February 9, 2016

Makna Cinta

Mencintai seharusnya bukan karena merasa sepi. Mencintai harusnya menerima dan melengkapi setiap ketidaksempurnaan yang ada dalam 2 orang yang saling mencinta. Mencintai bukan untuk ditunjukkan kepada orang lain, tapi untuk membuat percaya orang yang kita cintai kalau perasaan kita adalah tulus.
Mencintai bukan perlombaan tetapi pendewasaan pribadi satu sama lain. Mencintai bukan memberatkan tapi mengihklaskan. Mencintai bukan fisik ataupun tabiat. Mencintai adalah jatuh karenaNya. Mencintai adalah percaya kalau Dia yang mengirimkan kamu untuk saya.
Jika itu definisi mencintai bagi diriku, dapatkah kamu? Dan Dapatkah kita?
Kekasih, aku semakin sulit untuk menggapaimu karena aku takut menyakitimu. Banyak yang masih harus kusempurnakan dalam diriku, meski aku sendiri yang paling tahu kalau finish line sempurna itu tidak pernah dapat kita gapai.



Dari dalam kamarku yang hangat, 8 Februari 2016

February 7, 2016

A First Trip to National Gallery

Kompliasi yang diambil di Gedung A "Conversation : Endless Act in Human History"

Seminggu yang lalu, saya diajak sahabat saya untuk menemaninya ke Galeri Nasional. Katanya, sedang ada pameran yang ingin sekali dia lihat. Kebetulan sekali saya belum pernah ke Galeri Nasional dan tidak ada salahnya mencoba ke sana. Menikmati Jakarta di kala weekend dan melepas rindu karena sudah lama tidak bertemu nampaknya perpaduan yang pas.

Galeri Nasional ini bertempat di Jl. Medan Merdeka Timur No. 14. Kami bertemu di Stasiun Sudirman dan naik TransJakarta dari Halte Dukuh Atas 1 untuk Transit di Halte Monas. Nah dari Halte Monas ini, kami naik TransJakarta tujuan Pulogadung kemudian turun di Halte Gambir 2. Dari Halte Gambir 2, kami cukup menyebrang jembatan penyebrangan dan tadaaa…Galeri Nasional sudah di depan mata.

Ada 3 gedung yang terdapat di Galeri Nasional, yaitu Gedung A, B dan C. Sementara saat kami datang ke sana, semua gedung terisi penuh oleh pameran. Gedung B sendiri merupakan gedung yang menggelar Pameran Permanen, artinya kapanpun kamu pergi ke Galeri Nasional kamu akan menemukan koleksi yang sama di Gedung B.

Btw Gedung B ini adalah gedung pertama yang kami masuki ketika sampai di Galnas. Kita harus antre dan menunggu jeda beberapa menit untuk dapat masuk. Kita juga hanya diperbolehkan membawa benda-benda berharga, sementara tas harus dititpkan. Selain itu, kita tidak diperbolehkan menggunakan flash saat mengambil gambar di dalam GALNAS.

Secara garis besar, isi pameran di gedung B ini adalah perjalanan seni Indonesia yang dari masa ke masa. Isi pameran sendiri tidak hanya lukisan, tetapi juga patung atau bahkan film pendek. Saya sendiri bukanlah penikmat seni atau yang ahli dalam seni. Jadi, kurang memaknai setiap lukisan yang ada. Cuma bisa bilang ‘keren’, ‘bagus’ dan terkadang penasaran terbuat dari bahan seperti apa hingga ingin menyentuhnya. Tetapi hal itu tentu saja tidak saya lakukan, saya pada akhirnya hanya minta diabadikan bersama karya-karya anak bangsa tersebut.

Yang paling menarik bagi saya adalah sebuah karya di bawah ini.

Belajar Antre dari Semut
 Seekor binatang dengan wajah menggunakan topeng tapi memiliki rambut yang panjang berbaris menatap sebuah TV di depan mereka masing-masing. TV berukuran 14 inch itu menayangkan sebuah adegan semut yang sedang berjalan secara berurutan dan rapi, sebagaimana umumnya. Saya sungguh tidak mengerti dan bertanya, apa maksud dari semua ini. Mengapa TVnya dibiarkan menyala dengan suara yang aneh. Hingga akhirnya saya menemukan penjelasan di ujung dinding tentang karya tersebut. “Belajar Antre Dari Semut,” begitu bunyinya. Menohok dan juga kreatif. Meski harus dibayar mahal dengan tenaga listrik yang terus mengaliri agar TV dapat terus menyala.

Next, lukisan Raden Salah ini yang membuat saya terpana. 
Diantara 2 lukisan penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh
Saya excited sekali begitu menemukan 2 lukisan yang diceritakan dalam buku Adriana (karya Fajar Nugros dan Artasya Sudirman). Dua lukisan yang berkisah tentang pengangkapan Pangeran Diponegoro di masa yang berbeda. Dan salah satunya menyiratkan Pangeran Diponegoro mengenakan jubahnya, sementara di sisi yang lain tidak. Konon kabarnya (berdasarkan buku Adriana) jubah Pangeran Diponegoro ini memiliki kekuatan. Makanya, saat melakukan perundingan dengan Belanda dan berhasil ditangkap, Pangeran Diponegoro diketahui sedang tidak mengenakan jubahnya di dalam lukisan ini.

Pangeran Diponegoro tanpa jubahnya
Pangeran Diponegoro dengan jubahnya
‘Naiklah ke punggungku dan lihatlah bintang di langit, apa yang kau temukan ? Terbanglah ke sana dengan jubah yang dijaga dua malaikat.’ (salah satu potongan Teka Teki Adriana). By the way foto bareng lukisan Raden Saleh ini adalah most favourite saya dari semua hasil foto keliling Galnas.

Seperti yang saya bilang, kalau di Galnas ini koleksinya tidak hanya lukisan. Salah satunya adalah berikut ini…well, I’m not sure what exactly I can called it. Yang pasti ini keren. Bentuknya seperti celana, tetapi kalau kamu melihatnya lebih jelas readers, you will find something cool and funny.
Background Kumpulan Obat Kuat pada zamannya
 Celana ini terbuat dari sekumpulan bungkusan jamu obat kuat yang nampaknya pernah beredar di Indonesia. Dan ini bukan hanya sekedar bungkusan kertas atau plastik, bungkusan ini dibordir dan dijahit hingga saling membentuk celana. Makanya saya bilang ini cool dan keren. Anyway, ada siluet muka orang yang saling berhadapan juga di dalamnya kalau kamu dengan detail memerhatikan.

Karya lain yang membuat saya penasaran adalah “kehidupan”. Lagi lagi saya penasaran dari material apa karya ini terbuat hingga dapat menghasilkan efek terlihat banyak seperti itu.
Penasaran dengan Kehidupan I, II, III dan IV Nasution
Karya lain yang membuat saya menuangkan perhatian lebih di dalamnya adalah Peta Indonesia Baru. Kalau kamu menengoknya secara teliti, peta Indonesia ini dibolak balik posisinya sesuka si pembuat, tanpa merubah namanya. Contohnya, adalah pulau Sulawesi yang berbentuk K ini terlihat dalam keadaan horizontal berada di posisi Pulau Jawa pada Peta Indonesia saat ini. Meskipun demikian, keterangan di dalam Pulau berbentuk K itu adalah kota-kota yang terdapat di Pulau Jawa. Gambar lain adalah Pulau Sumatera yang posisinya justru vertikal menggantikan posisi Pulau Kalimantan. Dan apakah kamu dapat menerka readers, siapa yang mengambil alih posisi Pulau Sumatera pada peta Indonesia Baru tersebut. Lets try and found out. xixixi

Saya di hadapan Peta Indonesia Baru

”Conversation: Endless Acts in Human History” karya Entang Wiharso dan Sally Smart (kebangsaan Australia) ini adalah pameran yang ingin dilihat sahabat saya. Letaknya di Gedung A. Secara garis besar, pameran “Percakapan : Laku tanpa henti dalam sejarah manusia” ini menyentil kehidupan manusia saat ini. Isinya lebih banyak membahas tentang tubuh, perbatasan dan identitas. 

Karya Entang Wiharso
Maka dari itu tidak sedikit dari gambar-gambar di dalam pameran ini yang mungkin terlihat vulgar. Sally Smart sendiri lebih pada karya yang sifatnya menggunting dan menempel, seperti di bawah ini.

The Choreography of Cutting (Scissors)
Potongan potongan kertas itu menyiratkan banyak tokoh. Ada Michael Jackson, Lady Diana, Menteri Luar Negeri Adam Malik, Elvis Presley dll. Sekilas mirip chasing Iphone ya (heheheehehe). Sementara karya Sally yang lain banyak yang bentuknya tambalan-tambalan seperti di bawah ini.

Karya Lain dari Sally Smart




Pameran terakhir yang kami kunjungi adalah AFAIR 2016 yang terletak di gedung C. Pameran ini berisi karya-karya mahasiswa Arsitektur UI yang secara gak langsung juga bagian tugas kuliah mereka. Bentuknya ada maket ataupun desain autocad. Beberapa diantaranya sudah menuai prestasi di internasional. Harus diakui kalau desain mereka sangat out of the box dan visioner di mata saya yang sangat awam. Ya, semoga desain keren-keren itu dapat direalisasikan di negeri kita sendiri.

Nggak banyak foto yang saya ambil di sini karena sepenuhnya menikmati karya dan seakan merewind masa Junior High School kami. Sekolah kami mengadakan open house di setiap penerimaan murid baru dan di dalam rangkaian acaranya ada semacam pameran oleh kami yang pengunjungnya adalah orang tua murid. Yang paling saya ingat adalah kami melakukan demo cara membuat deterjen—hal ini related dengan pelajaran Kimia yang saat itu kami dapatkan.

Potret Jakarta dalam AFFAIR 2016
Melihat pengunjung di Affair 2016 ini adalah orang tua mahasiswa yang ingin melihat karya anaknya membuat saya flashback sejenak ke masa JHS hehe. Anyway, sayang sekali 2 pameran ini sudah beakhir pada 1 dan 4 Februari lalu. Tetapi, untuk pameran permanen yang ada di Gedung B masih ada. Jadi, kalau readers ingin mengunjunginya langsung saja ke sana. Tapi ingat, Senin libur. Dan sebaiknya membawa kamera yang bagus (jika ingin hunting foto).

Bersama Lukisan Kelahiran (kanan) di Gedung B Galeri Nasional

Untuk pameran temporer lainnya, mungkin readers harus sering-sering main ke webnya Galeri Nasional. Berkeliling di Galnas rasanya nggak cukup satu atau dua jam, jika kamu ingin mengetahui makna di setiap karya. Mungkin butuh seharian untuk mengelilingi sebuah gedung dan memaknainya, bukan hanya sekedar foto-foto layaknya orang awam seperti saya dan kebanyakan orang yang berkunjung di Galnas.
  

Thank you for completely reading.

 


Mural di Galeri Nasional

Salah satu koleksi di Gedung B Galeri Nasional
Koleksi Modern di Gedung B Galeri Nasional


© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis