“Lo Apa Kabar ?”
Bohong
sekali kalau kita nggak pernah sekalipun mendapatkan pertanyaan itu. Tapi,
kapan dan siapa yang melontarkan pertanyaan itu terakhir kali buat kamu readers ?
“Lo
apa kabar” itu pertanyaan basa-basi dan bikin mual. Maknanya cuma satu buat
saya. Mak comblang untuk pertanyaan selanjutnya. That’s it ! No more !
Lo
Apa kabar itu terasa menyakitkan karena seolah-olah ada rentang waktu yang
besar atas lamanya—seorang penanya dan yang ditanya—tidak bertemu. Memang sih,
pertanyaan ini diajukan oleh seseorang yang telah lama tidak berinteraksi
dengan kita. Bisa sahabat, teman, mantan, atau bahkan keluarga. Dan tidaak
menutup kemungkinan your enemy. Ya,
musuh di balik selimutkan siapa yang tahu haha. Makanya, pertanyaan itu jadi
terasa menusuk karena terdengar asing di telinga. Saya nggak yakin kalau
pertanyaan itu benar-benar ditujukan sepenuhnya mengetahui kabar kita.
Tidak
menutup kemungkinan bukan, kalau pertanyaan itu cuma basa basi, karena ada
udang di balik batu. Ada rindu di balik pertanyaan ‘lo apa kabar.’
Padahal
pertanyaan apa kabar itu penting untuk dilemparkan ke teman yang kamu temui
setiap harinya. Orang yang susah curhat perlu ditanya ‘lo apa kabar’ even mereka ketemu, ngobrol, ketawa
ketiwi setiap hari. Pertanyaan itu justru akan memberikan jawaban yang lebih
jujur kalau hadir di tengah intensitas pertemuan yang tinggi antaar si penanya
dan yang ditanya.
Kita
nggak pernah tahu bagaimana isi hati manusia yang sesungguhnya. Dia bisa saja
tertawa dan menghibur orang lain, tetapi di dalamnya ada kerapuhan yang dia
simpan sendiri. Atau dia bisa saja terlihat rapuh dan tidak bersemangat, tetapi
di dalamnya ada banyak gumpalan api yang menegarkannya. Orang-orang yang sulit
berekspresi dan menyimpan semuanya sendiri sebenarnya membutuhkan pertanyaan
‘apa kabar’ dari orang terdekatnya. Sayang, pertanyaan ‘apa kabar’ hanya hadir
untuk mereka yang sudah lama tidak bertemu. Pertanyaan apa kabar hanya ada
untuk kepalsuan ?
Honestly, bagi saya pertanyaan apa kabar
itu sulit untuk dijawab. Karena tidak pernah ada keadaan baik untuk
keseluruhan. Dan nggak mungkin juga
kita menceritakan semua keadaan tidak baik kita ke orang yang sudah lama tidak
berinteraksi dengan kita. Jadi, dilematiskan jawabannya ? kalau kamu hanya
jawab ‘baik’, itu bohongkan ? itu Cuma singkat atau jawaban refleks. Seolah
pertanyaan apa kabar itu ya pasangan jawabannya ‘baik’ saja, seperta hitam dan
putih pada zebra cross. Saling
berpasangan.
Lo
apa kabar, readers ? Jawabannya
‘baik’ ? Emang beneran ‘baik’ ?
Kalau
saya mungkin akan menjawab ‘Allhamdulillah masih bernafas.’
Sekian
dan terima kasih telah membaca
0 comments:
Post a Comment