Katanya, setiap orang diciptakan berpasang-pasangan. Seperti laki-laki
dan perempuan, sepatu kanan dengan sepatu kiri, roti dengan selai, kopi dengan
gula. Seperti pelangi setelah hujan, asap karena api. Ini menyoal kausalitas.
Hubungan sebab akibat.
Bagi saya, ada 2 hal yang merisaukan dan sulit disembuhkan di kehidupan
ini. Mereka adalah kecewa dan kehilangan. Beruntungnya, ada cara di baliknya
untuk menghindari 2 hal tersebut. Ada cara pencegahannya, karena 2 hal tersebut
hadir atas kausalitas, yaitu hubungan sebab akibat.
Kecewa terbentuk karena ekspektasi yang begitu tinggi. Sementara
kehilangan terbentuk karena kita merasa memiliki. Tidak pernah ada kekecawaan
kalau kita tidak pernah berekspektasi terlalu tinggi akan suatu hal atau
seseorang. Kita sering kagum kepada orang karena chasing dan pembawaannya di muka umum. Memuji orang itu tiada habis
dan seolah tiada celah. Kita mungkin sering meyakini dalam pikiran masing-masing
betapa hebatnya orang itu. Kemudian ada waktunya saat kita mengetahui kalau
orang itu tidak sesempurna yang terlihat oleh mata. Lalu, kecewa yang bersarang
di hati.
Kita sering lupa kalau kita semua manusia. Tidak ada manusia yang
sempurna. Kita dan orang itu sama, jika orang itu hebat, maka sesungguhnya kita
tak kalah hebat. Hanya saja, mungkin kita belum menemukan lebih jauh potensi
yang kita miliki. Jangan berekspektasi terlalu tinggi, jangan menghakimi dan
memuji tanpa henti. Kita semua manusia.
Sayangnya selain lupa kalau kita semua sama – sama manusia, kita juga
lupa kalau kita tak pernah memiliki apapun di dunia ini sesungguhnya. Semua
yang ada pada diri kita hanyalah titipan semata—yang kita tidak pernah tahu
kapan pemiliknya yang utuh akan menjemputnya.
Pastinya kita sudah tidak asing dari pelajaran yang bisa kita dapat dari
tukang parkir bukan ? Tukang parkir selalu menjaga mobil atau motor yang
dititipkan padanya sebaik mungkin. Tetapi, saat si pemilik mobil atau motor itu
mengambilnya kembali, tukang parkir tidak menangis tersedu – sedua, sedih atau
update status karena merasa kehilangan. Tukang parkir akan mengikhlaskannya,
karena dia tahu kalau semua itu hanya titipan. Dan sesuatu yang dititipkan
harus dikembalikan atau akan dijemput si pemiliknya.
Mungkin muncul sebuah pertanyaan seperti ini “Tapi, dia dibayar untuk itu
?”. kita juga dibayar untuk itu. Untuk menjaga apa yang telah dititipkan
olehNya, dengan syarat kita menjaganya dengan baik. Bayarannya berupa apa ?
Poin poin kebaikan yang dikenal dengan pahala. Atau bahasa kerennya amal
kebajikan.
Seseorang yang datang kepada kita hanya sebuah titipan, kita bisa
menjaganya dengan menjadi manusia bermanfaat di dekatnya. Bukankah itu amal
kebajikan yang sedang kita tanam. Saat orang itu harus pergi atau diambil
kembali oleh pemilikNya, maka tak seharusnya kita merasa kehilangan. Karena
ingat readers, kita bukan pemiliknya.
Jadi, 2 hal merisaukan dalam hidup itu bisa kita hindari kalau kita tidak
memiliki ekspektasi yang terlampau tinggi dan tak pernah merasa memiliki. Tapi,
kalau memang hati kita tak bisa mengendalikan dan menjalankan apa yang
seharusnya kita cegah, mau bagaimana lagi. Untuk sesekali, saya rasa tidak apa.
Anggap saja mencicipi hidup. Karena setelah pernah merasa kecewa dan
kehilangan, bukankah kita menjadi belajar untuk menjadi dewasa dan menjadi
lebih baik lagi
Terima kasih
0 comments:
Post a Comment