July 26, 2011

(Jangan) Tanya Kenapa?








Jangan tanya kenapa, karena bagiku ada ribuan jawaban untuk sebuah tanya kenapa, yang pada akhirnya tak akan pernah usai. Justru akan menumbuhkan duri-duri kebohongan karena banyaknya alasan yang tercipta







July 14, 2011

Tangan Kotor


Honestly, gue belum pernah dengar lagu ini tapi gue suka dengan liriknya...
two thumbs up for you, Pandji



Tangan Kotor
by Pandji Pragiwaksono

Alunanku pelan agar kau pahami
Alunanku pelan agar kau pahami
Ku ulangi tadi agar kau mengerti
Ada yang lebih penting dari pamer teknik

Diam salah, Bicara salah
Kau pro kemajuan tapi tak mau tanganmu kotor
Perubahan apa yang kau harap dari hanya mencela
Ku serba salah

Dari luar kita sering menilai
Jelek di cerca, bagus tak jadi bahan cerita
Entah apa tolok ukur akan kesuksesan negara

Kau meradang di matamu
kemiskinan buat Indonesia terbelakang
Kau sendiri tak pernah lakukan apapun
tuk hapus angka kemiskinan, kau curang, kawan


Gulung lengan baju
Tangan kotor, tubuh berpeluh
Kalau nggak kotor, nggak belajar, nggak maju
Bangun negara dari bawah dulu


Lihat Ibumu, walau ada pembantu
tetap beres beres rumah, tetap mau nyapu
Rasa memiliki membedakannya dan kamu
rumah itu miliknya, bukan milik pembantu

Kini lihat keluar, lihat potret bangsamu
GodBless bilang ini rumah kita ingatkah lagu itu
Kalau negara berantakan di matamu
Apa kau yang bereskan atau main suruh

Rasa memiliki Indonesia
Penting untuk tahu kesehatan bangsa
Rakyat merasa lebih tau dari pemerintah
Pemerintah diam-diam menyimpan agenda

Hubungan yang didasari rasa curiga
Hadirkan keraguan dan tak percaya
Kalau kita takut-takut di perempatan
Mobil gak jalan-jalan, kapan sampai tujuan


loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang miskin
kalo loe gak pernah melakukan apapun untuk menghapus angka kemiskinan
loe gak berhak mengeluh indonesia adalah negara yang terbelakang
kalo loe gak pernah memajukan indonesia

Farewell & Heart's Boy


Setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan, ya memang klise.

Banyak yang benci sama hal itu tapi ada juga yang kreatif yang menjadikannya lirik lagu.

Gue ? bencikah dengan perpisahan?
Nampaknya tidak, hanya saja gue terlalu cengeng dengan hal yang satu itu.

Entah karena melankolis gue yang over atau lebay atau emang wajar.
Gue selalu sedih dengan adanya perpisahan…terutama berpisah dengan teman sekolah gue.

Saat tiba waktunya gue melepas seragam merah putih, gue nangis karena itu berarti gue harus berpisah sama temen-temen gue yang udah bareng mengisi hidup gue (aduh lebay ah) selama 6 tahun. Mulai dari masih ingusan dan suka marahan sampe akhirnya menjemput masa puber kita.
Yang berat lagi perpisahan ini bukan cuma berpisah sekolah tapi karena gue akan pindah rumah juga.
Gue nangis sambil peluk-pelukan dengan sahabat SD gue (ada 5).

Saat tiba waktunya mengakhiri masa Sekolah Menengah Pertama, gue juga ngerasa sedih, cuma yang ini nggak sampe keluar air mata.
Gue juga sedih karena harus berpisah dengan 2 sahabat gue, ya berpisah karena akan berbeda sekolah tapi life must go on. Nggak mungkin jugakan gue meratapi perpisahan itu.

Nggak mesti nangis sih, tapi hati gue suka tersentuh…terharu…dan akhirnya berkaca-kaca terus menyeka air mata kalo ‘si perpisahan’ datang menjemput.

Pernah sekitar 1 bulan yang lalu, gue datang ke sekolah adek gue buat jadi tukang jeprat- jepret karena adek gue yang masih kelas 1 SD (waktu itu) mau baca puisi dalam rangka Pelepasan Siswa Kelas VI .
Di bagian puncak acara, anak-anak yang mau dilepas itu alias siswa siswi kelas VI menyanyikan lagu Hymne Guru dan ada pembacaan puisi di tengah-tengah lagu.
Si pembaca puisi itu tiba-tiba menangis dan terbata dalam menyelesaikan puisinya. Kecepatan air matanya lebih cepat dibandingkan kecepatan kata yang keluar dari bibirnya, and then entah angin dari mana tenggorokan gue tercekat…gue ikut ngerasa terharu. Mata gue udah berkaca-kaca. Anak-anak yang nyanyi juga udah pada tumpah tuh air matanya, terus gue ngelirik guru-guru mereka. oh para Pahlawan Tanda Jasa itu terlihat mengambil tissue dan mengusapkannya ke wajah bagian atas, yang gue simpulkan adalah mata, yang gue simpulkan lagi mereka menangis..

Honestly, gue ngerasa aneh dan bodoh banget. Gue nggak kenal sama mereka, mereka juga nggak kenal sama gue, yang mau berpisah adalah mereka satu sama lain bukan gue lalu kenapa gue ikut terbawa kesana?

Gue seperti ranting kering yang terbawa arus (oooh lebay)

Lalu gue meyakinkan diri untuk nggak perlu ikutan sedih meski sama-samar gue ingat masa pelepasan gue waktu itu dan jadi inget temen-temen gue.
Aarghh sudahlah fit !
Gue masih memerhatikan mereka yang masih bernyanyi di panggung. Hampir semua anak perempuan pipinya basah, ya anak perempuan.
Tiba-tiba gue penasaran bagaimana raut wajah dan perasaan anak laki-laki menghadapi perpisahan itu.
Dari beberapa wajah yang gue tangkap, raut wajah mereka adalah BIASA AJA… nggak ada air mata…nggak ada pipi basah karena air mata, kalau keringat mungkin iya…nggak ada muka sedih…nggak ada rasa haru..nggak ada dalam mata telanjang gue.

Dari 3 jenjang perpisahan yang gue lewati, nggak ada satupun yang gue lihat ada cowok nangis atau seenggaknya sedih saat perpisahan. Sekalipun temen gue yang melambai di SMP, dia tetep aja cengengesan tuh kayanya.


cowok itu memang cenderung cuek, mereka nggak mudah terbawa perasaan.
Hati mereka kuat, sekuat diri mereka agar dapat melindungi cewek.


Seketika gue langsung mikir, gue pengen punya hati cowok setidaknya saat ‘si perpisahan’ datang menjemput agar gue melewati semua itu tanpa haru, air mata, kesedihan tapi cukup dengan BIASA SAJA.



Lelehan Air Mata Ini...


Lelehan air mata ini sudah terlalu banyak untukmu

Sudah tak terhitung lagi dan cuma jadi semu
Kenyataannya, kamu akan selalu begitu
Diam dan menatap lurus ke depan
Seolah tak lihat atau memang tak lihat butir-butir air mataku
Kamu selalu gantung aku
Dengan janji, asa dan pujianmu untukku

Lelehan air mata ini sudah terlalu banyak untukmu
Untukmu yang selalu bisu

Lelehan air mata ini sudah terlalu banyak untukmu
Yang menguras hati dan perasaanku
Menimbun banyak asa dan dendam
Menjadikanku manusia utopis

Lelehan air mata ini tak akan mengubah apapun
Tak juga akan mencairkan kebisuanmu

Lelehan air mata ini sudah terlalu banyak untukmu
Yang pada akhirnya kering dan memebekas di kalbu

Lelehan air mata ini sudah terlalu banyak untukmu





29 Juni 2011

vanilla twilight (thursday)



Meski tanpa vanilla twilight

Kamis ini manis, ditemani gerimis

Diantara aku, kamu, angin dan bintang-bintang yang bersembunyi

Wajahmu masih menggelayut manja dalam pikiranku

Memaksa masuk dalam mimpiku

9 Juni 2011


July 7, 2011

Seribu Wajah 1095 Hari

Tanganku menari di atas kertas
Setelah akhirnya menekan tombol rewind dalam otak menuju 1095 hari lalu
1095 hari kita bersama
Melalui gerbang hitam yang kita lalui setiap pagi
Melangkahkan kaki dengan pasti dan wajah berseri
Melewati hijau pepohonan dan wangi tanah sehabis hujan semalam
Beratap langit cerah, sinar malu-malu Sang Surya, dan kicauan burung untuk menuju kelas
Bangku meja kayu entah berapa usianya
Selalu menjadi persinggahan utama bagi tasku
Lalu ragam suara akan celoteh, canda, cengkarama dan luapan rasa menyapu keheningan kelas
Hingga dering bel memaksa diri menempati posisi masing-masing
Ada seribu wajah yang tak pernah habis untuk diceritakan
Wajah bahagia memahami celoteh guru
Pikiran terbang berkelana jauh
Membenamkan kepala, diam penuh tanya
Seribu ekspresi wajah menatap papan tulis penuh catatan indah Sang Pahlawan Tanpa Tanda Jasa
Seribu kisah yang tak pernah usai
Antara cinta, konflik, persahabatan, prestasi, pencarian jati diri
Bercampur tangis, tawa dan emosi
Berhias hikmah menuju titik kedewasaan
Seribu kisah indah yang tak pernah usai diceritakan
Seribu kisah dalam 1095 hari penuh warna dan ajaib yang kita lalui bersama
Tetapi waktu terus menggerogoti kita hingga 1095 hari menjadi yang lalu
Yang tak akan kembali dan kita jumpai
Yang hanya akan tertanam dalam hati
Yang tersimpan rapi dalam folder draft di pikiran kita
1095 hari yang harus kita tinggalkan
Demi menyambut hari baru
Meninggalkan kenangan indah putih abu-abu
Menghancurkan segala sifat kelabu
Menjadi reruntuhan debu
Dan membuangnya ke langit biru
Dengan langkah pasti, bersiap terbang menuju cita
Mengubur sejenak 1095 hari lalu
Untuk mewujudkan asa dan mimpi
Lalu kembali bertemu, kawan
Dalam semburat senja manis di ufuk Barat
Bercerita tentang mimpi yang telah kita raih
Berceloteh setelah menekan tombol rewind bersama
Mengenang 1095 hari lalu
Mengenang masa indah kita
Putih abu-abu
© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis