yang seolah dipindahkan ke tempat lain, padahal sih kata temen gue ngerangkak-rangkak tuh artis.
Oiya, ada Ello juga yang diiringi si cantik Rizuki berganti baju di atas panggung (pake trik sulap tentunya). Tapi gue suka deh dengan gitarnya Ello yang berwarna biru soft.
Ok finally acaranya selesai ditutup dengan Momo ‘Geisha’ dan Tantri ‘Kotak’ yang duet bareng. Semua bintang tamu mucul dan ada si girl power penggebuk drum “JP Millenix”. Wah ternyata dia sangattt cantik disertai giginya yang mirip si kuning muka kotak alias SpongeBob Squarepants.
Sebenarnya nggak terlalu puas, ya meski bisa ngeliat banyak artis tapi bukan itu tujan utama gue. pengennya sih dapet HP atau paling nggak sekedar goddy bag tapi nyatanya kita pulang dengan kaus putih bertuliskan 14 XLalu yang melekat di tubuh. Yah mungkin ini dijadiin pelajaran, kalau kita jangan terlalu berharap banyak.
Selai itu, seseruan bareng sama temen di bis nggak akan bisa dibeli.
Berdasarkan pengalaman sebelumnya, untuk acara yang sejenis XL suka bagi-bagi hadiah, kaya HP atau souvenir.
Tergiurlah gue untuk ikutan.
Sekitar pukul 15.30, berangkatlah kita (anak-anak mzr) dengan bis yang udah disediakan XL menuju senayan. Gue berada di bis no.35 bersama sebagian besar temen sekelas gue.
Setelah melalui perjalanan yang disiram hujan serta kemacetan, sampai juga kita di Tennis Indoor Senayan.
Rupanya kita, bis no.35 jadi rombongan terakhir dari keseluruhan 40 bis yang diundang XL dari berbagai sekolah yang berbeda.
Nasib deh, kita makan dikejar waktu. Makan cuma dikasih waktu 10 menit, karena gue dalam situasi kelaparan, jadi gue bisa melahap semua makanan tanpa tersisa dengan cepat.
Setelah itu, kita digiring ke area yang disebut festival.
Mau tahu apa yang terjadi begitu kita masuk ?
Ya Grup Band Nidji sudah selseai menunaikan tugasnya di panggung. Agak sedikit kecewa, maslahnya itu grup band favorit gue. never mind, karena abis itu 3 cowok ganteng menghilangkan semua kekcewaan kita yang baru dateng. Pelantun lagu “Selamat Pagi” ini tampil dengan semangat dan kostum ngejreng berwarna biru membawakan lagu “Karena Kusuka Dirimu”. That’s right readers, they are RAN.
Gue yang hanya mengagumi Nino jadi terkagum-kagum pas ngeliat Asta. ASLI CAKEP BANGETT !!
Karena semua bernyanyi dan menikmati RAN, jadi kerasanya cuma sebentar.
Nggak lama kemudian kalau nggak salah (maklum rada lupa) Petra Sihombing muncul dengan setting musim dingin. Yaampun syal yang menghias lehernya bener-bener ciamik dan ASLI CAKEP BANGETTTT PETRA!!!!
Setelah itu kehadiran Afghan membuat gue kayanya harus cari kuping yang baru setelah balik dari gathering ini (lebay ihh) pasalnya si Udin teriak-teriak histeris ngeliat cowook berlesum pipit ini.
Gue ? biasa aja (hahai songongg), nggak bisa gue pungkiri, Afghan emang manis tapi gue nggak terlalu ngefans jadi rasanya sayang buat meneriakan namanya.
Next, Vidi Aldiano muncul dengan potongan rambut yang ‘agak aneh’ buat gue. basically ternyata Vidi keliatan tinggi lho aslinya (atau pantofel yang berhak yang bikin dia keliatan tinggi?)
Entah kenapa gue lupa dengan urutan tampilnya, yang jelas ada duo pelantun Keong Racun (bukan Shin-Jo). Itu lho yang salah satu ceweknya bertato, dan gue baru tahu kalau tatonya nggak cuma di tangan kanan, tapi juga di paha bagian kanan.
Ada geisha juga dengan vokalisnya yang terlihat seperti Barbie.
Ulaalala gue juga seneng dengan kehadiran Sheila On 7 dengan single terbarunya ‘Hari Bersamanya’. Rupanya Mustika Khoiriyah, temen gue yang sesama pecinta SO7 mengaku kesal karena udah meneriakan nama si vokali yaitu ‘Duta’ tapi katanya gak menengok kea rah si Qori. Hahaha ASLI gue ngakak.
“yaiyalah Qori Duta nggak nengok ke arah lo. Impossible banget, udah tau rame kaya gitu”, kata gue.
Karena gue lama-lama bosan dengan kehadiran si Keong Racun dan Wali, gue pengen banget ke tribune, begitu juga dengan teman-teman gue yang lain. Tapi kita ngak tahu caranya. Jadi ya nikmatin ajalah, berdiri kesenggol kedorong. Yah yang penting nggak sampe keinjek (terinjak)
Bahkan rambut temen gue menjadi korban karena sering nyangkut di tangan orang pas lagi tepuk tangan.
Gue ditarik Safirah buat Shalat Isya, menjamak takhir dengan magrib pasalnya pas sampe di Tennis Indoor Senayan udah jam 7an lewat.
Syukur deh gue hanya melewatkan ST 12, Zigaz dan Kotak. 3 band itu nggak masuk list favorit gue sih. Hahhaha
Tapi gue ngeliat wardrobenya Belda (itu lho fire dance IMB) yang ASLI KEREN
Abis itu ada acara sulapnya Demian yang melibatkan artis-artis yang seolah dipindahkan ke tempat lain, padahal sih kata temen gue ngerangkak-rangkak tuh artis.
Oiya, ada Ello juga yang diiringi si cantik Rizuki berganti baju di atas panggung (pake trik sulap tentunya). Tapi gue suka deh dengan gitarnya Ello yang berwarna biru soft.
Ok finally acaranya selesai ditutup dengan Momo ‘Geisha’ dan Tantri ‘Kotak’ yang duet bareng. Semua bintang tamu mucul dan ada si girl power penggebuk drum “JP Millenix”. Wah ternyata dia sangattt cantik disertai giginya yang mirip si kuning muka kotak alias SpongeBob Squarepants.
Sebenarnya nggak terlalu puas, ya meski bisa ngeliat banyak artis tapi bukan itu tujan utama gue. pengennya sih dapet HP atau paling nggak sekedar goddy bag tapi nyatanya kita pulang dengan kaus putih bertuliskan 14 XLalu yang melekat di tubuh. Yah mungkin ini dijadiin pelajaran, kalau kita jangan terlalu berharap banyak.
Selai itu, seseruan bareng sama temen di bis nggak akan bisa dibeli.
We're The Team
4 Days In Anyer
(part 3)
Minggu pagi itu gue terbangun dari tidur yang nggak nyenyak (awalnya) . kenapa? Karena saat gue mau tidur, saat gue mulai membenamkan kepala gue di balik selimut yang terasa hangat, gue mendengar suara dentuman, terus suara langkah orang naik tangga. Gue pikir cuma gue doing yang denger, ternyata BIG NOOO.
Temen sekamar gue juga ngedenger yang sama. Awalnya gue rada takut tapi selisfik punya selidik besok paginya,yaitu hari Minggu , kita baru tau kalo anak Insan Cendekia menempati kamar yang ada di atas dan baru datang semalam, makanya suaranya gedebak gedebuk.
Okey, gue lupa bangun jam berapa di Minggu yang mataharinya telah menyapa memasuki kamar. Tapi seinget gue, gue sempet digugah temen gue buat sahalat subuh, tapi karena dasar kebo guepun tertidur kembali dan digugahan ke-2 baru gue bangun dan shalat subuh ( Thanks Anggi :D)
Sekolah kita ngaret lagi….hahaahaa.
Acara pengarahan udah dimulai, sarapanpun udah selesai, alhasil kita nggak sarapan. Padahal lumayan laper tuh gue, hikkks. Tapi semuanya terbayar dengan coffe break yang makanannya cocok di lidah gue, hehe.
Kroket (bener gak sih tulisannya)……….
Jrengjreng (apaa-apaan) . gue ngambil 3 (kalo nggak salah) . lumayan tuh makanan bisa mengganjal perut gue.
Lalu pengarahan terus berlanjut, kali ini lebih parah daripada semalem . jujur gue nggak dengerin utuh apa yang diperbincangkan, gue dan tim justru bikin pohon keluarga (hahaahahahahah)
Terus ketawa ketiwi bareng Aldi maen plesetan kata, ngeliatin “Bang Ganteng” yang curi-curi pandang ke Nenda . aduhhhh kocak bangett deh
Kegilaan Aldi masih berlanjut dengan mengisi kertas bagan lomba dengan nama-nama sekolah yang diplesetin. (Parah banget yang inii)
Gue yang duduk di sebelahnya, ngakak parah ngebacanya.
Pengarahan sudah selesai dan waktunya pengundian….
Allhamdulillah, sekolah kita dapet tempat yang strategis, yaitu melawan SMAN 1 Ciku*a dan SMAN 3 Ra*sa, untungnya kita nggak dapet lawan yang menyeramkan seperti CMB*S atau *C. (Thanks Nenda atas tangan ajaibnya yang ngambil undian)
By the way ada kejadian yang sangat menyebalkan buat gue pasalnya saat si bapak yang mengarahkan bertanya apakah udah ada yang membuat yel dan apakah mau bersedia untuk menampilkannya, ada seorang guru entah darimana yang menunjuk sekolah kami buat maju. Asli kelimpunganlah kita, udah jelas masih sedih karena 10 teman kita pulang, capek karena pengarahan materi yang semalem mana mungkin kita udah nyiapin yel . sumpah tuh bapak pengen gue gata* rasanya, entah kenapa gue ngerasanya tuh bapak sengaja banget. Urghhhh
Akhirnya dengan penolakan lembut guru sosiologi alias guru pembimbing kita, sekolah kita digantikan sama Isla*ic Cen**r. yel mereka berkesan banget karena pake lagunya Wavin Flag yang liriknya diubah.
Pengarahan materi yang berakhir sore itu (lupa jam brapa) membawa kita untuk beristirahat di kamar masing-masing.
Uzhy, Anggi, Indra, Nenda dan Dienna, Sari pergi ke indomart(lho) ini gue serious. Mereka naek angkot ke indomart buat beli makanan (maklum persediaan makanan menipis dan persiapan sarapan).
Gue nggak ikut ke indomart karena memilih bercokol di kamar 304 sendirian buat nonton kuis yang gue ikutin itu di layer kaca alias TV (biar bisa memprediksi soal-soalnya gitu) . hahaha
Sementara, Mitha (temen sekamar gue yang lain) bermain dengan Stevi di pantai, katanya sih mau ngeliat sunset. Gue sendirian di kamar, sendirian…sendirian…sendirian…sendirian…hehe lebay ahh.
Pas udah menjelang magrib gue mulai gelisah (sebenernya nggak juga sih) abis si Mitha belum balik dari maen..lalu tiba-tiba gue mendengar… mendengar suara agak ramai di depan pintu kamar.
Olalala untung Mitha dan Stevi udah balik, gue ngeliat Mitha lagi cuci kaki di depan kamar dengan muka panik dan bilang, “kakak.. hape aku ilang” .
“hah kok bisa?”, tanya gue kaget
“iya kak, kebawa ombak pas lagi maen di pantai”.
Setelah sibuk mengabarkan hape Mitha ilang, bercokollah kita di kamar masing-masing sambil menunggu pasukan indomart yang belum pelang.
Malamnya, setelah makan malam, kita janjian buat bikin yel di kamar 301 (kamar guru pembimbing) untuk besok dan review.
Si Uzhy malah ketiduran di kamar sendirian, alhasil latihan yel kita tanpa Uzhy.
Pas latihan yel, ada banyak kejadian seruu mulai dari nggak akurnya Sari dan Aldi, Aldi yang buang gas mulu (ASLI BAU BANGET..gue jadi salah satu korban kebiadaban anginnya si Aldi), serangga yang mengganggu Nenda.
Wah seruu banget deh.
Setelah dirasa cukup berlatih, kita(gue,Anggi,Mitha) balik ke kamar dan memutuskan untuk tidur (hiks…gak nonton si ganteng Jonas Brother di Camp Rock)
(part 3)
Minggu pagi itu gue terbangun dari tidur yang nggak nyenyak (awalnya) . kenapa? Karena saat gue mau tidur, saat gue mulai membenamkan kepala gue di balik selimut yang terasa hangat, gue mendengar suara dentuman, terus suara langkah orang naik tangga. Gue pikir cuma gue doing yang denger, ternyata BIG NOOO.
Temen sekamar gue juga ngedenger yang sama. Awalnya gue rada takut tapi selisfik punya selidik besok paginya,yaitu hari Minggu , kita baru tau kalo anak Insan Cendekia menempati kamar yang ada di atas dan baru datang semalam, makanya suaranya gedebak gedebuk.
Okey, gue lupa bangun jam berapa di Minggu yang mataharinya telah menyapa memasuki kamar. Tapi seinget gue, gue sempet digugah temen gue buat sahalat subuh, tapi karena dasar kebo guepun tertidur kembali dan digugahan ke-2 baru gue bangun dan shalat subuh ( Thanks Anggi :D)
Sekolah kita ngaret lagi….hahaahaa.
Acara pengarahan udah dimulai, sarapanpun udah selesai, alhasil kita nggak sarapan. Padahal lumayan laper tuh gue, hikkks. Tapi semuanya terbayar dengan coffe break yang makanannya cocok di lidah gue, hehe.
Kroket (bener gak sih tulisannya)……….
Jrengjreng (apaa-apaan) . gue ngambil 3 (kalo nggak salah) . lumayan tuh makanan bisa mengganjal perut gue.
Lalu pengarahan terus berlanjut, kali ini lebih parah daripada semalem . jujur gue nggak dengerin utuh apa yang diperbincangkan, gue dan tim justru bikin pohon keluarga (hahaahahahahah)
Terus ketawa ketiwi bareng Aldi maen plesetan kata, ngeliatin “Bang Ganteng” yang curi-curi pandang ke Nenda . aduhhhh kocak bangett deh
Kegilaan Aldi masih berlanjut dengan mengisi kertas bagan lomba dengan nama-nama sekolah yang diplesetin. (Parah banget yang inii)
Gue yang duduk di sebelahnya, ngakak parah ngebacanya.
Pengarahan sudah selesai dan waktunya pengundian….
Allhamdulillah, sekolah kita dapet tempat yang strategis, yaitu melawan SMAN 1 Ciku*a dan SMAN 3 Ra*sa, untungnya kita nggak dapet lawan yang menyeramkan seperti CMB*S atau *C. (Thanks Nenda atas tangan ajaibnya yang ngambil undian)
By the way ada kejadian yang sangat menyebalkan buat gue pasalnya saat si bapak yang mengarahkan bertanya apakah udah ada yang membuat yel dan apakah mau bersedia untuk menampilkannya, ada seorang guru entah darimana yang menunjuk sekolah kami buat maju. Asli kelimpunganlah kita, udah jelas masih sedih karena 10 teman kita pulang, capek karena pengarahan materi yang semalem mana mungkin kita udah nyiapin yel . sumpah tuh bapak pengen gue gata* rasanya, entah kenapa gue ngerasanya tuh bapak sengaja banget. Urghhhh
Akhirnya dengan penolakan lembut guru sosiologi alias guru pembimbing kita, sekolah kita digantikan sama Isla*ic Cen**r. yel mereka berkesan banget karena pake lagunya Wavin Flag yang liriknya diubah.
Pengarahan materi yang berakhir sore itu (lupa jam brapa) membawa kita untuk beristirahat di kamar masing-masing.
Uzhy, Anggi, Indra, Nenda dan Dienna, Sari pergi ke indomart(lho) ini gue serious. Mereka naek angkot ke indomart buat beli makanan (maklum persediaan makanan menipis dan persiapan sarapan).
Gue nggak ikut ke indomart karena memilih bercokol di kamar 304 sendirian buat nonton kuis yang gue ikutin itu di layer kaca alias TV (biar bisa memprediksi soal-soalnya gitu) . hahaha
Sementara, Mitha (temen sekamar gue yang lain) bermain dengan Stevi di pantai, katanya sih mau ngeliat sunset. Gue sendirian di kamar, sendirian…sendirian…sendirian…sendirian…hehe lebay ahh.
Pas udah menjelang magrib gue mulai gelisah (sebenernya nggak juga sih) abis si Mitha belum balik dari maen..lalu tiba-tiba gue mendengar… mendengar suara agak ramai di depan pintu kamar.
Olalala untung Mitha dan Stevi udah balik, gue ngeliat Mitha lagi cuci kaki di depan kamar dengan muka panik dan bilang, “kakak.. hape aku ilang” .
“hah kok bisa?”, tanya gue kaget
“iya kak, kebawa ombak pas lagi maen di pantai”.
Setelah sibuk mengabarkan hape Mitha ilang, bercokollah kita di kamar masing-masing sambil menunggu pasukan indomart yang belum pelang.
Malamnya, setelah makan malam, kita janjian buat bikin yel di kamar 301 (kamar guru pembimbing) untuk besok dan review.
Si Uzhy malah ketiduran di kamar sendirian, alhasil latihan yel kita tanpa Uzhy.
Pas latihan yel, ada banyak kejadian seruu mulai dari nggak akurnya Sari dan Aldi, Aldi yang buang gas mulu (ASLI BAU BANGET..gue jadi salah satu korban kebiadaban anginnya si Aldi), serangga yang mengganggu Nenda.
Wah seruu banget deh.
Setelah dirasa cukup berlatih, kita(gue,Anggi,Mitha) balik ke kamar dan memutuskan untuk tidur (hiks…gak nonton si ganteng Jonas Brother di Camp Rock)
4 Days In Anyer (part 2)
Paramitha Yunizar, Stevia Putri, Praharsari Diah, Dienna Yasmine, Nisrina Nindriya, Indra Himawan, Aldi Dwiyanto, Fitria Wardani, Ranggi Windy, Al Uzhma. (4 nama terakhir kelas XI)
10 orang itu akhirnya bertahan di Anyer buat ikutan LCC.
Gue, Anggi dan Uzhy pindah ke kamar 303 bareng mitha. Semua baju yang udah diberesin di lemari kamar 304 dipindahin ke kamar 303, hahaahah.
Dan keseruanpun dimulai….. gue dijadiin bulan-bulanan mulu nih di kamar, khususnya sama Anggi dan Uzhy. Penyebab nggak lain dan nggak bukan karena gue telah menguasai hanger yang ada di lemari kamar 303 dan 304. total hanger yang gue pake kalo nggak salah ada 6.
Selain itu kebiasaan gue yang suka berlama-lama di kamar mandi kebawa juga pas di Anyer, heeheh. Gue kelamaan di kamar mandi, Uzhy teriak-teriak mulu karena gue di kamar mandi ngabisin waktu, padhal gue udah beralasan kalo penyebab lamanya gue adalah nggak lain dan nggak bukan karena gue mandi sambil keramas tapi tetap aja alasan gue ditolak dengan alasan ALIBI. Lho??
Setelah membersihkan diri karena bermain di pantai yang ber-20 itu, kita bersiap-siap menuju ke Kalpataru Resataurant buat menghadiri openingnya. Wahhh nggak asikk banget, ACnya mati…udah kaya ayam diungkep aja gue kepanasan.
Pas Opening, kita nyanyiin lagu Indonesia Raya dan setelah itunya cuma pengarahan materi. Gue duduk di sebelah Aldi, aduh tuh anak kocak dan unik abis, nggak bisa diem dan kerjaannya ngelucu dan kentut. Dia ngatain protocol openingnya mirip ibu-ibu tukang nasi uduk, udah gitu dia hampir aja foto anggota MPR kalo nggak salah yang lagi ngobrol saat pembukaan oleh doa. Waduhhh. Ck parah bangt nihh.
Gue main plesetan kata sama Aldi abis boring banget dengerin ocehan pejabat yang berniat ngelucu tapi nggak lucu sebenernya..
Oahhh…gila ngantuk banget, mata udah sepet banget, udah sekitar jam 11an malem dan acara pengarahan yang super panas dan jayus itu berakhir.
Gue, Anggi, dan Uzhy berjalan di barisan paling depan untuk menuju kamar 304. rasanya kami ingin secepatnya ,menyambut kasur empuk yang telah lam menunggu untuk ditiduri. Saat tinggal beberapa langkah menuju kamar, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara guru pembimbing kami yang berkata, “Awas, ada kepala di atas leher” .
Karena suasana yang begitu mencekam (puklul 23.00 gitu) sepi dan kamar kami terletak di bagian pojok, barisan kalimat wajar yang diucapkan guru kami itu terdengar menyeramkan dan sukses membuat gue. Anggi, dan Uzhy panik berlari ke belakang (kea rah rombongan). yang ada di bayangan gue adalah kalau tiba-tiba ada kepala bunting yang melayang .
Okey, setelah kami sadar kalau kata-kata itu wajar kami kembali menuju kamara dan bergegas untuk istirahat dan berniat melihat sunrise di esok hari.
10 orang itu akhirnya bertahan di Anyer buat ikutan LCC.
Gue, Anggi dan Uzhy pindah ke kamar 303 bareng mitha. Semua baju yang udah diberesin di lemari kamar 304 dipindahin ke kamar 303, hahaahah.
Dan keseruanpun dimulai….. gue dijadiin bulan-bulanan mulu nih di kamar, khususnya sama Anggi dan Uzhy. Penyebab nggak lain dan nggak bukan karena gue telah menguasai hanger yang ada di lemari kamar 303 dan 304. total hanger yang gue pake kalo nggak salah ada 6.
Selain itu kebiasaan gue yang suka berlama-lama di kamar mandi kebawa juga pas di Anyer, heeheh. Gue kelamaan di kamar mandi, Uzhy teriak-teriak mulu karena gue di kamar mandi ngabisin waktu, padhal gue udah beralasan kalo penyebab lamanya gue adalah nggak lain dan nggak bukan karena gue mandi sambil keramas tapi tetap aja alasan gue ditolak dengan alasan ALIBI. Lho??
Setelah membersihkan diri karena bermain di pantai yang ber-20 itu, kita bersiap-siap menuju ke Kalpataru Resataurant buat menghadiri openingnya. Wahhh nggak asikk banget, ACnya mati…udah kaya ayam diungkep aja gue kepanasan.
Pas Opening, kita nyanyiin lagu Indonesia Raya dan setelah itunya cuma pengarahan materi. Gue duduk di sebelah Aldi, aduh tuh anak kocak dan unik abis, nggak bisa diem dan kerjaannya ngelucu dan kentut. Dia ngatain protocol openingnya mirip ibu-ibu tukang nasi uduk, udah gitu dia hampir aja foto anggota MPR kalo nggak salah yang lagi ngobrol saat pembukaan oleh doa. Waduhhh. Ck parah bangt nihh.
Gue main plesetan kata sama Aldi abis boring banget dengerin ocehan pejabat yang berniat ngelucu tapi nggak lucu sebenernya..
Oahhh…gila ngantuk banget, mata udah sepet banget, udah sekitar jam 11an malem dan acara pengarahan yang super panas dan jayus itu berakhir.
Gue, Anggi, dan Uzhy berjalan di barisan paling depan untuk menuju kamar 304. rasanya kami ingin secepatnya ,menyambut kasur empuk yang telah lam menunggu untuk ditiduri. Saat tinggal beberapa langkah menuju kamar, tiba-tiba kami dikejutkan oleh suara guru pembimbing kami yang berkata, “Awas, ada kepala di atas leher” .
Karena suasana yang begitu mencekam (puklul 23.00 gitu) sepi dan kamar kami terletak di bagian pojok, barisan kalimat wajar yang diucapkan guru kami itu terdengar menyeramkan dan sukses membuat gue. Anggi, dan Uzhy panik berlari ke belakang (kea rah rombongan). yang ada di bayangan gue adalah kalau tiba-tiba ada kepala bunting yang melayang .
Okey, setelah kami sadar kalau kata-kata itu wajar kami kembali menuju kamara dan bergegas untuk istirahat dan berniat melihat sunrise di esok hari.
4 Days In Anyer “Senyum Mengembang yang Hilang”
Hulaaaaa senang sekali gue. Teramat senang karena telah berlibur di Anyer selama 4 hari 3 malam. Haha.
Okey, Sabtu, 15 Mei 2010 20 orang siswa beserta barang bawaan yang umumnya travel bag dan koper telah berkumpul di SMAN 2 Tang-Sel sejak pukul 08.00. mereka itu antara lain Febi, Caca, Sari, Stevi, Anggi, Nurul, Rili, Ruth, Sasa, Nenda, Kuka, Aldi, Indra, Uzhy, BCL, Mitha, Dienna, Miranda, Jessica, dan Gue.. Fitria Wardani.
Kita ber-20 udah siap buat cap cus ke Anyer dengan tujuan sebenarnya adalah mengikuti Lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar dan TAP MPR tingkat Provinsi tapi nggak munafik juga kalau di sela hati kita yang paling dalam ada niat berlibur sambil berlomba. Waahahahaaaa
Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam-an kalau nggak salah, kita ber-20 sampai di Hotel Patra Jasa Anyer yang emang udah disiapin untuk menampung kita sampai Rabu mendatang. Karena check in masih jam 1 siang, sementara kita udah sampai di Anyer dari jam 11an, kita ber-20 duduk di pinggir pantai menikmati angin yang menerpa dan deburan ombak yang udah lama nggak pernah gue dengar. Laut biru dengan pemandangan gunung krakatau beserta anaknya yang masih aktif ditemani langit cerah dan matahari yang menyengat. Semuanya begitu indah, terlebih lagi karena bernuansa biru (warna kesukaan gue). Udah ahh ngelantur kaya bikin puisi aja nih gue. Seolah memanggil, laut seakan meminta kita untuk mendekat dan menginjakkan kaki di pasir yang begitu halus. Perlahan, satu persatu. Mulai dari Indra, Aldi, dan siapa lagi yang jelas guepun tergoda untuk turun dan berkenalan dengan air laut. Ada juga yang mengukir nama CISAUX di pantai, si pelaku adalah Aldi. hahahaa
Udah ahhh maennya, udah basah celana yang gue pake padahal celananya pengen gue pake pas balik nanti….
sudah lewat dari jam 1, jam yang dijanjikan panitia buat check in, tapi guru pembimbing kita, yaitu Pak Iqbal nggak keliatan batang idungnya, kita semua udah kelparan dan bosan menunggu. Hingga akhirnya kita ber-20 tau penyebabnya. Sekolah kita mengirimkan 2 tim, sementara seharusnya 1 sekolah hanya boleh mengirimkan 1 tim, yaitu 10 orang. Sekolah kita nggak salah, karena sekolah kita hanya menjalankan surat tugas dan memang H-3 sekolah kita disuruh mengirimkan 20 orang. Tapi inii….
Semua kecewa, muka ditekuk ditambah lapar yang menusuk. Senyum yang tadinya terkembang, perlahan hilang. Masih ada secercah harapan, yaitu masalah ini akan disidangkan terlebih dahulu oleh Dinas atau siapalah gitu. Gue udah sebel.
Kita ber-20 digiring ke kamar untuk beristirahat sambil menunggu keputusan tapi sebelumnya, tim yang pasti telah dibentuk, gue temasuk di dalamnya.
Kamar 304, ad ague, Uzhy, Anggi, Caca dan Febi. Kita semua membereskan pakaian ke dalam lemari yang ada, lalu menjelajah ke kamar anak-anak lain dengan gaduh. Hahaha. Saat makan siang, nggak tau udah jam berapa itu, dengan terpaksa keputusan panitia nggak bisa diubah lagi 10 orang memang harus dipulangkan, nggak bisa besok, tapi hari itu juga karena panitia hanya menanggung segala hal sejumlah 10 orang. Sedihhh banget rasanya..harus kehilangan 10 orang temen-temen itu, padahal kita udah nyatu banget selama latihan, tapi mau bagaimana lagi atas tindak tanduk si panitia yang amatiran itu 10 orang teman gue itu harus pulang dengan menanggung beban psikis dan beban lain, waktu yang mereka korbankan buat dispen, acara wisuda yang harus mereka tinggalkan, dan acara-acara lain.
Kalau seandainya suatu saat gue jadi penyelenggara kaya begituan gue akan bertindak sebaik dan sebenar mungkin sehingga nggak ada pihak yang terluka dan mendendam.
Untuk menghibur 10 orang teman gue itu, kita ber-20 maen di pantai. Mengubur Aldy, teriak di tengah laut (gak tengah-tengah banget sih), foto-foto dan seru-seruan aja menghibur hati kita msing-masing. Ketika matahari mulai memebrikan tanda untuk meninggalkan bumi, maka 10 orang teman gue itu pulang.
Sementara 10 orang yang tersisa masih harus berjuang dengan perasaan kehilangan.
Okey, Sabtu, 15 Mei 2010 20 orang siswa beserta barang bawaan yang umumnya travel bag dan koper telah berkumpul di SMAN 2 Tang-Sel sejak pukul 08.00. mereka itu antara lain Febi, Caca, Sari, Stevi, Anggi, Nurul, Rili, Ruth, Sasa, Nenda, Kuka, Aldi, Indra, Uzhy, BCL, Mitha, Dienna, Miranda, Jessica, dan Gue.. Fitria Wardani.
Kita ber-20 udah siap buat cap cus ke Anyer dengan tujuan sebenarnya adalah mengikuti Lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Dasar dan TAP MPR tingkat Provinsi tapi nggak munafik juga kalau di sela hati kita yang paling dalam ada niat berlibur sambil berlomba. Waahahahaaaa
Setelah menempuh perjalanan sekitar 3 jam-an kalau nggak salah, kita ber-20 sampai di Hotel Patra Jasa Anyer yang emang udah disiapin untuk menampung kita sampai Rabu mendatang. Karena check in masih jam 1 siang, sementara kita udah sampai di Anyer dari jam 11an, kita ber-20 duduk di pinggir pantai menikmati angin yang menerpa dan deburan ombak yang udah lama nggak pernah gue dengar. Laut biru dengan pemandangan gunung krakatau beserta anaknya yang masih aktif ditemani langit cerah dan matahari yang menyengat. Semuanya begitu indah, terlebih lagi karena bernuansa biru (warna kesukaan gue). Udah ahh ngelantur kaya bikin puisi aja nih gue. Seolah memanggil, laut seakan meminta kita untuk mendekat dan menginjakkan kaki di pasir yang begitu halus. Perlahan, satu persatu. Mulai dari Indra, Aldi, dan siapa lagi yang jelas guepun tergoda untuk turun dan berkenalan dengan air laut. Ada juga yang mengukir nama CISAUX di pantai, si pelaku adalah Aldi. hahahaa
Udah ahhh maennya, udah basah celana yang gue pake padahal celananya pengen gue pake pas balik nanti….
sudah lewat dari jam 1, jam yang dijanjikan panitia buat check in, tapi guru pembimbing kita, yaitu Pak Iqbal nggak keliatan batang idungnya, kita semua udah kelparan dan bosan menunggu. Hingga akhirnya kita ber-20 tau penyebabnya. Sekolah kita mengirimkan 2 tim, sementara seharusnya 1 sekolah hanya boleh mengirimkan 1 tim, yaitu 10 orang. Sekolah kita nggak salah, karena sekolah kita hanya menjalankan surat tugas dan memang H-3 sekolah kita disuruh mengirimkan 20 orang. Tapi inii….
Semua kecewa, muka ditekuk ditambah lapar yang menusuk. Senyum yang tadinya terkembang, perlahan hilang. Masih ada secercah harapan, yaitu masalah ini akan disidangkan terlebih dahulu oleh Dinas atau siapalah gitu. Gue udah sebel.
Kita ber-20 digiring ke kamar untuk beristirahat sambil menunggu keputusan tapi sebelumnya, tim yang pasti telah dibentuk, gue temasuk di dalamnya.
Kamar 304, ad ague, Uzhy, Anggi, Caca dan Febi. Kita semua membereskan pakaian ke dalam lemari yang ada, lalu menjelajah ke kamar anak-anak lain dengan gaduh. Hahaha. Saat makan siang, nggak tau udah jam berapa itu, dengan terpaksa keputusan panitia nggak bisa diubah lagi 10 orang memang harus dipulangkan, nggak bisa besok, tapi hari itu juga karena panitia hanya menanggung segala hal sejumlah 10 orang. Sedihhh banget rasanya..harus kehilangan 10 orang temen-temen itu, padahal kita udah nyatu banget selama latihan, tapi mau bagaimana lagi atas tindak tanduk si panitia yang amatiran itu 10 orang teman gue itu harus pulang dengan menanggung beban psikis dan beban lain, waktu yang mereka korbankan buat dispen, acara wisuda yang harus mereka tinggalkan, dan acara-acara lain.
Kalau seandainya suatu saat gue jadi penyelenggara kaya begituan gue akan bertindak sebaik dan sebenar mungkin sehingga nggak ada pihak yang terluka dan mendendam.
Untuk menghibur 10 orang teman gue itu, kita ber-20 maen di pantai. Mengubur Aldy, teriak di tengah laut (gak tengah-tengah banget sih), foto-foto dan seru-seruan aja menghibur hati kita msing-masing. Ketika matahari mulai memebrikan tanda untuk meninggalkan bumi, maka 10 orang teman gue itu pulang.
Sementara 10 orang yang tersisa masih harus berjuang dengan perasaan kehilangan.
Startin Again
Memulai kembali…
Yap setelah absen berhuru hara di blog ( baca curhat) dengan waktu yang gue sendiri lupa, sekarang gue mencoba menulis kembali.
Oyah gue baru buat tumblr lho, follow me in fitriuungg.tumblr.com ya readers.
Ahhh parah nih gue lagi galau saat menulis part ini. Eh tunggu deh, gue bingung kenapa remaja sekarang sering banget mengekspresikan dirinya sedang galau di akun sistus jejaring sosial berlookan burung berwana biru ( you know what, readers).
Kalo menurut gue sendiri, galau itu kata-kata yang berat dan terkesan tua buat remaja. Yah tapi apalah arti dari sebuah galau,
Udah ah basa-basinya. Gue lagi bingung. Lebih simple ternyata !
Gue bingung karena gue lagi kangen seseorang,
Yeah, I miss him readers
Dan gue bingung apakah gue harus menyampaikan rasa kangen gue itu padanya, gue nggak mau burung yang menyampaikannya karena nanti bkalan terkesan kaya lagu dangdut
Dan gue juga nggak mau angin yang menyampaikannya karena nanti terkesan seperti puisi
Gue mau gue…. yang menyampaikan kepadanya kalau gue kangen sama dia
Gue mau gue…. yang tahu bagaimana kabarnya langsung dari dia
Gue mau gue…. bisa ngobrol dan tetap berkomunikasi seperti sebelumnya
Gue mau gue…. just say “hi” with smile to him or write “hi” and send to him via sms
But I can’t
Gue nggak punya keberanian untuk melakukan itu
Geu terlalu pengecut
Gue hanya berani memendam semuanya dan terkadang cuma menuangkannya pada secarik kertas.
Gue capek olahraga perasaan terus kaya gini tapi gue juga pengecut
Dan nggak bisa memulai…….
Yap setelah absen berhuru hara di blog ( baca curhat) dengan waktu yang gue sendiri lupa, sekarang gue mencoba menulis kembali.
Oyah gue baru buat tumblr lho, follow me in fitriuungg.tumblr.com ya readers.
Ahhh parah nih gue lagi galau saat menulis part ini. Eh tunggu deh, gue bingung kenapa remaja sekarang sering banget mengekspresikan dirinya sedang galau di akun sistus jejaring sosial berlookan burung berwana biru ( you know what, readers).
Kalo menurut gue sendiri, galau itu kata-kata yang berat dan terkesan tua buat remaja. Yah tapi apalah arti dari sebuah galau,
Udah ah basa-basinya. Gue lagi bingung. Lebih simple ternyata !
Gue bingung karena gue lagi kangen seseorang,
Yeah, I miss him readers
Dan gue bingung apakah gue harus menyampaikan rasa kangen gue itu padanya, gue nggak mau burung yang menyampaikannya karena nanti bkalan terkesan kaya lagu dangdut
Dan gue juga nggak mau angin yang menyampaikannya karena nanti terkesan seperti puisi
Gue mau gue…. yang menyampaikan kepadanya kalau gue kangen sama dia
Gue mau gue…. yang tahu bagaimana kabarnya langsung dari dia
Gue mau gue…. bisa ngobrol dan tetap berkomunikasi seperti sebelumnya
Gue mau gue…. just say “hi” with smile to him or write “hi” and send to him via sms
But I can’t
Gue nggak punya keberanian untuk melakukan itu
Geu terlalu pengecut
Gue hanya berani memendam semuanya dan terkadang cuma menuangkannya pada secarik kertas.
Gue capek olahraga perasaan terus kaya gini tapi gue juga pengecut
Dan nggak bisa memulai…….
May 12, 2010
Twittermu Harimaumu
Gue pernah baca tweet itu di twitter temen gue kalo nggak salah, bunyinya “Twittermu, Harimaumu”
Artinya (menuruit gue) : Apa yang lo ungkapkan lewat situs jejaring sosial ini(twitter) bisa aja jadi malapetaka kalau lo nggak hatu-hati. Dan kayanya gue menglaminya, bukan petaka juga sih… tapi mantan gue bisa dibilang nyaris marah atau nggak suka atas curhatan gue di twitter.
Tweet yang gue post hari Minggu di saat buka album perpisahan di Jogja zaman SMP di kompi gue, gue menemukan sebuah wajah yang sudah lama nggak gue temui, sebuah wajah yang gue sukai selama 3 tahun. Wajah gebetan gue. Hahaaa
Lalu gue post tweet “Inget ia”… terus…. “asli ngerasa kangen banget sama ia tiba-tiba”….ada lagi “when I look your photos, I remember you”
Dasar gue yang bego atau mantan gue yang jitu menebak kalo ia yang gue maksud adalah gebetan gue pas SMP (namanya nggak mungkin gue sebut di sini) . and then, mantan gue itu nanya dan gue nggak nyangka kalo dia nggak suka sama tweet gue itu,
Bahkan rencana pulang bareng kita gagal gara-gara kayanya dia kesel sama gue yang mengira kalau gue masih suka sama gebetan gue itu, padahal gue cuma inget sebntar dan lupa dan udah nggak suka lagi.
Nggak nyangka tweet gue berbuah begini, nyaris aja gue berantem sama dia, karena dia sms gue buat nanyain hal itu di saat gue ngersa capek banget dan bawaannya pengen marah-marah.
Foiuhhhhhh, sudahlah, sebaiknya ini dijadikan pelajaran bagi gue saja dan readers buat berhati-hati dalam mengekspresikan segala hal.
Artinya (menuruit gue) : Apa yang lo ungkapkan lewat situs jejaring sosial ini(twitter) bisa aja jadi malapetaka kalau lo nggak hatu-hati. Dan kayanya gue menglaminya, bukan petaka juga sih… tapi mantan gue bisa dibilang nyaris marah atau nggak suka atas curhatan gue di twitter.
Tweet yang gue post hari Minggu di saat buka album perpisahan di Jogja zaman SMP di kompi gue, gue menemukan sebuah wajah yang sudah lama nggak gue temui, sebuah wajah yang gue sukai selama 3 tahun. Wajah gebetan gue. Hahaaa
Lalu gue post tweet “Inget ia”… terus…. “asli ngerasa kangen banget sama ia tiba-tiba”….ada lagi “when I look your photos, I remember you”
Dasar gue yang bego atau mantan gue yang jitu menebak kalo ia yang gue maksud adalah gebetan gue pas SMP (namanya nggak mungkin gue sebut di sini) . and then, mantan gue itu nanya dan gue nggak nyangka kalo dia nggak suka sama tweet gue itu,
Bahkan rencana pulang bareng kita gagal gara-gara kayanya dia kesel sama gue yang mengira kalau gue masih suka sama gebetan gue itu, padahal gue cuma inget sebntar dan lupa dan udah nggak suka lagi.
Nggak nyangka tweet gue berbuah begini, nyaris aja gue berantem sama dia, karena dia sms gue buat nanyain hal itu di saat gue ngersa capek banget dan bawaannya pengen marah-marah.
Foiuhhhhhh, sudahlah, sebaiknya ini dijadikan pelajaran bagi gue saja dan readers buat berhati-hati dalam mengekspresikan segala hal.
Tragedy of Rainy
Hari ke-10 di bulan Mei kayanya hari sial gue deh. Pasalnya, mulai dari mentari menyambut gue untuk bergegas ke sekolah sampai balik lagi ke rumah untuk belajar lagi kesialan itu menyelimuti gue.
Mulai dari pagi, perut gue seakan nggak bisa diajak kompromi, GILA MULESS ABISS, padahal gue udah sempet ke belakang pas sebelum ke sekolah.
Di sekolah…masih MULESS dan beruntungnya gak berlangsung lama karena itu penyakit mules gue menghilang entah kemana. Eitsss.. tapi kesialan gue belum berakhir (kan baru mulai)
Di saat gue lagi berpikir keras menjawab 20 soal pilihan ganda ulangan bahasa inggris (allhamdulillah lumayan bisa) ternyata teman-teman se-tim buat lomba Undang-Undang yang lagi kumpul di perpus sedang meneriaki gue alias mengusulkan gue untuk menjadi salah 1 speaker (juru bicara) di Lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Sabtu nanti.
Ohhh… gue nggak tau harus memaknai ini apa, sebenarnya bukan sebuah kesialan tapi kebanggan karena teman-teman gue justru memercayai gue but.. tetep aja gue beresi keras kepada si guru pembimbing supaya gue digantikan dengan yang lainnya dengan alasan “saya itu orangnya demam panggung pak, ganti aja ya pak sama yang lainnya, nanti saya takut nge-blank pak”. Ini alasan yang sangat jujur, kebohongannya 0 %, tapi dengan santai si guru pembimbing itu menjawab “nggak ada panggung kok. Lagipula pemilihannya sudah demokratis”.
Ok, dengan dukungan teman-teman gue yang lain, guepun menerimanya. Mengikhlaskan diri gue menjadi juru bicara.
Senin itu gue nggak bawa payung, tetapi tetap aja nekat melawan gelapnya langit (yang menandakan udah mau ujan) untuk bergegas pulang (mau nonton My Fair Lady).
Seperti biasa, karena senin itu gue naik angkot, jadi gue turun di Parakan (bareng Glady), sialnya tuh tukang angkot menurunkan gue dan Glady di seberang sehingga untuk melanjutkan naik angkot berikutnya gue mesti nyebrang (mana ujan gede).
Akhirnya gue dan Glady meneduh di toko helm bersama anak SMAN lain yang juga lagi neduh di situ, ada 3 cewek yang SEMUANYA nyebelin. Mereka ngeliatin gue yang turun angkot lari-lari karena kebasahan dengan tatapan yang menurut gue nggak ‘ngenakin.
Sekitar 30 menitan gue bersama Glady nunggu di tempat itu bersama 3 CEWEK NYEBELIN itu,
What could you do in the rain? Just waiting and watching what happened in front of you.
Karena gue di pinggir jalan, jadi yang gue liat di depan gue adalah kendaraan yang berseliweran, mulai dari angkot, motor, mobil, trux, minbus, taxi.
Hingga tragedy of rainy ini dimulai… ada sebuah angkot kosong yang tiba-tiba mogok di tengah jalan. Posisi angkot itu menyilang dan menghalangi kendraan lain yang mau lewat. Dalam hujan yang mengguyur begitu dears itu, si tukang angkot itu mencoba keluar dari angkot dan mendorong angkotnya, tapi nggak berhasil, entah karena hujan atau memang nggak mungkin mendorong angkot sendirian. Gue nggak tau, yang jelas angkot itu nggak bisa berpindah, tetap eksis di tengah jalan.
Anehnya nggak ada seorangpun yang mengulurkan tangan buat membantunya, padahal nggak jauh dari situ gue yakin ada tukang ojek karena memang ada pangkalan ojek.
Berkisar 15 menit angkot itu tetap di tengah jalan, parahnya lagi ada seorang ibu dengan seorang bayinya yang justru naik ke anagkot itu (aduh si ibu nambahin beban).
Si tukang angkot itu masih tetap mencoba buat mendorong angkotnya tapi hasilnya NIHIL, nggak bergeser sedikitpun. Nggak ada yang menolong.
Glady, temen gue yang kakinya lagi sakit mengajak gue untuk iktu membantu mendorong angkot itu, begitu juga 3 CEWEK NYEBELIN itu, tapi gue masih maju mundur buat menolong si tukang angkot itu, maslahnya tenaga gue kayanya nggak akan seberapa untuk mendorong tuh angkot, lagipula hujan begitu deras ditemani sambaran petir yang tak bersahabat.
Gue terdengar egois, nggak punya hati, perasaan atau sedikitpun rasa iba. Jahat banget ya gue.
Tetapi untunglah, ada 2 orang lelaki yang menolong mendorong angkot itu ke pinggir, yang lebih memprihatinkan lagi, salah 1 orang yang menolong itu rupanya hanyalah orang yang kebetulan lewat dan sengaja memberhentikan motornya untuk menolong mendorong angkot itu. Benar-benar berhati malaikat. Nggak kaya gue.
Nggak lama hujan agak mereda, gue dan Glady naik angkot selanjutnya buat pulang,
Yahh kesialan gue, keujanan basah kuyup dan saat mau belajar bahasa inggris untuk mengadapi ulangan yang kedua, kertas materinya ketinggalan di kelas.
Ohh sialnya gue…
Mulai dari pagi, perut gue seakan nggak bisa diajak kompromi, GILA MULESS ABISS, padahal gue udah sempet ke belakang pas sebelum ke sekolah.
Di sekolah…masih MULESS dan beruntungnya gak berlangsung lama karena itu penyakit mules gue menghilang entah kemana. Eitsss.. tapi kesialan gue belum berakhir (kan baru mulai)
Di saat gue lagi berpikir keras menjawab 20 soal pilihan ganda ulangan bahasa inggris (allhamdulillah lumayan bisa) ternyata teman-teman se-tim buat lomba Undang-Undang yang lagi kumpul di perpus sedang meneriaki gue alias mengusulkan gue untuk menjadi salah 1 speaker (juru bicara) di Lomba Cerdas Cermat Undang-Undang Sabtu nanti.
Ohhh… gue nggak tau harus memaknai ini apa, sebenarnya bukan sebuah kesialan tapi kebanggan karena teman-teman gue justru memercayai gue but.. tetep aja gue beresi keras kepada si guru pembimbing supaya gue digantikan dengan yang lainnya dengan alasan “saya itu orangnya demam panggung pak, ganti aja ya pak sama yang lainnya, nanti saya takut nge-blank pak”. Ini alasan yang sangat jujur, kebohongannya 0 %, tapi dengan santai si guru pembimbing itu menjawab “nggak ada panggung kok. Lagipula pemilihannya sudah demokratis”.
Ok, dengan dukungan teman-teman gue yang lain, guepun menerimanya. Mengikhlaskan diri gue menjadi juru bicara.
Senin itu gue nggak bawa payung, tetapi tetap aja nekat melawan gelapnya langit (yang menandakan udah mau ujan) untuk bergegas pulang (mau nonton My Fair Lady).
Seperti biasa, karena senin itu gue naik angkot, jadi gue turun di Parakan (bareng Glady), sialnya tuh tukang angkot menurunkan gue dan Glady di seberang sehingga untuk melanjutkan naik angkot berikutnya gue mesti nyebrang (mana ujan gede).
Akhirnya gue dan Glady meneduh di toko helm bersama anak SMAN lain yang juga lagi neduh di situ, ada 3 cewek yang SEMUANYA nyebelin. Mereka ngeliatin gue yang turun angkot lari-lari karena kebasahan dengan tatapan yang menurut gue nggak ‘ngenakin.
Sekitar 30 menitan gue bersama Glady nunggu di tempat itu bersama 3 CEWEK NYEBELIN itu,
What could you do in the rain? Just waiting and watching what happened in front of you.
Karena gue di pinggir jalan, jadi yang gue liat di depan gue adalah kendaraan yang berseliweran, mulai dari angkot, motor, mobil, trux, minbus, taxi.
Hingga tragedy of rainy ini dimulai… ada sebuah angkot kosong yang tiba-tiba mogok di tengah jalan. Posisi angkot itu menyilang dan menghalangi kendraan lain yang mau lewat. Dalam hujan yang mengguyur begitu dears itu, si tukang angkot itu mencoba keluar dari angkot dan mendorong angkotnya, tapi nggak berhasil, entah karena hujan atau memang nggak mungkin mendorong angkot sendirian. Gue nggak tau, yang jelas angkot itu nggak bisa berpindah, tetap eksis di tengah jalan.
Anehnya nggak ada seorangpun yang mengulurkan tangan buat membantunya, padahal nggak jauh dari situ gue yakin ada tukang ojek karena memang ada pangkalan ojek.
Berkisar 15 menit angkot itu tetap di tengah jalan, parahnya lagi ada seorang ibu dengan seorang bayinya yang justru naik ke anagkot itu (aduh si ibu nambahin beban).
Si tukang angkot itu masih tetap mencoba buat mendorong angkotnya tapi hasilnya NIHIL, nggak bergeser sedikitpun. Nggak ada yang menolong.
Glady, temen gue yang kakinya lagi sakit mengajak gue untuk iktu membantu mendorong angkot itu, begitu juga 3 CEWEK NYEBELIN itu, tapi gue masih maju mundur buat menolong si tukang angkot itu, maslahnya tenaga gue kayanya nggak akan seberapa untuk mendorong tuh angkot, lagipula hujan begitu deras ditemani sambaran petir yang tak bersahabat.
Gue terdengar egois, nggak punya hati, perasaan atau sedikitpun rasa iba. Jahat banget ya gue.
Tetapi untunglah, ada 2 orang lelaki yang menolong mendorong angkot itu ke pinggir, yang lebih memprihatinkan lagi, salah 1 orang yang menolong itu rupanya hanyalah orang yang kebetulan lewat dan sengaja memberhentikan motornya untuk menolong mendorong angkot itu. Benar-benar berhati malaikat. Nggak kaya gue.
Nggak lama hujan agak mereda, gue dan Glady naik angkot selanjutnya buat pulang,
Yahh kesialan gue, keujanan basah kuyup dan saat mau belajar bahasa inggris untuk mengadapi ulangan yang kedua, kertas materinya ketinggalan di kelas.
Ohh sialnya gue…
May 3, 2010
IT’S NOT TO LATE FOR SURPRISEEEE
Kayanya nggak ada kata terlambat ya buat ngerencanaain sebuah kejutan ulang tahun.
Meski temen gue, Ririn Rismayanti ulang tahun tanggal 28 Maret, gue bersama ke-7 teman gue yang lain (Lutfa, Ndin, Udin, Maidah, Kiki, Iis, Nci) merencanakan sebuah surprise party dengan dateng ke rumahnya pagi-pagi di 6 April 2010.
Kita udah menyusun rencana, gue dan Iis menjadi orang paling depan membawa kue dan kado, sementara Lutfa, Udin, Maidah, Nci (pas itu kiki dan Ndin masih di jalan) bersiap di belakang kami dengan bersenjatakan air, telur, dan terigu buat nyiram Ririn tentunya.
Lagu Happy Birthday kita nyanyiin bareng-bareng di depan rumah Ririn saat yang empunya rumah dengan tampang kucel baru bangun tidur keluar dari rumah.
Setelah tiup lilin, sebotol air sukses didaratkan oleh Maidah ke kepala Ririn tanpa ada penolakan dari si empunya kepala. Hehehe
Nggak lama kemudian, Iis ngerasa kaget saat sebotol air juga sengaja didaratkan oleh Udin di kepalanya. Nggak cuma Iis yang kaget, gue juga yang ngeliat bingung. Lho ? (dalem hati gue)
Nggak lama kemudian, Kiki dan Dini dateng dan tanpa gue sadari Kiki menyiram punggung belakang gue. Kaget banget gue dan bingung, lho ada apaan sih ni ?
Lutfa, Udin, Nci, Maidah, Kiki, Dini menyerang gue, Ririn, dan Iis dengan air, telur dan terigu.
Saat teriakan “HAPPY BIRTHDAY NENEK”, “HAPPY BIRTHDAY IIS”, “HAPPY BIRTHDAY RIRIN” baru menyadarkan gue kalau merka menyiapkan surprise party buat kita ber-3 dengan mini cake yang super imut yang jumlahnya juga 3. buat gue yang ulang tahun 13 Februari, Iis yang ulang tahun 25 Februari, dan Ririn.
Sebuah telur mendarat kencang di kepala gue.
Asli, sakit banget ! baru pertama kali gue digituin alias diceplokin, akhirnya kita kejar-kejaran buat saling menyerang dengan terigu.
Nggak ada kata terlambat buat Surprise, asli gue bener-bener nggak menduga semuia itu.
Thank you so muchhhhhhhhh for you (s) . I Love you (s)
Meski temen gue, Ririn Rismayanti ulang tahun tanggal 28 Maret, gue bersama ke-7 teman gue yang lain (Lutfa, Ndin, Udin, Maidah, Kiki, Iis, Nci) merencanakan sebuah surprise party dengan dateng ke rumahnya pagi-pagi di 6 April 2010.
Kita udah menyusun rencana, gue dan Iis menjadi orang paling depan membawa kue dan kado, sementara Lutfa, Udin, Maidah, Nci (pas itu kiki dan Ndin masih di jalan) bersiap di belakang kami dengan bersenjatakan air, telur, dan terigu buat nyiram Ririn tentunya.
Lagu Happy Birthday kita nyanyiin bareng-bareng di depan rumah Ririn saat yang empunya rumah dengan tampang kucel baru bangun tidur keluar dari rumah.
Setelah tiup lilin, sebotol air sukses didaratkan oleh Maidah ke kepala Ririn tanpa ada penolakan dari si empunya kepala. Hehehe
Nggak lama kemudian, Iis ngerasa kaget saat sebotol air juga sengaja didaratkan oleh Udin di kepalanya. Nggak cuma Iis yang kaget, gue juga yang ngeliat bingung. Lho ? (dalem hati gue)
Nggak lama kemudian, Kiki dan Dini dateng dan tanpa gue sadari Kiki menyiram punggung belakang gue. Kaget banget gue dan bingung, lho ada apaan sih ni ?
Lutfa, Udin, Nci, Maidah, Kiki, Dini menyerang gue, Ririn, dan Iis dengan air, telur dan terigu.
Saat teriakan “HAPPY BIRTHDAY NENEK”, “HAPPY BIRTHDAY IIS”, “HAPPY BIRTHDAY RIRIN” baru menyadarkan gue kalau merka menyiapkan surprise party buat kita ber-3 dengan mini cake yang super imut yang jumlahnya juga 3. buat gue yang ulang tahun 13 Februari, Iis yang ulang tahun 25 Februari, dan Ririn.
Sebuah telur mendarat kencang di kepala gue.
Asli, sakit banget ! baru pertama kali gue digituin alias diceplokin, akhirnya kita kejar-kejaran buat saling menyerang dengan terigu.
Nggak ada kata terlambat buat Surprise, asli gue bener-bener nggak menduga semuia itu.
Thank you so muchhhhhhhhh for you (s) . I Love you (s)
GOAL REACHED
Heloooooooooooooooooo
Just wanna say that !
Setelah lama absen dari dunia blogging, nggak ada salahnya kalo gue menyapa readers. Sekali lagi ya
Heloooooooooooooooooooooooo !!! c:
Kemana aja gue yang absen berminggu-minggu meninggalkan dunia blogging? Nggak lain dan nggak bukan adalah tugas sekolah, ulangan, capek yang mendera, males ke warnet,. Padahal sih banyak banget yang pengen gue share ke readers tentang keseharian gue yang unforgettable moment
Tapi yang mau gue share ke readers kali ini adalah GOAL REACHED. Udah kaya main game yang berhasil memenuhi target, sama halnya dengan gue yang telah mencapai nilai yang gue targetkan sendiri.
90 adalah nilai yang gue targetin buat penulisan karya ilmiah dan presentasi gue, and the result ? yippiyyyyyyyyy,
28 April kemarin menjadi hari pembayaran dari pengorbanan gue selama 3 bulan ini, pasalnya Karya Ilmiah Bahasa Indonesia kelompok gue yang berjudul “PENGARUH SITUS JEJARING SOSIAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PELAJAR SMAN 2 TANGERANG SELATAN” ini mendapat nilai 90 untuk penulisan dan bakalan di Hard Cover serta ditaruh di perpustakaan.
Welll, bahagia banget pastinys. Ini sebuah kebanggan buat gue dan juga kelompok gue karena nggak banyak yang karya ilmiahnya ditaruh di perpustakaan, cuma yang menyentuh nilai 85 ke atas.
Nggak cuma itu aja, nilai presentasi gue juga dapet 90. Allhamdulillah banget.
Akhirnya apa yang udah gue korbankan selama 3 bulan ini berbuah indah, hemmm apa aja ang gue korbankan?
1. Tenaga
Ini udah pasti banget, gue harus bolak balik ke rumah temen gue di siang bolong, melawan teriknya matahari, membuang ‘si malas’ dalam diri gue. Bolak balik ke warnet. Lari kesana kesini buat nyaru guru BK buat diwawancara (tetep aja tuh guru gak gak mau dengan alasan gak bisa. Huh). Capek banget pastinya, tapi Thank for ALLAH yang masih memberi kesehatan pada gue selama pengerjaaan karya ilmiah.
2. Waktu
yang ini yang paling berat, terutama pas tanggal 14 Februari 2010. gue masih inget banget, waktu itu sahabat-sahabat gue dateng bikin surprise ultah gue sekitar jam 9.30 padahal jam 10.00 gue harus ke rumah temen gue buat ngerjain Bab 2. well, kebersamaan gue bareng sahabat-sahabat tercinta gue mesti gue korbankan, jam 10.30 baru gue jalan ke rumah temen gue, padahal gue masih pengen banget ketawa ketiwi bareng mereka.
3. Perasaan
Mencoba sabar untuk menghadapi 2 anggota kelompok gue yang kerjaannya berantem mulu kaya anjing dan kucing itu nggak mudah. Nggak jarang gue teriak-teriak ke mereka, meskipun suka dibales teriak sama mereka. Suka dibilang cerewet karena gue berulang kali ngingetin mereka buat ngejalanin tugas yang udah dibagi-bagi.
Selain itu, karena ngerjain karya ilmiah ini, gue jadi jatuh cinta pengen punya notebook, dan cuma bisa gigit jari saat ngeliat notebook. Pengen notebook !!! T_T
Fiuhhh, ternyata nggak banyak banget yang gue korbankan. Gue sangat bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberi kemudahan kepada kelompok gue, terutama gue, dan memberi kesehatan yang mahal harganya.
Thanks buat temen-temen sekelompok gue,
Rifka Nurul Anisa atas print gratis, makan siang, internetan, kesabaran
Dyna Admiral atas kebaikannya yang mau gue suruh bolak balik ke perpus
Jektiiiii yang udah bolak balik ngeprint sampe keserempet mobil, thanks guys buat kerjasamanya selama 3 bulan ini. Thanks a lot.
Thanks banget buat temen-temen gue, XI IPS 2 yang dapet giliran presentasi sebelum gue, karena kalian gue bisa menjadi lebih baik dengan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang udah ada.
Thanks buat Eka atas flashdisk nya yang sempet hampir ilang
Thanks buat orang tua gue, yang udah menasehati gue atas sebuah peristiwa flashdisk yang dikira hilang sehingga gue harus lebih teliti dan nggak sembrono.
Oiya, thanks juga buat Bon yang udah 2 hari anter jemput gue ke rumah temen gue. (Thanks, dear)
Just wanna say that !
Setelah lama absen dari dunia blogging, nggak ada salahnya kalo gue menyapa readers. Sekali lagi ya
Heloooooooooooooooooooooooo !!! c:
Kemana aja gue yang absen berminggu-minggu meninggalkan dunia blogging? Nggak lain dan nggak bukan adalah tugas sekolah, ulangan, capek yang mendera, males ke warnet,. Padahal sih banyak banget yang pengen gue share ke readers tentang keseharian gue yang unforgettable moment
Tapi yang mau gue share ke readers kali ini adalah GOAL REACHED. Udah kaya main game yang berhasil memenuhi target, sama halnya dengan gue yang telah mencapai nilai yang gue targetkan sendiri.
90 adalah nilai yang gue targetin buat penulisan karya ilmiah dan presentasi gue, and the result ? yippiyyyyyyyyy,
28 April kemarin menjadi hari pembayaran dari pengorbanan gue selama 3 bulan ini, pasalnya Karya Ilmiah Bahasa Indonesia kelompok gue yang berjudul “PENGARUH SITUS JEJARING SOSIAL TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PELAJAR SMAN 2 TANGERANG SELATAN” ini mendapat nilai 90 untuk penulisan dan bakalan di Hard Cover serta ditaruh di perpustakaan.
Welll, bahagia banget pastinys. Ini sebuah kebanggan buat gue dan juga kelompok gue karena nggak banyak yang karya ilmiahnya ditaruh di perpustakaan, cuma yang menyentuh nilai 85 ke atas.
Nggak cuma itu aja, nilai presentasi gue juga dapet 90. Allhamdulillah banget.
Akhirnya apa yang udah gue korbankan selama 3 bulan ini berbuah indah, hemmm apa aja ang gue korbankan?
1. Tenaga
Ini udah pasti banget, gue harus bolak balik ke rumah temen gue di siang bolong, melawan teriknya matahari, membuang ‘si malas’ dalam diri gue. Bolak balik ke warnet. Lari kesana kesini buat nyaru guru BK buat diwawancara (tetep aja tuh guru gak gak mau dengan alasan gak bisa. Huh). Capek banget pastinya, tapi Thank for ALLAH yang masih memberi kesehatan pada gue selama pengerjaaan karya ilmiah.
2. Waktu
yang ini yang paling berat, terutama pas tanggal 14 Februari 2010. gue masih inget banget, waktu itu sahabat-sahabat gue dateng bikin surprise ultah gue sekitar jam 9.30 padahal jam 10.00 gue harus ke rumah temen gue buat ngerjain Bab 2. well, kebersamaan gue bareng sahabat-sahabat tercinta gue mesti gue korbankan, jam 10.30 baru gue jalan ke rumah temen gue, padahal gue masih pengen banget ketawa ketiwi bareng mereka.
3. Perasaan
Mencoba sabar untuk menghadapi 2 anggota kelompok gue yang kerjaannya berantem mulu kaya anjing dan kucing itu nggak mudah. Nggak jarang gue teriak-teriak ke mereka, meskipun suka dibales teriak sama mereka. Suka dibilang cerewet karena gue berulang kali ngingetin mereka buat ngejalanin tugas yang udah dibagi-bagi.
Selain itu, karena ngerjain karya ilmiah ini, gue jadi jatuh cinta pengen punya notebook, dan cuma bisa gigit jari saat ngeliat notebook. Pengen notebook !!! T_T
Fiuhhh, ternyata nggak banyak banget yang gue korbankan. Gue sangat bersyukur kepada Allah SWT yang masih memberi kemudahan kepada kelompok gue, terutama gue, dan memberi kesehatan yang mahal harganya.
Thanks buat temen-temen sekelompok gue,
Rifka Nurul Anisa atas print gratis, makan siang, internetan, kesabaran
Dyna Admiral atas kebaikannya yang mau gue suruh bolak balik ke perpus
Jektiiiii yang udah bolak balik ngeprint sampe keserempet mobil, thanks guys buat kerjasamanya selama 3 bulan ini. Thanks a lot.
Thanks banget buat temen-temen gue, XI IPS 2 yang dapet giliran presentasi sebelum gue, karena kalian gue bisa menjadi lebih baik dengan belajar untuk tidak mengulangi kesalahan yang udah ada.
Thanks buat Eka atas flashdisk nya yang sempet hampir ilang
Thanks buat orang tua gue, yang udah menasehati gue atas sebuah peristiwa flashdisk yang dikira hilang sehingga gue harus lebih teliti dan nggak sembrono.
Oiya, thanks juga buat Bon yang udah 2 hari anter jemput gue ke rumah temen gue. (Thanks, dear)
Subscribe to:
Posts (Atom)