Memoar Krystel
Oleh :
Fitria
Wardani
Matahari bersinar kencang pada jarum arloji Krystel yang telah
menunjukkan pukul 12.00. Waktunya istirahat dan para karyawan akan berhamburan
keluar dari ruangan berAC untuk mengisi perut mereka. Waktu yang selalu ditunggu Krystel setiap harinya, karena dari
para karyawan yang berhamburan terdapat sosok lelaki yang dia tunggu, yaitu
Boy.
Krystel berdiri dengan semangat
dari duduknya—yang hampir 2 jam. Pandangannya menyapu dengan teliti untuk dapat
menemukan sosok yang dia cari. Tidak terlalu sulit menemukan sosok Boy di mata
Krystel. Selain karena tinggi, Boy memiliki kulit kecoklatan. Berbeda dengan
kebanyakan pria kantoran yang berkulit putih atau kuning langsat.
Setelah menangkap sosok Boy dari kejauhan, Krystelpun melangkahkan
kakinya untuk lebih dekat dengan kerumunan. Doanya di setiap pasgi masih sama.
Dia berharap hari ini Boy mengingatnya.
Jantung Krystel semakin berdebar saat sosok yang begitu ia cintai selama
5 tahun ini mulai mendekat. Bagaimana mungkin ia merasa berdebar hebat hanya
karena bertemu dengan lelaki yang telah menemaninya selama 5 tahun ini ? Masih
pantaskah rasa itu ?
“Boy,” panggil sebuah suara dari belakang yang menghentikan langkah
wanita itu.
Boy tersenyum sambil mengizinkan si wanita itu menggamit mesra tangannya.
Kini mereka berjalan beriringan layaknya sepasang kekasih. Adegan itu semakin
membuat Krystel kaku di tempatnya. Dia tak bisa bergerak, bernafaspun terasa
sesak. Tetapi Krystel terus mencoba kuat di tempat.
Boy dan wanita itu lewat di depan Krystel. Krystel hanya menunduk, tak
sanggup melihat kenyataan yang sedang bermain peran. Tetapi, dia melihat sebuah
langkah terhenti di depannya. Krystel langsung mengangkat kepala dan mendapati
Boy berhenti tepat di depannya. Boy menatap Krystel dengan dahi berkerut.
Bibirnya mulai membuka seolah ingin menyebutkan sebuah nama. Tapi beberapa
detik kemudian, dia membatalkannya. Boy berlalu bersama wanita di sampingnya
yag menggelayut mesra.
Krystel menghembuskan nafas panjang. Menerima kenyataan pahit kalau hari
ini masih sama dengan seminggu terakhir. Boy belum mengingat Krystel.
Kecelakaan mobil yang menimpanya sebulan lalu telah menghapus semua ingatan
Boy, termasuk ingatannya tentang Krsytel. Kekasih yang telah ia pacari selama 5
tahun.
Kini, sebulan setelah keadaan
Boy membaik, Krystel bertekat untuk mengembalikan semuanya. Dia selalu datang
pagi-pagi, berdiri di ujung jalan parkiran menanti Boy. Saat matahari mulai berada di atas
kepala, Krystel telah siap dengan sekotak makanan favorit Boy. Lalu, di sore
hari, Krystel kembali menanti Boy di ujung jalan parkiran. Hanya untuk melihat
Boy dan berharap membuat ingatan akan hubungan mereka selama 5 tahun ini
kembali.
Di ujung jalan ini, aku menunggumu,aku
menantimu
Di tengah terik matahari, aku menyanyikan
kisah tentang kita
* * *
“Krystel,” panggil sebuah suara
yang sudah akrab di telinga Krystel selama 5 tahun ini. Krystel bangun dari
duduknya dengan sumringah menyadari siapa yang memanggilnya barusan.
“Boy, kamu…kamu mengingatku?,”
tanya Krystel haru bercampur gugup.
Boy tidak menjawab, matanya
mengarah pada sesosok lelaki yang berada di ujung jalan. Lelaki itu menatap Boy
dan Krystel begitu lekat. Krsytel mengikuti kemana pandangan Boy tertuju.
Lelaki itu. Lelaki yang sejak hari pertama Krystel menunggu Boy di Kantornya.
Lelaki yang setiap hari selau berada setidaknya 50 meter dari Krsytel. Siapa
lelaki itu ? Krystel hanya bertanya melalui tatapannya.
“Sudah malam, Krystel. Kenapa
kamu masih di sini ?”
“Aku menunggumu, Boy,” ujar Krystel dengan mata yang berbinar.
Krsytel masih mengamati lelaki di hadapannya yang sedang asyik memakan
kepiting. Terkadang ia tersenyum melihat pria berusia 25 tahun ini makan dengan
ekpresi anak kecil. Tidak mau diganggu. Tetapi, hatinya tersenyum lebih dalam
karena akhirnya Tuhan mengembalikan ingatan Boy tentangnya. Mereka sedang makan malam di restoran
langganan mereka.
“Krystel, ada sesuatu yang harus kamu tahu dan kamu mengerti,” buka Boy
setelah selesai menghabiskan kepiting.
“Apa itu Boy ? Katakan saja,” ujar
Krystel yang masih diselimuti rasa bahagia.
“Krystel, aku sudah memiliki tunangan. Kamu harus tahu itu. Kita tidak
mungkin bersama lagi.”
Krsytel tersentak dengan ucapan Boy. Siapa juga yang tidak akan kaget
mendengar kekasih yang telah dipacari selama 5 tahun, kini memiliki gadis lain
yang dijadikan tunangannya, hanya setelah 1 bulan mengalami amnesia.
“Kamu hanya sedang membuat joke kecil
kan Boy ? Mana mungkin kamu bertunangan dengan gadis lain dalam waktu 1 bulan ?
Secepat itukah ? Aku rasa ada bagian di kepalamu yang masih menyisakan luka
atas kecelakaan itu. Maka itu kamu bicara ngawur seperti ini”
“Aku serius, Krsytel. Cincin ini buktinya. Bulan depan, aku akan menikah”
Krsytel menatap cincin yang tersemat di jari manis Boy. Krsytel sadar
betul kalau ia tidak mengenali cincin itu.
“Bagaimana mungkin kamu telah bertunangan dengan wanita lain, Boy ? Kamu
baru sebulan lalu mengalami kecelakaan hebat. Aku kekasihmu selama 5 tahun ini
dan kamu memilih bertunangan dengan wanita lain hanya dalam sebulan setelah
kesembuhanmu?,” ceramah Krystel dengan nada setengah berteriak. Kemudian air
matanya tumpah.
0 comments:
Post a Comment