April 19, 2015

Kembali Menulis



Sudah berapa lama ya rasanya absen dari rumah ketiga saya ini (rumah pertama : keluarga, rumah kedua : buku diary) ? Jawabannya kali ini tidak lagi sama dengan yang pernah ada sebelumnya. Tetapi alasan kembali saya menulis di blog ini setelah sebulan vakum adalah sama.

Memulai kembali menulis setelah lama tak menulis selalu saya siasati dnegan kembali membuka draft tulisan yang pernah saya posting di blog dalam laptop saya. Membaca beberapa postingan di bulan yang sama pada 2,3 atau bahkan 4 tahun lalu menjadi refleksi bagi saya. Menjadi pengingat, apa yang saya tuliskan pada April 2011 lalu misalnya atau April 2 tahun lalu. (contoh  lain)

Membaca ulang tulisan saya adalah hal yang tidak pernah saya sesali, terkadang hanya senyum gelitik yang berbisik ke pikiran untuk mencari kepingan ingatan hal itu. Membaca tulisan saya sendiri bagi saya adalah kepuasan tersendiri.

Bahkan saya menulis untuk saya sendiri. Ya, mungkin terdengar egois. Tetapi, karena saya suka membaca tulisan saya sendiri itulah yang menjadi moodbooster saya untuk kembali menulis. Karena membaca tulisan saya sendiri adalah mengenang kembali kalau saya orang yang pernah berkualitas dengan menciptakan tulisan tersebut. Jadi, kenapa saya tidak mempertahankan kualitas saya dengan menulis lagi.

Sedikit bocoran atau mungkin curhat terpendam, kevakuman saya menulis yang paling utama disebabkan ketidaktahuan akan apa yang ingin saya share. Sementara modus baru kevakuman saya menulis yang terjadi belakangan ini bisa dibilang lebih berbahaya dan baru terjadi dalam diri saya.

Atas overthinking dan masalah mahasiswa tingkat akhir, saya sempat terpikir kalau menulis akan menyita waktumu. Apalagi kalau isinya cuma curhatan, karena selama ini isi postingan saya kebanyakan demikian. Menulis tidak akan menemukan solusi tetapi mengurangi waktumu menemukan solusi. Ya, semoga ini pertama dan terakhir kalinya saya mengalami pemikiran modus ini.

Maka dari itu, untuk mempertahankan isi postingan saya di setiap bulannya, bulan lalu saya mengikuti #MaretMenulis. Berawal dari tweet yang ada di Timeline saya, entah dari following zaman kapan yang mungkin pernah saya follow. Isinya adalah sebagai berikut :


Jadi, untuk menyetel pola pemikiran kita untuk selalu menulis setiap harinya. Apapun itu. Dan tidak peduli apakah ada orang yang membacanya atau tidak. Yang paling utama, kita harus percaya kalau pada suatu hari nanti pasti akan ada orang yang membaca tulisan kita itu. Meski hanya 1 orang. Dan #MaretMenulis ini juga untuk melatih konsistensi kita dalam hal menulis. Karena rumus untuk menciptakan tulisan yang baik adalah kekonsistenan dirimu.

Bentar bentar diusir sama petugas perpus nih…

Okay *brb* setelah 10 jam kemudian…

Jadi apa kabar #MaretMenulis saya lalu ? Nyatanya, saya hanya mampu menjalankannya setengah bulan. Saya masih belum bisa konsisten terhadap diri saya sendiri tentang menulis setiap hari. Maaf karena pada akhirnya harus stuck di jalan tapi semoga postingan di bulan Maret bermanfaat.

Terima kasih


April 11, 2015

Fall


Kamu pernah merasa tersandung ? menyentuh sesuatu dengan tidak sengaja. Memasuki jalur yang tidak biasa, yang ternyata mengacaukan targetmu atau menghalangi kamu mencapai tujuanmu ?

Tapi apa benar kamu tersandung ? atau mungkin saja itu hanya sebuah ujian yang sedang diberikan Tuhan untukmu. Pernahkah kamu berpikir demikian ?

Setiap manusia itu memang diciptakan untuk kemudian kembali kepadaNya, tetapi di dalamnya ada proses menyiapkan bekal untuk menghadapNya. Setiap manusia itu memang tidak sera merta berada dalam langkah yang sama. Mereka melewati semua tahap secara fisik dan mental. Usia dan waktu yang mengantarkan mereka menuju perubahan secara fisik dan mental itu.

Perubahan secara fisik itu dapat dilihat oleh orang lain dan bahkan diabadikan melalui foto foto kenangan yang sudah membingkai setiap proses kita. Mulai dari orok, bayi, balita, anak-anak, remaja hingga dewasa. Semua orang secara kasat mata dapat melihat perubahan yang kita alami secara fisik. Tetapi, jika soal mental. Benarkah orang lain turut mengetahui perubahan mental kita ?

Jawabannya bisa jadi iya untuk segelintir orang, tetapi saya rasa hanya diri kita sendirilah yang paling tahu soal perubahan mental yang terjadi pada kita. Manusia akan mengalami proses, mengalami perubahan. Dan salah satunya adalah mental. Ini bukan soal mudah, saya rasa.

Mental adalah perasaan. Berbagai tekanan yang menghimpit seiring usia dan waktu yang terus menggelinding. Mental adalah perasaan yang harus kamu siapkan dalam menghadapi setiap masalah pada fase baru yang kamu lewati. Jika berhasil, nanti kamu akan menginjakkan pada fase yang lebih baru lagi. Akan seperti itu higga kamu sampai pada tujuanmu.

Lalu pernahkah kamu tersandung atau jatuh dalam mencapai tujuanmu itu ?

Sudahkah kamu bangun 2 kali saat terjatuh sekali? Tetapi berapa kali kamu mencoba untuk bangun hingga benar-benar berhasil berdiri kembali dan berlari ?

Bisa beritahu saya bagaimana caranya ?


© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis