March 29, 2014

Saya Menulis Karena Saya



Maret sebentar lagi akan memberikan tahtanya pada April. Sementara kalau ditengok lagi, postingan bulan ini berada di bawah level medium. Harus saya akui kalau saya rindu mengisi postingan di blog ini. Sebenaranya saya tidak mau beralibi, tapi nyatanya tugas di 1 bulan awal masuk kuliah ini sungguh sangat menggila. Mungkin karena dibarengi dengan tugas organisasi dan soal  KKN (Kuliah Kerja Nyata) maka terasnya menjadi lebih berat.

Menulis di blog adalah kepuasan tersendiri bagi saya. Jadi, kalau jarang posting sepertinya ada yang kurang lengkap. Tetapi, ada kebahagiaan tambahan yang menjadi bonus buat saya dalam ngeblog, yaitu sebuah pertanyaan “Blog lo kok nggak update lagi, Fit?” it means si penanya menunggu postingan terbaru dalam blog saya.
         
Bicara soal blog, saya sering dapat candaan dari teman saya kalau blog saya isinya curhatan. Awalnya merasa risih dan dalam hati nggak suka dibilang begitu. Maka dari itu, saya juga mulai menciptakan postingan yang isinya adalah opini dan ungkapan pikiran saya yang terlabeli imo (in my opinion). Tetapi kalau ditelaah lebih lanjut lagi sebenarnya isinyapun ya masih soal curhatan sih. Hihi. 

Tapi, kemudian saya bertanya sendiri “blog itu memang seharusnya isinya apa ?”

                Apakah blog yang isinya curhatan adalah tidak wajar ?  Tapi, hampir sebagian besar blog isinya ya curhatan. Curahan hati dan pikirannya entah soal Negara, agama, cinta, atau juga SARA. Bagi saya, blog adalah keleluasaan tersendiri ingin menyampaikan apapun tanpa perlu memikirkan apakah si pengakses itu terganggu atau tidak.

                Usaha seseorang untuk mengakses blog dengan mengetikkan alamat blog adalah bukti kerelaan mereka mengetahui isi postingan di dalamnya. Artinya, dia yang membiarkan dirinya masuk ke dalam sebuah blog, maka dia tidak seharusnya merasa terganggu dengan isi postingan itu. Kecuali isi postingan itu merugikan dirinya.

Sekedar berbagi tips, banyak orang yang merasa tidak percaya diri untuk menulis postingan di blog. Alasannya takut berasa curhat atau tulisannya terlalu berlebihan, nggak mutu, membosankan atau apapun itu. Kalau saya tidak pernah memusingkannya.

Saya menulis untuk saya. Untuk kepuasan diri sendiri, karena saya senang membaca ulang tulisan saya. Karena tulisan di setiap postingan saya, saya persembahkan untuk diri saya maka tidak perlu ada unsur malu di dalamnya. Yang hanya perlu ada adalah kejujuran di dalamnya, maka semua akan mengalir indah. 

Terima kasih untuk readers yang masih setia mengakses blog saya. Semoga tidak karena terpaksa dan semoga isinya bermanfaat. Selamat menulis 

Rindu



Kita tidak pernah bisa mengembalikan detik yang telah berlalu. Kita nggak bisa  kembali ke masa lalu. Kita hanya bisa tersenyum kecil mengenang kepingan ingatan di masa lalu, apapun itu.

Awalnya halaman Ms.Word saya masih polos tanpa 1 karakter hurufpun malam ini. Hati dan kepala rasanya nggak sinkron. Hati saya ingin sekali membuat postingan, tapi kepala say ahnya terus bertanya “Apa dan apa”, ya “Apa yang ingin saya share untuk postingan kali ini”

Kemudian pesan itu datang melalui chat Path. Seorang chairmate di kelas XII. Sesungguhnya saya merasa tidak enak dan dihantui rasa bersalah terus menerus karena tidak bisa menemuinya saat dia pulang liburan akhir tahun lalu. Jadi kalau mau kontak dia rasanya agak canggung.

Kemudian malam ini, di tengah kekosongan ingin menulis apa saya menyadari sesuatu. Betapa setiap kebaikan yang kamu ciptakan dengan keikhlasan akan indah untuk dikenang. Meski ada rasa haru juga rindu yang terselip karena ingin kembali ke masa lalu, tetapi yang paling nyata hanya senyum yang bisa terukir. Sambil memutar kepingan yang mampu kamu ingat dalam kepala.

Yeah, honestly I miss them. Semua tentang teman-teman saya. Mulai dari teman main zamannya belum sekolah. Saya rindu main masak-masakan bersama atau merengek ingin ikut mengaji di usia 3 tahun. Saya masih terkiki geli juga rindu dan haru kala ingat pernah marahan dengan teman saat berjalan pulang setelah les bahasa inggris.

Saya rindu dengan teman-teman SDN Bangka 01 Pagi beserta suasana di dalamnya. Saya rindu teman-teman di SMP Taruna Mandiri beserta suasana di dalamnya. Saya juga rindu teman-teman di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan beserta suasana di dalamnya.

Saya rindu masa-masa itu dan ingin singgah kembali untuk menonton. Bukan karena lelah menjadi orang dewasa atau segala yang saya alami saat ini. Bukan. Saya  hanya rindu karena yang saya sadari semua itu perlahan seakan menjauh. Semua seakan hilang, terbang layaknya layang-layang. Dan saya tidak pernah tahu bagaimana cara menarik benang itu kembali. Saya hanya rindu.

Semua ini mengantarkan pada kesimpulan kalau kita hanya bisa memanfaatkan waktu yang kita miliki saat ini. Kita hanya bisa menggunakannya dan menciptakan kenangan di dalamnya, maka pergunakanlah sebaik mungkin bersama orang – orang yang kita sayang.

Semoga saya juga bisa. Terima kasih untuk waktunya


March 21, 2014

Cerita Lupa


Hello readers !

Ini postingan di sela-sela waktu yang benar-benar hectic. Semester 6 sudah dimulai dan rasanya akan menjadi semester  ‘terpanas’ selama menjadi mahasiswa. Terdengar seperti nggak mau kalah dengan tahun 2014—yang akan panas dengan perebutan kursi orang no.1 di Indonesia. Tapi, kenyataannya memang demikian. Terbukti dengan posting di bulan Maret yang sangat sepi saking nggak sempet nulis atau sekedar posting. Crowded sekali readers

And this is..postingan di curi-curi waktu santai karena besok bisa berakhir pekan di rumah (meski dengan segala tumpukan tugas ini itu). Postingan ini santai aja sih. Tentang saya belakangan ini.

Ada yang bilang kalau berjalan kaki bisa meredam penyakit lupa. Artinya kalau sudah sering jalan kaki seharusnya punya ingatan yang lebih baik daripada orang yang jarang jalan kaki, bukankah begitu ?

Orang yang sering dengan tidak sengaja meninggalkan barang pribadinya bisa dikategorikan sebagai orang yang pelupa. Karena dia meninggalkan barangnya begitu saja, entah karena sedang dipinjam oleh orang lain. Atau juga diletakkan di tempat yang ia sendiri lupa. Intinya, orang itu lupa bukan ?

Nah kalau dikaitkan. Saya adalah orang yang berada dalam 2 kondisi di atas. Akhir-akhir ini hampir setiap hari saya selalu saja ketinggalan benda-benda tertentu. Awalnya, pada akhir Februari lalu. Saya ketinggalan sertifikat yang jelas-jelas saya letakkan di atas meja. Kemudian saya duduk di hadapan meja itu hampir selama 2 jam.

Peristiwa ketinggalan benda-benda tertentu kembali terjadi beberapa hari ini. Kamis lalu, botol minum saya ketinggalan di sebuah toko alat tulis di Ciputat. Kenapa bisa ? Karena saya meletakkannya di atas etalase, saat ingin memasukkan isi binder yang saya beli ke dalam tas. Karena namanya lupa, maka saya baru ingat ketika turun dari angkot dan sampai di kampus kalau ada yang kurang dari genggaman tangan saya…Tupperware pink. Gawat aja kalau sampai hilang, karena sebelumnya saya sudah pernah menghilangkan botol sejenis dengan cerita yang sama hanya beda lokasi.

Hari Senin, ponsel saya hampir tertinggal di Sekret KOPMA saat sedang dinutrisi (baca : diharge) . Beruntungnya baru sekitar 10-20 langkah saya mengingatnya. Hari Selasa, giliran tempat pensil saya yang tertinggal di kursi paska mata kuliah  internal audit. Beruntung, ada seorang teman yang membawakan. Hari Rabu, lem dan gunting saya ketinggalan. Kali ini di Lab.Pojok Bursa. Masih di hari yang sama, kalkulator saya juga tertinggal di KOPMA karena sedang dipinjam teman lalu saya lupa dan baru mengingatnya ketika berada di angkot dalam perjalanan pulang. Hari Kamis…tidak ada cerita ketinggalan karena saya terserang demam tinggi sehingga tidak masuk kuliah. Hari ini a.k.a hari Jumat a.k.a hari dimana saya menulis postingan, giliran flashdisk saya yang tertinggal. Ironisnya, saya baru saja mendonlot berbagai jurnal dan artikel untuk beberapa tugas. Rencananya mau dipelajari di akhir pekan, tapi realita berkata lain.

Pembelaan saya dari berbagai peristiwa ketinggalan benda-benda itu adalah saya setiap hari berjalan selama 5-10 menit dari gerbang kampus menuju fakultas. 5 hari dalam 7 hari. It means saya sudah berjalan selama 25-50 menit dalam seminggu. Ditambah dengan aktivitas jalan lainnya sekitar 30 menit, maka dalam seminggu saya telah berjalan 55 menit hingga 1 jam 20 menit dalam seminggu. Ya, rasanya itu sangat kurang. Maka dari itukah, saya terserang penyakit lupa ini ?

Tapi, saya selalu tepat untuk mengetahui dimana benda itu ketinggalan dan..saya masih cukup bersyukur karena semua benda yang tertinggal itu kembali lagi ke tangan saya pada hari selanjutnya. Selain kurang jalan, mungkin faktor lain penyebab ketinggalan benda-benda pribadi itu adalah sudah sangat jarangnya saya menulis.

Biasanya kalau nggak nulis postingan blog, paling nggak laporan ke buku harian tentang aktivitas seharian itu. Tapi, beneran deh semester ini bakalan jadi the hottest semestaaah karena banyak banget hal yang perlu diurusi dan semunya menyita waktu dan tenaga. So, udah cakep banget kalau mau nulis.

So sorry readers

At least dari semua benda-benda yang ketinggalan, saya sangat bersyukur karena yangketinggalan bukan tugas kuliah karena kalau sampai iya. Wah itu lebih parah. Hihiii.

Oke jadi semoga postingan singkat dan terkesan curhat ini bisa menjadi pelipur lara dan obat penyakit lupa bagi saya.


Terima kasih atas waktunya

March 1, 2014

Pada







Pada hujan yang mengantar bau gerimis
Terselip harap, ragu dan rindu
Pada sebuah kehidupan lain di luar sana
Yang terbayang indah ditemani kunang-kunang
Pada matahari yang bersembunyi di Sabtu pagi
Terasuk jenuh yang meluruh
Akan kehidupan baru seindah kupu-kupu

22 Februari 2014


Kita Bisa

Kita Bisa
RAN ft. Tulus



Kadang terasa sulit untuk mensyukuri
Apa yang ada, apa yang ada
Atau memang hanya kita saja yang tak puas dengan
Apa yang ada, apa yang ada

Tak semua orang bisa punya kesempatan yang sama
Andaikan engkau dapat membuka mata

Kita bisa rasakan bahagia
Asalkan kita terus percaya
Sadari semua makhluk tercipta
Tuk saling dapat menjalani hidup ini bersama

Setiap detik yang kau jalani oh sungguh sangat berarti
Jangan pernah kau sia-siakan yeah
Semangat yang masih terpendam jangan biarkan tertelan
Marilah arungi arus kehidupan

Tak semua orang bisa punya kesempatan yang sama
Andaikan engkau dapat membuka mata

Kita bisa rasakan bahagia
Asalkan kita terus percaya
Sadari semua makhluk tercipta
Tuk saling dapat menjalani hidup ini bersama

Jangan engkau ragu, aku di sini untukmu
Walaupun tak selalu nilainya yang sama
… pasti kan menghampiri, badai pun datang menghakimi
Namun sinar-Nya kan menjaga jelas arah kita

Kita bisa bila percaya
Mewujudkan mimpi-mimpi kita bersama
Kita kan raih bahagia
Mengubah semua harapan jadi nyata

Kita bisa rasakan bahagia
Asalkan kita terus percaya
Kita kan raih bahagia
Tuk saling dapat menjalani hidup ini bersama
Bersama, bersama


© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis