May 14, 2012

Aku Ingin Aku



Aku ingin menjadi manusia baru
Dengan tabiat baru
Aku ingin menjadi shalih
Dengan hati yang jernih
Aku ingin menjadi aku
Sebelum mengenal dusta dan cinta
Sebelum mengenal tangis dan kata egois
Aku ingin menjadi aku
Sebelum mengenal iri dan dengki
Aku ingin menjadi aku
Sebelum mengenal pamrih dan kasih
Aku ingin menjadi manusia baru
Dengan hati yang seperti habis dicuci
Menjalani hidup di atas selembar kertas putih
Aku ingin menjadi aku
Sebelum mengenal kamu


1 September 2011

Mencintaimu Dengan Keegoisanku


Aku telah mencintaimu dengan keegoisanku
Merayumu dengan sajak-sajak puitis nan romantis
Mengajakmu tenggelam dalam cinta yang hakiki
Aku telah lelah menciptakan hipotesis tanpa variabel
Yang justru menggerogogoti hati dan pikiranku perlahan
Tanpa kamu tahu
Aku terus mencintaimu dengan keegoisanku
Membunuh sendiri semua perasaanku sewaktu-waktu
Karena aku mau
Karena egoisnya aku
Hingga pada hari yang terus berlalu, cintaku telah semu
Telah hancur bersama pikiranku
Telah menyakiti begitu dalam
Seperti lilin yang terbakar dengan dua sumbu
Seperti aku yang merasakan cinta semu nan jenuh
Seorang diri
Seperti hipotesis tanpa variabel yang lengkap
Seperti gelas yang terisi setengah
Aku lelah mencintaimu dengan keegoisanku
Aku telah lelah
Dan kini aku menyerah


29 Agustus 2011

Konsisten dan Waktu



Konsisten itu sulit ya. Dilihat saja dari hal-hal kecil di sekitar kita, sudahkah kita konsisten?
Kalau saya belum.
Contoh kecilnya adalah blog ini. Blog ini sudah saya buat sekitar akhir 2009 lalu. Kemudian sering menuliskan segala hal di dalam blog ini sepanjang 2010, mulai dari cerita sehari-hari, pengalaman-pengalaman berharga, bait-bait puisi cinta kepada sahabat dan orang-orang tersayang, opini kecil saya tentang berbagai hal, review film atau buku favorit, lirik-lirik lagu yang saya suka. Blog ini sudah seperti tong sampah bagi saya, tempat menyalurkan segala sesuatu yang saya rasakan dan saya pikirkan.
Tetapi rasanya sulit untuk konsisten dengan blog ini. Belakangan ini sering bingung ingin cerita apa dalam blog, rasanya sunyi, tetapi dalam hati ingin sekali memperbaharui.
Terkadang, waktu, hati, dan pikiran  tidak bisa berkompromi.
Saat ada ide ingin menulis apa, tidak punya waktu karena sibuk.
Saat ada banyak waktu, tidak tahu mau menulis apa.
Serba salah.
Tetapi detik yang lalau membuat saya berpikir, kalau semua itu dimaksudkan agar saya harus lebih bersyukur dengan keadaan dahulu—dimana waktu, hati dan pikiran bisa bersatu—sehingga saya bisa menjejali berbagai arsip dalam blog ini.
Bukan hanya waktu dahulu yang harus saya syukuri, tetapi juga waktu sekarang dan juga hari esok, yang masih menjadi misteri.


21 Agustus 2011

May 7, 2012

Change



Aku bosan menyerah pada keadaan

Berhenti berjalan karena realita

Aku benci memutar arah

Kembali ke asal

Aku ingin menyusuri jalan setapak

Meski penuh kerikil

Jalan besar nan ramai, meski tajam

Aku ingin terus melaju

Berhenti mematung

Aku telah menjadi pecundang

Yang selalu lebih awal pulang

Menuju lubang yang sama

Aku ingin terbang bersama layang-layang

 

 

Monolog Rindu


Tak ada pesan dari kamu hingga satu jam lagi hari ini akan berakhir. Aku menungu pesanmu lewat ponselku. Apa saja. Salah kirim sekalipun, asal itu dari kamu. Satu jam lagi, waktu akan mengantarkan hari ini berlalu. Kamu lupa? Aku harap bukan. Aku juga baru mengingatnya satu jam lalu. Saat melirik kalender meja. Hari ini hari jadi kita yang ke-3..kamu tahu itu. Pasti. Tahun, bukan bulan. Meski putus nyambung, aku tahu kamu tidak akan lupa dengan hari ini.
Lupa. Kamu lupa. 15 menit lagi, waktu akan membakar hari ini tanpa arti. Aku sudah lama tidak menyayangimu lagi seperti dahulu. Tetapi aku ingin menjadikanmu yang terakhir.

 
***


Kamu egois. Kenapa harus aku yang selalu mengganggumu terlebih dahulu? Mengirim pesan yang baru akan kamu balas 1 jam kemudian. Kamu yang pertama dan ingin selalu kujadikan yang pertama, tetapi tak bisa. Tak pernah bisa, karena kamu adalah kamu. Karema aku ragu dengan kamu.
Aku tak peduli dengan kuantitas. Biar saja terbakar hari ini tanpa arti. Nyatanya, hubungan kita memang tanpa arti. Orang berkoar hubungan kita abnormal. Tapi, kamu dan aku seolah tenggelam dalam cinta. Padahal sama-sama tak tahu bagaimana cara mengakhirinya.





Tak ada yang terobati dalam peluk ini
Yang ada kata tanya yang menyelimuti hati
Tak ada yang bahagia dalam status yang membungkus
Tak ada arti dan peran, aku atau kamu
Aku mau sudah
Mau enyah
Mau lupa
Mau jalan masing-masing
Karena kita tak saling beriring

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis