December 28, 2014

Kaleidoskop 2014 : (Partner) Banci Kuis - ending





Karena khawatir readers malas bacanya saking kepanjangan, maka postingan ini saya buat 2 part. Sebelumnya ada di sini ya,

Masih soal banci kuis twitter nih dan partner yang mendampingi tentunya

4. Pendekar Tongkat Emas

Kalau dari kuis-kuis sebelumnya saya hanya iseng ikutan, maka untuk bisa mendapatkan freepas ini bisa dikatakan saya begitu niat. Saya mengikuti di 4 kuis yang berbeda dari 4 penyelenggara (Tabloid Bintang, KapanLagi, Muvila dan Nescafe) yang juga berbeda dan allhamdulillah menang dari Tabloid Bintang dan Nescafe. Akhirnya saya lebih memilih menggunakan tiket dari Nescafe karena nobar with the cast.

Pengumuman Pemenang Freepas PTE

Kali ini acara nobarnya di XXI Setiabudi. Masih menggunakan alasan yang sama kalau kami bukan anak mall jadi kami tidak tahu persis dimana tempatnya dan harus turun di halte yang mana. Berbekal petunjuk dari ayah saya, maka kami turun di Halte Kuningan Madya (depan gedung KPK) dan ternyata…jreng jrengg itu halte yang cukup jauh dari XXI Setiabudi. Harusnya kami turun di halte sebelumnya yang agak lebih dekat. Okay, dengan terpaksa kami jalan terburu-buru dan setengah berlari karena khawaitr terlambat pasalnya tiket diambil sebelum jam 10. Sementara jam sudah menunjukkan pukul 09.30. Setelah lumayan ngos-ngosan tibalah kami di venue yang ternyata sudah ramai karena acara nobar ini diikuti oleh pemenang lain dari Kuis yang diadakan grup KG. Tidak ada stan Nescafe di sana, hanya ada banner tanpa penjaga. Agak bingung dan finally memilih mencari toilet di luar XXI yang pada akhirnya kami gagal menemukan dan kembali menggunakan toilet XXI dimana untuk mencapainya perlu berdesak-desakan dengan ABG ABG yang sepertinya pemenang dari majalah remaja cewek gitu.

Setelah keluar dari toilet, tampak orang yang ingin memasang stan Nescafe, sambil nunggu kita duduk dan narsis terlebih dahulu.
#InNarsisWeTrust di detik detik Nicholas Saputra lewat depan kami
 Hingga kemudian, mata saya menangkap sosok Mira Lesmana dan Riri Riza, kemudian sepupu saya bilang “Itu Nico. Oh My God.” Dan yaa…Nicholas Saputra lewat tepat di depan kami. He’s really handsome and cool. Kemudian entah kenapa ngerasa deg-degan, yaampun ini emang aneh dan absurd.

Nggak lama setelah itu, tiket sudah ditangan dan karena orang Nescafenya bilang bisa digunakan di theater 1,2 dan 3 maka kita menuju theater 3. Setelah lari-lari karena nggak ingin terlambat ataupun ketinggalan, kami tidak memeriksa tiket itu alhasil kita nggak bisa masuk theater 3 karena tiket yang kami pegang bertuliskan theater 1. Okay, lari lagi dan balik arah. Dan dari  arah yang bersebrangan, kami menemukan Reza Rahadian sedang berlari menuju Theater 2. Well, readers ini bukan FTV jadi tentu saja tidak ada tabrakan diantara kami.

Kami duduk tenang di theater 1 dan ternyata filmnya belum dimulai. Fiuuh Allhamdulillah. Sebelum film dimulai, ada semacam welcoming speech dari Mira Lesmana, Riri Riza, Ifa Isfansyah, Reza Rahadian dan Nicholas Saputra tentunya. Kyaa…kyaaa mereka lewat di depan kami dan saya sempat bersalaman. Sumpah ini norak banget gue tau kok tapi fans berat sama Nichooo yang cool.
Suasana welcoming Speech dari Filmamker PTE
Suasana Welcoming Speech sebelum nonton PTE

Yak, filmnya keren. Dan jalan ceritanya nggak akan seperti yang kamu duga saat cuma tahu sinopsisnya, makanya harus banget nonton. Banyak pelajaran dalam film ini, tentang bagaimana menjadi pendekar dan siapa yang pantas menjadi pendekar. Film ini juga menjelaskan kalau bagaimanapun juga ikatan darah lebih kental oleh apapun. Ini terlihat bagaimana Biru dan Gerhana yang tega membunuh Cempaka (guru yang telah membesarkannya dan mengajarkan banyak ilmu kepada mereka). Usut punya usut, Biru dan Gerhana ini adalah anak dari musuh Cempaka yang mati di tangannya.

Quotes lain yang menarik adalah Semakin tinggi ilmu seseorang, semakin sering ia diserang dari belakang (Cempaka). Saat terjadi pecah kongsi diantara 2 kubu itu, saya dan sepupu saya berkelakar kalau mereka bagaikan panggung politik yang mencari teman koalisi. Ada juga scene yang cukup membuat terharu ketika Angin mati demi kakaknya. Untuk masalah acting, nggak perlu diragukan lagi Reza Rahadian menutup aktingnya dengan sangat keren saat dia harus mati terbunuh. Sementara sosok misterius Nicholas Saputra rasanya tidak pernah membuat kita bosan bosan tapi mengidolakan. Di film ini juga, saya baru menyadari kalau Tara Basro memiliki kecantikan Indonesia.

Well, ternyata semua belum berakhir meski film telah usai, karena cast lain seperti Eva Celia, Tara Basro bahkan Christine Hakim ikut datang dan dengan segala kegaduhan ingin foto bersama. Maka hanya ini yang bisa dikenang.
Bahagia meski tumpuk-tumpukan bareng PTE cast

Dari serangakaian kuis, maka Pendekar Tongkat Emas adalah yang juara dan seakan menjadi ending syndrome banci kuis saya. Keliatan bangetnya semester ini malah hura-hura gini banget. Sekarang ingin pasang niat dan tekat untuk stop, Pendekar Tongkat Emas ini jadi penutup paling manis. Ooh Nicholas, finally. *masihngefans*

5. Celebrity Game Show
           
     Nah yang ini, benar-benar 2 hari pasca nobar PTE. Acaranya juga mendadak dan tanpa persiapan berarti. Meski sebenarnya udah ngirim formulirnya sebulan lalu kemudian pesimis buat ditelpon dan ikutan karena saya bukanlah cewek cantik yang proporsional gituhh. Keikutsertaannya juga disponsori oleh keisengan dan ingin menguji seberapa jauh sih pengetahuan saya soal Celebrity. Ohiya, sponsor lainnya saya sama sekali tidak tahu dimana Kompleks Institut Bisnis Nusantara (IBN) berada. Finally, berbekal browsing di google, kali ini partner saya masih setia mau menemani menjelajah Jakarta Timur. Thank youuu banget lho Mba Aniii

Dan keraguan mulai timbul saat di dalam Mayasari Bakti R57 (Blok M-PuloGadung), kondektur yang kami tanyai justru tidak mengetahui alamat yang kami tuju. Kondektur perempuan itu juga tidak tahu apakah bis yang kami tumpangi akan melewati alamat yang kami tuju. Kami bingung harus turun dimana, tetapi arahan dari browsing di google kami sudah berada di bis yang tepat.

Dengan ragu dan disponsori hujan, kami turun di salah saltu halte TransJ (lupa namanya) kemudian tidak tahu bagaimana menlanjutkan perjalanan. Ditemani rasa khawatir karena jarum waktu terus bergerak, sementara saya harus stand by jam 12 di Studio 3 RTV. Akhirnya kami bertanya dengan seorang bapak di pinggir jalan. Bersyukurnya bapak itu cukup komunikatif dan mengarahkan kami untuk naik angkot karena IBN berada tidak terlalu jauh dari tempat kami turun itu.

Setelah mengikuti saran si bapak dan sampai di tempat tujuan, lagi-lagi kami sekaan digantung karena ternyata shooting CGS biasanya sore. Finally, saya dan sepupu saya menunggu di kantin untuk makan dan mencari tempat sholat. Allhamdulillah kami tidak perlu kebingungan lagi mencari tempat sholat. Setelah dirasa tak mungkin terus menunggu dengan ketidakpastian, kami bergegas mencari Mbak Lintang—yang ternyata berada di IBN, tempat dimana RTV berkantor. Baiklah, kemudian kami diarahkan untuk menunggu di Studio 3. Cukup lama karena ternyata memang dibutuhkan waktu untuk cek sound, audio dan persiapan make up tentunya.

#InNarsisWeTrust sambil nunggu shooting


Akhirnya, shooting baru dimulai sekitar pukul 16.30 dan berakhir sekitar 17.30. saya tidak ingin memberikan bagaimana hasil akhir kuis ini karena memang belum tayang dan saya tidak ingin bercerita banyak. Tunggu kabar selanjutnya dari Line atau twitter ya. Hehe
Photo Session Bersama Celebrity dan Peserta CGS


Pulangnya, kami disuguhkan dengan kemacetan Jakarta. Bukan hal baru, tapi masalahnya kami berada di daerah Jakarta Timur. Wilayah yang jujur saya sendiri merasa buta. Bingung ingin naik apa untuk lebih cepat dan meminimalisir waktu dan jarak tempuh. Karena tidak tahu harus transit dimana jika ingin naik TransJ, maka kami menunggu ditemani bimbang (lagi) hingga bis yang kami tumpangi saat berangkat datang layaknya Pahlawan. Allhamdulillah bisa pulang ke terminal kemudian harus menunggu bis lain di terminal Blok M.

Dan begitulah perjalanan yang saya namai ‘hura-hura’ di semester ini. Tapi di lain sisi, ini menciptakan pengalaman baru dan pelajaran hidup yang selalu bisa dipetik di setiap kejadiannya. Terima kasih untuk perjalanan mencari tempat sholat, alamat, menunggu bis hingga malam, cerita kelakar di setiap hal, hingga diskusi film dengan imajinasi liar bersama. Terima kasih untuk setiap waktu dimana kita harus menunggu tanpa kepastian.  2014 ini berwarna. Thank you my lovely cousin, partner of 2014 haha

#InNarsisWeTrust with My Lovely Cousin, Asih Winarni




                

December 27, 2014

Kaleidoskop 2014 : Banci Kuis (part 1)



Di penghujung 2014 ini, harus saya akui kalau saya mungkin pantas mendapatkan julukan banci kuis kalau mau lebih detailnya lagi adalah banci kuis twitter. Yeah, berawal dari keisengan mengikuti kuis freepas film Toilet Blues di bulan puasa yang diadakan oleh Muvila. Maka, sejak saat itulah perjalanan mengikuti kuis via twitter dimulai. Dan perjalanan itu tidak sendiri, ada sepupu saya yang selalu siap sedia menemani. Mulai dari menjelajah mencari musholla, bioksop hingga kendaraan yang kami tumpangi.

Okay, lets the journey begin.

1.Toilet Blues
Film yang diangkat dari Nyanyian Angsa karya WS Rendra ini membuat kita masih saja terus bertanya dalam perjalanan pulang akan makna di beberapa adegan dan pesan apa yang ingin disampaikan dalam film ini. Seriously, ini mungkin seperti film bisu yang mengajak kita berfikir keras sembari menikmati landscape indah di Pulau Jawa melalui perjalanan di kereta. Thats why we called art house movie

Pengalaman konyol terjadi sebelum dan sesudah film ini berlangsung, dimana kami duduk bersebelahan dengan seorang cowok yang kami pikir dari tim Muvila sebelum pintu teater dibuka. Cowok itu juga menyambut kami setelah selesai nonton dan mengucapkan terimakasih. Keesokkan harinya, saya dan sepupu saya browsing mencari lebih jauh makna dari film ini dan tanpa sengaja menemukan seorang cowok yang tidak asing bagi kami. Cowok yang kami temui saat nonton itu, ternyata namanya Tim Matindas. Pemeran utama film Toilet Blues. Bingo ! wajahnya beda banget dari kenyataan dan di filmnya. Make up artist filmnya berhasil menjadikan Tim Matindas menjadi cowok yang biasa aja, bahkan kumal. Jauh dari kenyataannya yang kece dan keren lumayan gitulahh.
Tim Matindas yang kita temui di Plaza Senayan
Tim Matindas yang berperan sebagai Anggalih dalam film

Oiya, saat itu kami nonton di XXI Plaza Senayan dan karena bukan anak mall jadi itu for the first timenya nyari XXI di Plaza Senayan. Setelah sebelumnya keliling mencari jalan tembusan dari Metro hingga bingung mencari dimana letak XXI karena berada di lanatai yang sulit terdeteksi ya -__-  

#InNarsisWeTrust setelah nonton Toilet Blues
2. Special Screening JiFFest 2014

Jakarta International Film Festival 2014 yang digelar mulai 15 November 2014 diawali dengan Screening Special di tanggal 14 nya dan kali ini saya kembali mendapatkan special invitation dari Muvila (lagi). Tanpa pikir panjang, saya kembali mengajak sepupu saya. Alasannya, she’s always there for me. Dan 2 orang yang masih single, bukankah bisa bersatu untuk quality time bersama.

Kali ini tujuannya adalah XXI Epicentrum. Saya sudah lama sekali ingin kesana, ingin tahu bagaimana Epicentrum dan ada apa di dalamnya. Perjalanan saya selama ini hanya sampai di depan Pasar Festival, tanpa pernah jalan ke dalam ke Epicentrum berada. Nah, pada kesempatan inilah bisa dikatakan keinginan kecil saya tercapai dan ternyata….isinya tidak terdeskripsikan. Sepi dan saya sendiri tidak terlalu mengerti konsep apa yang dibangun di dalamnya, Mall untuk pekerja kantoran? Umm rasanya terlalu sepi.

Pengalaman yang paling tidak terlupakan ke Epicentrum adalah kegagalan kami mencari musholla di dalamnya. Sudah bertanya ke 3 orang yang berbeda dengan arahan yang sama tapi kami tetap tak menemukan dimana keberadaan toilet. Kalau ada yang tahu, boleh banget mention kami di @fitriuung atau @asihwinarney.

Mengutip dari salah satu penyelenggara JiFFest kalau film yang diputar di JiFFest biasanya film yang sulit didapatkan dan memang film ini sangat menarik. Judulnya Black Coal Thin Ice. Film jebolan China yang sudah mendapat banyak penghargaan, diantaranya Golden Bear. Scene pertamanya saja, yaitu ditemukannya potongan tangan diantara batu bara sudah cukup bikin penasaran dan ingin menonton sampai habis. Tapi, apa mau dikata, kami meninggalkan bioskop di 30 menit pertama film itu diputar. Alasannya, jam sudah menunjukkan pukul 22.00 dan nggak kebayang deh harus pulang naik apa kalau menyaksikan sampai tuntas. Maklum, kami wanita yang mengandalkan kopaja. Sebenarnya ini pertimbangan yang berat, tapi saya rasa kami tahu mana yang terbaik untuk kami. Agak kecewa juga karena dalam invitationnya dimulai pukul 20.00 tapi ternyata acaranya memang baru dimulai pukul 21.30.

#InNarsisWeTrust saat Screening Special JiFFest2014

3. Unlimited Love

Oh dan ya, kami tidak berhenti di JiFFest, karena saya kembali mendapatkan freepas dari kuis yang saya ikuti dari twitter KapanLagi.com. kali ini filmnya Unlimited Love dan setiap pemenang berhak mendapatkan 4 tiket. Awalnya kurang interest untuk datang tapi ya namanya juga rezeki, masa iya ditolak, nanti anggapannya kaya nggak bersykur lagi. Finally, saya mengajak sepupu saya dan 2 teman saya. Tetapi menjelang jam pertemuan, kedua teman saya membatalkan karena faktor cuaca dan jarak tempuh. Kali ini nontonnya di Blok M Square. Honestly, nggak seexcited saat dapat freepas dari kuis-kuis sebelumnya sih tapi berubah excited saat diberitahukan kalau Pia (Prisia Nasution) dan Restu Sinaga akan datang. Dan beneran Restu Sinaga datang dan kami sempat foto bareng meski hasilnya kurang memuaskan karena Mas Mas yang mengambilkan gambar kami kurang mundur. But anyway, thank you. Untuk Pia, dia nggak jadi datang.

#InNarsisWeTrust bareng Restu Sinaga


Film Unlimited Love ini mengangkat tentang ODHA dan mengambil beberapa scene di Belanda. Menurut saya, film ini flat meski acting dari ketiga pemain utamanya yaitu Prisia Nasution, Dallas, dan Restu Sinaga sudah cukup keren.

Bersambung....

Kaleidoskop 2014 : IIBF 2014 & IRF 2014



Bersama Seluruh Panitia #IRF2014

Kalau blog ini adalah rumah, maka laba laba telah berhasil membangun rumah barunya di dalam rumah ini. Ya, sudah lama saya tak berkunjung dan post tentang best moment ataupun daily, atau lagi imo. Saya harus mengamini opini Raditya Dika yang menganggap sering ngetweet layaknya melakukan posting di blog. Lalu, apalagi yang mau diceritakan ?

Begitu juga dengan saya, banyaknya media sosial yang saya miliki dan saya gunakan secara aktif seakan membuat saya telah menceritakan aktivitas saya di berbagai tempat dengan media yang berbeda. Meski tentunya tidak sedetail jika saya bercerita dalam blog.

Media sosial seperti instagram adalah salah satu media yang dapat menampung aspirasi cerita saya tanpa pembatasan karakter. Tetapi tentu saja, ada cerita yang menurut saya pasti ditunggu dalam blog ini. Anyway, kenapa gaya ceritanya udah kaya sok penulis terkenal begini sih. Oke, mohon dimaafkan ya.

Baiklah, karena postingan ini rasanya sudah hampir di akhir tahun maka keabsenan saya akan saya rapel dengan kaledioskop 2014. Mulai dari menjadi penyelenggara event di luar kampus. Ya, bukan menjadi sebuah resolusi memang, tetapi menjadi bagian dari penyelenggara acara yang sifatnya di luar kampus merupakan pencapaian bonus di tahun ini bagi saya. Dan saya berkesempatan mengikuti 2 event yang berbeda dalam waktu yang tidak terlalu jauh. Kedua event itu adalah Indonesia International Bookfair 2014 dan Indonesia Readers Festival 2014

Berawal dari keisengan saya yang sering sekali mengirimkan cv di setiap ada kesempatan part time ataupun magang, maka saat ada lowongan mengenai kegiatan kepanitiaan yang sifatnya event di luar kampus, sayapun turut iseng mengirim cv. Apalagi ini merupakan event bookfair, sebuah event yang jujur tidak pernah saya datangi tetapi entah kenapa ingin mendapatkan uang tambahan dari kegiatan yang berkaitan dengan buku ini.

           Jauh sebelumnya, saya juga telah mendaftarkan diri menjadi volunteer pada suatu kegiatan tahunan favorit saya, yaitu Indonesia Readers Festival 2014 atau Festival Pembaca Indonesia. Saya juga pernah cerita tentang Festival Pembaca Indonesia di sini. Kalau untuk kegiatan ini, saya sangat menggebu untuk dapat menjadi bagian dari penyelenggara bersama Goodreads Indonesia. Ingin ikut membagikan euphoria kepada sesama pembaca. Dan sebenarnya tahun ini bukan untuk pertama kalinya saya mendaftar menjadi volunteer. Tahun lalu, saya telah mendaftarkan diri untuk bagian workshop tetapi nampaknya belum diberi kesempatan dan ternyata acaranya bentrok dengan kegiatan kampus. Finally, tahun lalu saya harus absen datang ke IRF. Allhamdulillah, tahun ini saya diberi kesempatan untuk dapat menjadi volunteer di acara IRF 2014 dengan posisi yang masih saya inginkan, yaitu bagian Workshop. Bersama 3 orang yang sama sekali tidak saya kenal dalam tim, saya mulai bekerjasama dan mengerjakan jobdesc dari pra acara, eksekusi, hingga pasca acara.

              Setelah sempat lupa kalau saya pernah apply cv untuk lowongan magang di humas Indonesia International Bookfair  (IIBF) 2014, tiba-tiba saya diingatkan kembali melalui pesan yang berisi saya diminta mengikuti tes dan interview lebih lanjut. Dan seperti kata mutiara life is about choice, maka saya memilih cabut kuliah untuk dapat mengikuti tes ini. Seriously, saya tidak tahu persis dimana IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) berada. Hanya tahu berada di daerah Menteng. Akhirnya melalui words of mouth, saya dikenalkan oleh temannya teman saya yang juga akan mengikuti tes dan interview ini. Perkenalan kami singkat, kenal jam 11 malam via WhatsApp, kemudian bertemu esok paginya dan berangkat ke Menteng bersama. Dan layaknya dunia yang sempit atau apa, ternyata teman saya ini tinggal tidak jauh dari rumah saya. Ya, kami hanya berbeda gang. Its like a magic.

Setelah tes tertulis dan interview, saya menunggu sekitar 2 minggu untuk mendapatkan kabar selanjutnya. Dan allhamdulillah saya lolos dan resmi menjadi panitia Indonesia International Bookfair. Acara yang berlangsung di Istora Senayan dari 1-9 November 2014 ini membuat saya terpaksa izin kuliah 1 hari, anyway ini sistem kerjanya shift. Dan pada akhirnya meski pada awalnya saya berada di bagian merchandise, saya lebih sering berada di Information Center, pernah juga berpindah menghandle pelaksanaan workshop. Intinya, siapapun dan dimanapun kita dibutuhkan kita harus selalu siap.
Bersama Tim Humas IIBF 2014
Tahun ini, untuk pertama kalinya Indonesia Bookfair berubah menjadi Indonesia International Bookfair, dengan guest of honour Kingdom of Saudi Arabia. Selain itu juga ada 8 negara lain, seperti Malaysia, Singapura, Jepang, China, Kanada, Mesir, Korea Selatan, dan Indonesia tentunya—yang ikut berpartisipasi. Jadi, tidak heran kalau pengunjungnya juga beberapa adalah orang asing.

Maka, ada beberapa pengalaman yang akan sedikit saya share di sini, tentang salah satu exhibitors yang sudah tak lagi muda dan berasal dari UK. Lebih tepatnya sih beliau kita panggil kakek. Sabar adalah kunci menghadapi kakek ini. Mulai dari bersedia berfoto-foto bersama, minta buku tamu milik panitia di hari pertama, mengantarkannya keliling dan berbelanja di arena pameran atau bahkan merelakan kipas tangan diambil olehnya. Okay, 2 yang terakhir korbannya adalah 2 teman saya.

Anyway, meskipun begitu kakek ini aslinya baik dan murah hati. Beliau menawarkan donat yang dia beli dalam perjalanan dan sempat memberikan pisang kepada kami. Dan yang pasti kakek ini sangat penyayang karena dia membelikan beberapa merchandise yang katanya untuk cucunya.

Pengalaman lain yang berkesan adalah bagaimana crowdednya orang-orang untuk mendapatkan undian haji ke tanah suci. Saya yang ikut terjun dalam pembagian form di hari terakhir pelaksanaan IIBF ini menjadi saksi bagaimana lautan manusia mengantri dan sangat berharap dapat menginjakkan kakinya di tanah Haram itu. Dan moment lain yang tidak terlupakan bagi saya adalah melihat idola saya, Najwa Shihab berjalan santai di hadapan saya tanpa seorangpun yang menemani. She’s so simply beautiful. Hanya bisa diam, meski hati jingkrak-jingkrak tidak karuan karena sedang bertugas di meja informasi dan mengenakan seragam jadi nggak mungkin berlari untuk minta foto.

Day 1 di Information Center
Cerita lain hadir di pelaksanaan Indonesia Readers Festival 2014 di Museum Nasional sebulan setelahnya, yaitu 6-7 Desember 2014. Mungkin acaranya tidak secrowded IIBF, tapi ada kebahagiaan dalam berpartisipasi sebagai volunteer ini, sekaligus kebanggaan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya saya seperti pengunjung lain yang berkeliling dari satu stan ke stan lain untuk mendpaatkan buku gratis ataupun pembatas buku, maka kali ini saya mondar-mondir seharian untuk menghandle 8 workshop dalam 2 hari. Rasanya senang bisa menjadi bagain yang bermanfaat bagi orang lain.

Bersama Kak Aio (yang ganteng dan suara vokalnya yang keren) dari Ayo Dongeng Indonesia

Cerita yang unik dari event ini adalah pertemuan saya dengan Windy Ariestianty. Memang, saya belum kenal lama mengenai dia. Hanya sempat membaca sekilas tentang dirinya di webnya Alanda Kariza, kemudian saya mulai membaca tumblr Windy dan seketika saya jatuh cinta dengan tulisannya. Seperti saya jatuh cinta dnegan tulisan Dee. And then, di hari pertama untuk persiapan workshop, saya berjaga sendiri karena Kak Ijul (partner saya hari itu) berhalangan hadir. Saat itulah, sosok wanita yang boyish dan tinggi dengan rambut ombre hijau neon yang menurut saya keren menghampiri dan menanyakan apakah di ruangan ini ada akses Wifi karena dia ingin bekerja. Saya yang memang tidak tahu dan belum mencoba juga hanya menjawab jujur, kemudian wanita itu menumpang untuk duduk di dalam ruangan untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kami hanya berdua dalam auditorium yang cukup besar dan dalam waktu yang cukup lama. Hingga saat menjelang workshop kedua, saya baru mengetahui kalau wanita itu adalah Windy Ariestianty. Ya, alau tahu begitu, saya akan minta foto lebih awal. Asli, Kak Windy ini penampilan dan cara menjelaskannya asyik. And I really love your hair colour, Kak.

Bersama Kak Windy Ariestanty
 By the way, IRF 2014 ini berisikan pameran dari penerbit maupun komunitas baca, Bioksop Baca (acara menonton film-film yang diangkat dari buku), workshop, talkshow, bookswap dan bookwar, dan Anugrah Pembaca Indonesia (API). Untuk kamu yang tahun ini belum ikutan, tunggu IRF tahun depan ya.

Dua event di penghujung tahun ini adalah moment yang akan saya ingat tentunya dan menjadi jawaban yang memuaskan dalam hati ketika seorang Pembina di kampus pernah bilang kalau “Ada 2 kegiatan yang seharusnya dilakukan saat kita memiliki waktu luang yaitu, mengikuti kegiatan yang bersifatnya menambah uang saku dan mengikuti kegiatan yang bersifat kemanusiaan atau voluntary.


Terima kasih atas 2 pengalaman berharga ini, 2014.

December 11, 2014

Aku Merindu



aku merindu
pada hujan yang bebas menari
pada hangat dari api di perapian
aku merindu
pada kamu yang tak kutahu namanya
yang kupercaya akan datang pada suatu masa
mengecup hangat tanpa perlu berkata
mengajakku bahagia tanpa perlu bertanya
aku percaya kamu 'kan datang
tanpa kuda putih ataupun mahkota
bukan juga barisan harta
kamu hanya perlu datang dengan segala kebesaran hati
menerima tanpa cela
menjaga tanpa alpa
mencintai tanpa kata
aku percaya kalau itu kamu
seseorang yang disimpan Tuhan untukku


28 November 2014
© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis