April 4, 2014

Excuse, Masihkah Kita Perlu ?



Judul ini entah kenapa terlintas dalam pikiran saya ketika melewati  jembatan layang Ciputat. Latar belakangnya sih karena himpitan tekanan dan beban akhir-akhir ini. Mulai dari tugas kuliah, tugas organisasi, persoalan personal dan lain sebagainya.

Saya yakin setiap orang memliki tekanan yang berbeda dalam kehidupannya. Setiap orang pasti memiliki tantangan sendiri dalam kehidupannya, I mean setiap orang itu nggak segampang dan seenak yang kita pikir dan bayangkan.

Kita sering sekali membandingkan diri kita dengan orang lain dengan memosisikan diri kita sebagai orang yang patut dikasihani karena yang paling menderita. Contoh kecilnya adalah “Rumah lo deket jadinya bisa datang on time di kelas, nah gue paling cepet 1,5 jam nyampe kampus.” Atau “Dia sih bisa sudah terjamin masuk perusahaan G karena ayahnya manajer di sana, sementara saya hanya orang sederhana yang keluarganya tidak punya koneksi dengan orang-orang terpandang di perusahaan besar.”

Dengan kata lain, kita justru lebih sering merendahkan diri kita dan menanamkan afirmasi negative pada diri sendiri. Padahal, setiap orang yang kita anggap lebih beruntung juga memiliki tekanan dan pencapaian atas hal yang dimilikinya itu. 

Contoh kecilnya adalah kalau jarak rumahmu ke kampus lebih dekat daripada temanmu, maka seharusnya orang itu bisa lebih berprestasi dibanding dengan temannya yang rumahnya jauh. Saat yang terjadi adalah sebaliknya, maka itu kan menjadi tekanan baginya karena dia tidak bisa mencapai sesuatu yang lebih baik dengan keberuntungan atau bonus yang dia milikinya itu.

Contoh lain adalah saat memang sesorang memiliki koneksi dengan orang dalam, maka hal lain yang harus dia capai adalah melakukan yang terbaik dalam pekerjaannya. Ini menjadi tekanan tersendiri karena ini sebagai pembuktian dan supaya nggak mengecewakan dengan orang yang tekoneksi dengannya di perusahaan iitu.

Nah kan, setiap orang memiliki kondisi tersendiri atas suatu hal yang kadang kita anggap keberuntungan buat dia. Setiap orang memiliki jobdesknya masing-msing yang tingkatannya berbeda antara satu orang dan lainnya. Jadi, masihkah kita mencari alasan untuk memosisikan diri kita sebagai peran yang terendah ? Masihkah kita perlu mencari excuse ?

Di tengah himpitan tekanan tugas, kita sering sekali mengeluh, malas, menunda-nunda, hingga akhirnya tidak terselesaikan dan menghadirkan berbagai alasan. Kita selalu menghadirkan excuse di tengah keberuntungan yang kita miliki.

Coba deh telusuri berapa banyak orang di luar sana yang kehidupannya masih kurang beruntung. Kita masih jauh lebih beruntung dibandingkan dengan seorang bocah 10 tahun yang harus berjualan bolpoin sepulang sekolah. Kita masih jauh lebih beruntung dibandingkan dengan orang buta yang terus berjalan menjajakan kerupuk Bangka. Kita masih lebih beruntung dibandingkan dengan orang yang tidak bisa berlari dan mengejar mimpinya karena sakit parah yang diderita.

Teman, kita masih lebih beruntung dibandingkan dengan mereka, lalu mengapa kita masih mengahdirkan excuse dalam setiap keberuntungan itu.

Honestly, postingan ini mungkin sebagai bentuk self motivation buat saya karena terkadang menghadirkan excuse atas keberuntungan yang saya miliki. Maka dari itu, semoga dengan postingan ini saya bisa lebih baik dalam manajemen waktu sehingga bisa menyelesaikan semua yang telah menjadi jobdesk dan kewajiban saya. Semoga tulisan ini bisa jadi cermin buat saya kalau masih hobi menunda-nunda melakukan sesuatu ataupun nggak fokus.

Okay, setelah muter-muter semoga readers mengerti maksud tulisan ini pada intinya adalah mari bersykur dan menghentikan berbagai alasan.

Excuse, masihkah kita perlu ?


0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis