cerita sebelumnya....
Pria itu berdiri di belakang Krystel dalam jarak 50 meter. Krystel telah
memberikan tatapan tajam sebagai ucapan selamat pagi untuknya. Lelaki itu tidak
tersenyum, juga tidak mencoba bersembunyi layaknya penguntit pada umumnya.
Krystel memang belum tahu pasti apakah lelaki itu benar-benar penguntit
atau bukan. Tapi, sudah 2 minggu ini lelaki itu selalu berdiri mengawasi gerak
gerik Krystel di kala menunggu Boy setiap harinya.
“Boy,” panggil Krsytel saat melihat Boy di salah satu kerumunan karyawan
kantor pada jam makan siang. Krystel melambaikan tangannya sambil tersenyum
bahagia.
Boy menghampiri Krystel yang berada di bawah pohon rindang. Rok floral
yang dikenaknan Krystel membuatnya terlihat seperti anak SMA. Boy bersumpah
kalau hari ini adalah hari terakhir dia berhubungan dengan Krystel. Krystel
harus menerima kenyataan yang terpampang di muka.
“Aku membuatkan bakwan jagung kesukaan kamu. Kita makan bersama ya,”
Boy duduk di kursi yang ada di bawah pohon. Krystel sedang menyiapkan
makanan yang telah ia buat ketika Boy merengkuh tangannya dan memintanya duduk.
Krystel menatap Boy bingung, meski senang. Sementara yang ditatap justru melemparkan
pandangan pada sesosok pria yang selalu berada 50 meter di belakang Krystel.
“Beristirahatlah, Krystel,” ujar Boy langsung. Krystel mengerutkan
dahinya. Tidak mengerti.
“Beristirahatlah yang banyak, makan obat dan turuti apa kata dokter.
Hanya itu yang kamu butuhkan sekarang. Kamu tidak perlu lagi menungguku di sini
setiap harinya. Aku telah mengingatmu, maka beristirahatlah. Kamu hanya butuh
istirahat,” jelas Boy lembut.
“Apa maksudmu aku gila, Boy ?,” tanya Krystel dengan nada bergetar. Boy
hanya bungkam seribu bahasa. Sebuah wajah terlintas dalam benak Krystel. Pria
50 meter itu. Dia pasti penyebabnya. Krystel tidak sabar untuk memukuli dan
berteriak di depan wajah lelaki itu.
* * *
Krystel dengan kencang menghunjam tubuhku tanpa ampun. Tas kulit cokelat
hadiah ulang tahun dariku setahun yang lalu kini dihantamkan berulang-ulang
kepadaku.
“Siapa kamu sesungguhnya ? Apa aku mengenalmu ? Apa yang telah kamu
perbuat?,” jeritnya histeris.
“Andra,” ujarku tenang. “Apa nama itu benar-benar hilang di kepalamu?,”
tambahku lagi.
Sejak hari itu Krsytel tidak lagi datang dan menunggu Boy di kantornya.
Aku juga tidak lagi mengawasinya dalam jarak 50 meter. Aku mengunjungi Krystel
di Rumah Sakit setiap harinya dengan setangkai mawar merah favoritnya. Kini ia
menjalani pengobatan.
Krystel adalah kekasihku selama 2 tahun terakhir ini. Sebulan yang lalu,
Krystel menjadi korban tabrak lari. Dia sempat mengalami koma selama satu
minggu. Begitu sadar, separuh ingatannya menghilang akibat luka yang begitu
parah. Ingatannya terhenti pada kejadian paling menyakitkan di hidupnya.
Kekasih yang ia pacari selama 5 tahun mengalami kecelakaan dan terkena amnesia.
Setahun lebih, Krystel berjuang mengembalikan ingatan Boy, kekasihnya.
Tetapi ia gagal, Boy tidak pernah mengingatnya. Aku melihat semuanya. Melihat
di setiap waktu Krystel menunggu Boy dan berharap Boy ingat tentangnya.
Anehnya, aku jatuh cinta pada Krystel. Aku jatuh cinta dengan gadis gigih yang
terus menunggu. Perlahan, aku membantu Krystel menerima kenyataan dan akhirnya
kami jadian.
Selang setahun kami jadian, ingatan Boy kembali. Tapi itu tidak mengubah
apa yang terjadi diantara aku ataupun Krystel. Boy juga telah menemukan wanita
lain. Hingga pada 2 tahun hubunganku dan Krystel, penabrak lari itu menghancurkan
segalanya. Ia menghapus semua kenangan Krsytel
denganku dari ingatan Krystel. Ingatan Krystel kembali pada kejadian
memilukan antara ia dan Boy, saat belum mengenalku.
“Aku
tidak mengenalmu. Aku melakukan ini semua karena Boy yang memintaku untuk menjalani
pengobatan,” jelas Krystel ketus pada hari pertama ia kembali masuk Rumah
Sakit.
Sekarang, aku masih terus berusaha mengembalikan ingatan Krystel. Aku
percaya kalau Krystel akan mengingatku kembali. Hari itu pasti akan
datang.
Tuhan, kembalikan segalanya tentang dia
seperti sedia kala
Izinkan aku tuk memeluknya mungkin tuk
terakhir kali
End
1 Februari 2014
Inspired by Di Ujung Jalan from Samson
1 comments:
ini baru yg nama'y unpredictable ending
Post a Comment