December 26, 2015

2015 : Me and Myself




Halo !
Its long time no told something to be posted in my second home. Dan ternyata, 2015 sudah menghitung hari untuk bergegas meninggalkan kita. Like as ritual, beberapa waktu lalu, saya membaca ulang buku harian saya untuk flashback kembali tentang 2015 ini.

For me, 2015 is about me and my self. Ya, perjalanan 365 hari saya bersama diri saya sendiri untuk menaklukan kerikil dan segala energi negatif dari diri saya sendiri. Semuanya tentang persoalan melawan energi negatif dan berdamai dengan diri saya sendiri.

Tahun ini menjadi tahun yang berat bagi saya, karena lebih dari separuhnya membuat pikiran saya tecurah untuk sebuah kata LULUS. Menuntaskan tanggung jawab saya. Mencapai finish line untuk sebuah pendidikan panjang yang diinvestasikan oleh kedua orang tua saya. That’s why, it feels so hard. Feels like there were tons of burdend in my shoulder. But I know, that’s not as big enough with my parents’ effort for me.

Perjuangan mengerjakan skripsi itu diwarnai dengan ambisi saya yang lain, yaitu menjajal dunia kerja yang linier dengan disiplin ilmu saya. Magang di Kantor Akuntan Pubik, menjadi resolusi dan ambisi yang menggebu dalam diri saya di awal 2015. Dan akhirnya terwujud pada bulan Maret.

Tetapi, nyatanya semua tidak berjalan mulus seperti yang saya harapkan dan rencanakan dari awal. Saya gagal meraih tiket wisuda di bulan Agustus. Saya tidak ingin memberikan alasan, tapi mungkin pembelaan atau pengakauan dosa, kalau saya terlalu berambisi dan gagal mewujudkannya. Tidak mampu memanajerial waktu yang saya miliki dengan tanggung jawab baru yang saya pilih.

Maka, Juli hingga Agustus adalah masa yang berat bagi saya. Karena pada saat itulah, saya mencoba berdiri perlahan dan mulai berlari. Mengumpulkan kepingan semangat dari memoir diri saya di masa lalu, yang rasanya lebih baik dari keterpurukan yang terjadi.

Saya mencoba bangkit, menebalkan semangat dengan selalu berkeyakinan selalu ada satu hal yang pasti, yaitu Dia. Ya, Dia akan selalu bersama saya, hambaNya yang selalu percaya bahwa akan ada kado terindah dariNya. Saya terus mencoba berdamai pada diri saya dan sesekali mengingatkan, bahwa roda acapkali berputar. Ada kalanya kamu jatuh ataupun tersungkur, tapi kamu harus bangun. Karena sesungguhnya kamu yang paling tahu siapa dirimu sesungguhnya, sehingga kamu harus bangkit.
Setelah tiket wisuda itu berhasil saya raih, saya menyadari sebentar lagi pintu menuju hutan harus saya lalui. Tak ada jalan lain. Ini sungguh perjalanan yang mengantarkan saya pada sebuah ‘kehidupan’. Tetapi, hal ini membuat saya semakin ingin dekat denganNya. Semakin mempercayai, Dia selalu berada bersama saya. Bersama kita, umatNya yang terus mempercayai bahwa Dia akan selalu memberikan yang terbaik, asal kita ikhlas dan berserah serta selalu bersyukur.

Hal itu benar-benar terjadi, saat saya merelakan untuk melepaskan kesempatan menjadi volunteer dalam event  Social Media Week pada Februari 2015 lalu, maka Dia memberikan kesempatan lain bagi saya. Yaitu, intern di Mirum Jakarta. Serta hal lain yang tak bisa saya ungkapkan di sini. Saya menjadi percaya bahwa keikhlasan dan ketulusan melepaskan sesuatu akan mengantarkanmu pada suatu hal yang baru, yang bisa jadi lebih baik dari apa yang kamu lepaskan. Kuncinya satu, jangan ragu akan rencana dan kehendakNya.

Tahun ini juga menjadikan saya pribadi yang bisa berbahagia dengan diri saya sendiri. Dengan perasaan syukur yang selalu saya selipkan setiap harinya melalui #JurnalSyukur. Tanpa terasa program #Jurnal Syukur yang saya mulai pada 4 Januari 2015 lalu, kini sudah hampir mencapai penghujung. Rasanya seperti baru kemarin, saya mulai menulisnya. #JurnalSyukur memberikan energi positif bagi saya untuk terus berpikiran positif.

2015 ini sungguh perjalanan bagi saya untuk bisa berdamai dengan diri sendiri, jika ada kalanya seorang yang selalu menjadi yang pertama dan terbaik dapat terjatuh dan tersungkur. Perjalanan yang mengendurkan ambisi saya dan menengok lebih dalam, mana yang memang terbaik untuk saya. Bukan untuk sebuah pengakuan di mata orang lain.

Terima kasih Tuhan, untuk 2015 ini. It makes me closer enough with myself. Semoga saya dan kita semua dapat terus memperbaiki diri di usia yang terus menggerogoti ini.       

Selamat jalan, 2015
Cheers


Passport to Happiness : Cause Happiness Is You



Judul : Passport to Happiness
Penulis : Ollie
Halaman : 176 halaman
Penerbit : GagasMedia
Tahun : 2015


Travelling is about the art of making new friends. That’s why, kita akan menemukan orang baru di setiap kota baru yang disinggahi oleh penulis. Buku ini adalah pengalaman perjalanan Ollie menyinggahi 11 kota dengan 11 cerita menarik di dalamnya. Dibuka dari Ubud, pelariannya dari kejenuhan dan pertanyaan besar dalam dirinya mengenai pernikahan. Ubud memberikan jawaban paling penting yang selama ini terlupakan oleh Ollie, atau juga untuk kita sendiri sebagai seorang wanita.

Sepuluh cerita lainnya bersetting di Dublin, Moscow, London, Seoul, Paris, Marrakech, Istanbul, Almaty, Alexandria, dan New York. Cerita pengalaman perjalanan Ollie di setiap kota secara tidak langsung mengajak kita untuk juga kenal dengan kultur budaya dan masyarakat dari kota yang disinggahi. Di Moscow dan Istanbul, contohnya. Ollie menambah kamus karakter cowok belahan dunia, bagi saya.

“Kalau pria Rusia sudah jatuh hati sama kita, mereka akan lebih loyal dari siapa pun di bumi ini.  Seperti yang aku bilang tadi, mereka juga sangat protektif,” (From Moscow With Love - page 37).

Sementara di Istanbul, hampir semua cowok memiliki paras tampan dengan kulit putih, perpaduan Eropa dan Asia. Poin plusnya mereka juga ramah. (The Colours of Love in Istanbul – page 115)

Selain menambah kamus karakter cowok luar—yang bisa masuk list cowok idaman—Ollie juga mengenalkan berbagai tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan sastra, seperti museum dan toko buku. Salah satunya yang membuat saya penasaran dan juga ingin berkunjung kesana adalah Museum of Innocence atau Masumiyet MĪ‹zesi (dalam bahasa Turki). Mengapa saya ingin berkunjung kesana ? Saya rasa kamu juga ingin, jika mengetahui tentang apa Museum itu. (hihii, bikin spoiler yak).

Novel ini nggak selamanya romance kok. Dalam cerita The Alley of Marrakech, Ollie mengajarkan kita kalau soulmate tidak harus berarti romantis. Bisa saja artinya pertemanan yang manis. Seperti ia dan Soufiane. Ada juga, Share the Love in Almaty yang menceritakan soal anak Afghanistan—yang terpaksa belajar di salah satu kota di Kazakhstan—yang terinspirasi oleh Ollie.

Cerita favorit saya adalah Blind Date in Paris dan Pindah Hati di Alexandria. Ollie memberikan pesan bagi pembaca untuk berani mengambil keputusan yang selalu membahagiakan untuk diri kita. Cause happines is about myself


There’s no regret, no right or wrong. Nobody is forced to go or stay. We always have a choice to control our life. One day, when life brings you to a crossroad and asks you to choose, I hope you always choose the comfort of flow. It’s time to move. It’s time to choose yourself.  (Pindah Hati di Alexandria – page 150)

December 25, 2015

Berlari (part 2)



Hei, kamu yang lahir di bulan Februari
Mengapa terus berdiam diri?
Kapan akan berdiri lalu berlari ?
Apa lagi yang kau tunggu ?
Bukankah masih banyak yang harus diraih ?
Jangan mencari apa yang kamu sendiri tidak tahu
Jangan menunggu apa yang tidak kamu ketahui
Jangan terus berdiam diri
Jangan terus menikmati
Tapi berdiri dan berlari
Bukankah ini kepingan hidup?
Warna langit yang berubah seiring waktu yang berputar
Seperti roda yang berputar, itulah hidup
Tapi kamu harus terus berdiri dan berlari
Jangan lagi mencari, menunggu atau mempertanyakan apa yang tidak kamu ketahui
Berlarilah, maka kamu akan menemukan jawabannya


1 Juli 2015
© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis