February 1, 2014

Memoar Krystel #2







cerita sebelumnya....




Pria itu berdiri di belakang Krystel dalam jarak 50 meter. Krystel telah memberikan tatapan tajam sebagai ucapan selamat pagi untuknya. Lelaki itu tidak tersenyum, juga tidak mencoba bersembunyi layaknya penguntit pada umumnya.
Krystel memang belum tahu pasti apakah lelaki itu benar-benar penguntit atau bukan. Tapi, sudah 2 minggu ini lelaki itu selalu berdiri mengawasi gerak gerik Krystel di kala menunggu Boy setiap harinya.  
“Boy,” panggil Krsytel saat melihat Boy di salah satu kerumunan karyawan kantor pada jam makan siang. Krystel melambaikan tangannya sambil tersenyum bahagia.
Boy menghampiri Krystel yang berada di bawah pohon rindang. Rok floral yang dikenaknan Krystel membuatnya terlihat seperti anak SMA. Boy bersumpah kalau hari ini adalah hari terakhir dia berhubungan dengan Krystel. Krystel harus menerima kenyataan yang terpampang di muka.
“Aku membuatkan bakwan jagung kesukaan kamu. Kita makan bersama ya,”
Boy duduk di kursi yang ada di bawah pohon. Krystel sedang menyiapkan makanan yang telah ia buat ketika Boy merengkuh tangannya dan memintanya duduk. Krystel menatap Boy bingung, meski senang. Sementara yang ditatap justru melemparkan pandangan pada sesosok pria yang selalu berada 50 meter di belakang Krystel.
“Beristirahatlah, Krystel,” ujar Boy langsung. Krystel mengerutkan dahinya. Tidak mengerti.
“Beristirahatlah yang banyak, makan obat dan turuti apa kata dokter. Hanya itu yang kamu butuhkan sekarang. Kamu tidak perlu lagi menungguku di sini setiap harinya. Aku telah mengingatmu, maka beristirahatlah. Kamu hanya butuh istirahat,” jelas Boy lembut.
“Apa maksudmu aku gila, Boy ?,” tanya Krystel dengan nada bergetar. Boy hanya bungkam seribu bahasa. Sebuah wajah terlintas dalam benak Krystel. Pria 50 meter itu. Dia pasti penyebabnya. Krystel tidak sabar untuk memukuli dan berteriak di depan wajah lelaki itu.
* * *
Krystel dengan kencang menghunjam tubuhku tanpa ampun. Tas kulit cokelat hadiah ulang tahun dariku setahun yang lalu kini dihantamkan berulang-ulang kepadaku.
“Siapa kamu sesungguhnya ? Apa aku mengenalmu ? Apa yang telah kamu perbuat?,” jeritnya histeris.
“Andra,” ujarku tenang. “Apa nama itu benar-benar hilang di kepalamu?,” tambahku lagi.
Sejak hari itu Krsytel tidak lagi datang dan menunggu Boy di kantornya. Aku juga tidak lagi mengawasinya dalam jarak 50 meter. Aku mengunjungi Krystel di Rumah Sakit setiap harinya dengan setangkai mawar merah favoritnya. Kini ia menjalani pengobatan.
Krystel adalah kekasihku selama 2 tahun terakhir ini. Sebulan yang lalu, Krystel menjadi korban tabrak lari. Dia sempat mengalami koma selama satu minggu. Begitu sadar, separuh ingatannya menghilang akibat luka yang begitu parah. Ingatannya terhenti pada kejadian paling menyakitkan di hidupnya. Kekasih yang ia pacari selama 5 tahun mengalami kecelakaan dan terkena amnesia.
Setahun lebih, Krystel berjuang mengembalikan ingatan Boy, kekasihnya. Tetapi ia gagal, Boy tidak pernah mengingatnya. Aku melihat semuanya. Melihat di setiap waktu Krystel menunggu Boy dan berharap Boy ingat tentangnya. Anehnya, aku jatuh cinta pada Krystel. Aku jatuh cinta dengan gadis gigih yang terus menunggu. Perlahan, aku membantu Krystel menerima kenyataan dan akhirnya kami jadian.
Selang setahun kami jadian, ingatan Boy kembali. Tapi itu tidak mengubah apa yang terjadi diantara aku ataupun Krystel. Boy juga telah menemukan wanita lain. Hingga pada 2 tahun hubunganku dan Krystel, penabrak lari itu menghancurkan segalanya. Ia menghapus semua kenangan Krsytel  denganku dari ingatan Krystel. Ingatan Krystel kembali pada kejadian memilukan antara ia dan Boy, saat belum mengenalku.
                “Aku tidak mengenalmu. Aku melakukan ini semua karena Boy yang memintaku untuk menjalani pengobatan,” jelas Krystel ketus pada hari pertama ia kembali masuk Rumah Sakit.
Sekarang, aku masih terus berusaha mengembalikan ingatan Krystel. Aku percaya kalau Krystel akan mengingatku kembali. Hari itu pasti akan datang.    

Tuhan, kembalikan segalanya tentang dia seperti sedia kala
Izinkan aku tuk memeluknya mungkin tuk terakhir kali

End

1 Februari 2014
Inspired by Di Ujung Jalan from Samson

1 comments:

Unknown said...

ini baru yg nama'y unpredictable ending

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis