January 21, 2013

Pesan Dua Dunia





Belum genap jam 12 malam. Belum juga udara ganti hari memberikan tanda, tetapi kegelisahan tak bisa lagi tersembunyi dalam hati. Secangkir kopi kini telah bertemankan semut - semut hitam yang saling berebut ampas, atau mungkin juga mencari manis yang tersisa. Seperti halnya denganku yang masih saja menyisakan secercah harapan di balik kegelisahan

Tidak akan ada yang bertanya mengapa aku belum tidur di malam yang belum berganti hari. Mereka semua seolah sudah hafal dengan tabiatku yang tidur menjelang subuh. Mereka juga sudah jera menasihatiku untuk menghentikan permainan gitar di tengah malam yang kadang mengganggu. Bermain gitar. Mencatatkan nada-nada baru lewat puisi yang kau tuliskan untuk kita selama 3 tahun lamanya.

Tetapi, kalau ada yang bertanya mengapa aku belum tidur malam ini, maka aku memiliki jawaban lain. Aku hanya menunggu jarum detik mengantarkan pergantian ke menit, lalu menit menuju ke jam. Hingga jam menunaikan tugasnya untuk memberi tanda pergantian hari. Hari baru. Aku hanya menunggu pesan pertama yang datang dalam ponselku di hari bertambahnya usiaku. Pesan yang selalu kamu kirim di usia 17, 18 dan 19 ku. Kamu selalu jadi yang pertama dengan sebaris doa.

Lalu, aku terbangun di usia 20 ku, merasakan pesan yang kau kirim dari duniamu yang telah berbeda.


© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis