Beberapa hari yang lalu gue membaca kembali diary gue dari awal 2010 hingga terakhir gue nulis. Entah kenapa seneng aja, bagaikan menjelajah mesin waktu, menelusuri dan mengingat kembali apa saja yang telah terjadi selama 2010 ini.
Awal 2010 gue bagaikan dikasih kejutan yang indah, gue dinobatkan menjadi Juara Umum IPS se-angkatan kelas XI IPS.
Setelah itu gue sempet ikutan berbagai lomba, dari olim ekonomi, akuntansi, cerdas cermat UUD, cipta puisi, karya ilmiah. Waduh banyak banget tapi yang berhasil cuma 1, yaitu lomba cipta puisi yang diadain BHACA (Bung Hatta Anti Corruption Award). Meski begitu, gue seneng dan bersyukur karena lomba-lomba yang gue ikutin memberikan pengalaman dan pelajaran yang berbeda-beda dan bermakana buat gue.
2010 juga jadi tahun pertemuan atas rindu yang menggunung gue terhadap temen-temen SD gue. Di tahun ini, gue berhasil ketemu mereka, bahakan sampai 2 kali dalam setahun. Ini merupakan salah satu resolusi gue di 2010 yang tercapai.
2010 juga menyadarkan gue betapa indahnya memiliki saudara yang usianya sebaya.
2010 gue menemukan persahabatan dengan lawan jenis, suatu hal yang sangat gue impikan dari kapan tahu. Gue seneng bisa share sama dia, dan gue kangen dengan pertanyaan-pertanyaannya kaya “Lo kenapa fit?”, “Lo nggak papakan fit?”
Semoga kita bisa tetap bersahabat. Amien
Februari 2010 adalah 17 tahunnya gue, bukan 17 tahun yang manis sih, tapi gue bersyukur banget karena masih bisa melewatinya bersama orang-orang yang gue sayang.
Dan…hemmm 2010 ini adalah tahun yang panjang antara gue dan dia. Tahun ini punya berbagai cerita yang bagaikan siklus yang berulang. Mulai dari Januari-Februari yang terasa begitu indah bareng dia. Maret-Mei yang masih bisa berteman baik sama dia. Terus Awal Juni sampe pertengahan slek gara-gara hal sepele dan gue lupa kenapa bisa baikan. Temenan lagi dari pertengahan Juni-Agustus pertengahan. Terus slek lagi dari pertengahan Agustus-Oktober akhir, lalu baikan lagi dan temenan lagi sampe November pertengahan. Terus diem-dieman lagi. Terus abis ini gue nggak tahu akan bagaimana, yang jelas gue capek begini terus, tapi lucu juga kalau mengingatnya lagi. Ahahahha
Karena sebentar lagi (dalam hitungan jam) tutup tahun, mungkin kisah gue dan dia juga akan menutup dengan sendirinya. Entahlah
2010 mengajarkan gue untuk bisa memaafkan seseorang yang telah menyakiti perasaan gue, dan ternyata….nggak pernah ada sebuah kesalahan atau kerugian jikalau kita memaafkan orang lain, readers. Justru kita menjadi seseorang yang berjiwa besar. Melawan keegoisan dan melupakan sakit hati yang kita rasa dengan memaafkan orang tersebut menghadirkan hikmah tersendiri dalam hidup gue. Orang yang menyakiti gue itu..yang membohongi dan mengerjai gue itu..yang telah gue maafkan pada akhirnya menjadi orang yang begitu sering berbagi informasi kepada gue tentang try out USM STAN—sekolah yang pengen gue masukin setelah lulus SMA nanti—
So, kalau readers dalam keadaan sulit memaafkan seseorang. Yuk lawan keegoisan dan sakit hati. Kita maafkan orang itu dan percaya deh…ada hal indah yang akan terjadi di balik itu semua.
Terima kasih Tuhan untuk 2010 yang penuh kisah ini, tak perlu kusesali namun sangat kusyukuri. Terima kasih juga telah mempertemukanku dengannya.
Welcoming 2011, hello Rabbit (doubutsu no naka de usagi ga ichiban suki desu)
December 31, 2010
December 25, 2010
Impossible
Seandainya kita bisa bertukar, gue jadi lo, lo jadi gue.
Oh impossible. Lo cowok dan gue cewek.
Baiklah, bagaimana kalau kita bertukar tempat ?
Gue menjadi anak dari nyokap lo yang menginginkan anaknya menjadi jurnalis, karena gue pengen jadi jurnalis dan butuh dukungan dari orang tua gue. Lalu lo menjadi anaknya nyokap gue yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru karena lo pengen ambil pendidikan alias jadi gurukan?
Ahahahaha, awalnya gue nggak percaya dengan cerita nyokap gue tentang lo yang pengen jadi guru. Lo, sosok yang nggak pernah gue peduliin atas kehadiran lo di kelas, sosok yang membuat gue terlihat berada di sebelah pohon bambu jika berdiri di sebelah lo, sosok pemalas dan masa bodo. Sulit rasanya percaya dengan keinginan lo jadi guru.
Sementara nyokap lo mendukung lo jadi jurnalis, bertolak belakang banget dengan keadaan gue.
Lalu bagaimana ? Mau bertukar ? Impossible. Cuma itu jawabannya
Yang possible adalah percaya pada diri gue kalau banyak jalan menuju Roma, banyak jalan meraih cita-cita gue untuk jadi jurnalis, meski langkah awalnya bukan dalam waktu dekat ini, tapi gue percaya gue bisa. Gue bisa menahan sesuatu yang gue inginkan lalu pada saatnya nanti gue akan merebut kesempatan gue untuk dapat meraih apa yang gue inginkan…menjadi jurnalis…seperti si cantik Najwa Shihab ini
Atau dokter gigi yang pandai menyanyi ini…Tina Talisa
Dan kecil kemungkinan seperti si imut Prita Laura yang juga jago diving
atau si pemberani Grace Natalie
atau seprofesional Rosiana Silalahi
Aku ingin seperti mereka, Tuhan. Dengar doaku, ya
Jika tidak, semoga gue berjodoh dengan si cakep Tomtjok (Tommy Tjokro)
Atau si suara mantap Aiman Witjaksono
semogaa...
Oh impossible. Lo cowok dan gue cewek.
Baiklah, bagaimana kalau kita bertukar tempat ?
Gue menjadi anak dari nyokap lo yang menginginkan anaknya menjadi jurnalis, karena gue pengen jadi jurnalis dan butuh dukungan dari orang tua gue. Lalu lo menjadi anaknya nyokap gue yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru karena lo pengen ambil pendidikan alias jadi gurukan?
Ahahahaha, awalnya gue nggak percaya dengan cerita nyokap gue tentang lo yang pengen jadi guru. Lo, sosok yang nggak pernah gue peduliin atas kehadiran lo di kelas, sosok yang membuat gue terlihat berada di sebelah pohon bambu jika berdiri di sebelah lo, sosok pemalas dan masa bodo. Sulit rasanya percaya dengan keinginan lo jadi guru.
Sementara nyokap lo mendukung lo jadi jurnalis, bertolak belakang banget dengan keadaan gue.
Lalu bagaimana ? Mau bertukar ? Impossible. Cuma itu jawabannya
Yang possible adalah percaya pada diri gue kalau banyak jalan menuju Roma, banyak jalan meraih cita-cita gue untuk jadi jurnalis, meski langkah awalnya bukan dalam waktu dekat ini, tapi gue percaya gue bisa. Gue bisa menahan sesuatu yang gue inginkan lalu pada saatnya nanti gue akan merebut kesempatan gue untuk dapat meraih apa yang gue inginkan…menjadi jurnalis…seperti si cantik Najwa Shihab ini
Atau dokter gigi yang pandai menyanyi ini…Tina Talisa
Dan kecil kemungkinan seperti si imut Prita Laura yang juga jago diving
atau si pemberani Grace Natalie
atau seprofesional Rosiana Silalahi
Aku ingin seperti mereka, Tuhan. Dengar doaku, ya
Jika tidak, semoga gue berjodoh dengan si cakep Tomtjok (Tommy Tjokro)
Atau si suara mantap Aiman Witjaksono
semogaa...
December 24, 2010
IMO (Sinema Elektronik)
Astaga kenapa jadi begini ya?
Virus apa sih yang merasuki keluarga gue ?
Mereka jadi kecanduan…mereka jadi korban SINETRON.
Sinema Elektronik yang udah ada dari zaman kapan tau, yang ceritanya berkisar realita kehidupan sehari-hari, lalu kalau ratingnya tinggi akan dibuat berlapis-lapis episode, lalu ceritanya nggak akan habis karena selalu ada pemain baru yang ditambahkan di tengah episode. Iya itulah potret sinetron di era gue yang menginjak dewasa (cailah bahasa gue)
Sinetron yang telah berlapis episode dibuat sequelnya, jilid 2 lah, session ramadhan lah yang ceritanya…gue nggak tahu apa..karena gue nggak pernah nonton sinetron zaman sekarang.
Atau sinetron yang telah berlapis episodenya akhirnya tamat tapi ada sinetron baru yang pemain utamanya tidak lain tidak bukan adalah si pemeran utama sinetron sebelumnya, hanya saja dengan kisah yang berbeda tapi intinya sama, si tokoh itu teraniaya.
Dan yang paling gue benci adalah model cerita yang awalnya si tokoh telah mati karena kecelakaan lalu tiba-tiba di tengah episode si tokoh ternyata belum mati. Bukankah ini nggak mungkin, contoh ya : si A naik mobil yang ternyata di tengah jalan mobilnya meledak karena diletakkan bom di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu mungkinkah si A masih hidup? Kan imposibble banget, readers. Kalaupun masih badannya pasti tecerai berai, telinganya copotlah, kakinya patah, perutnya bolong. Tapi untuk sinetron yang pernah gue tahu si A ini hidup, seluruh tubuhnya masih utuh hanya saja si A lupa ingatan.
Ada juga sinetron yang dimana cowoknya itu rela menyelamatkan jepitan Rp. 1000an milik cewek pujaan hatinya, dengan resiko hampir ketiban semen. Ya sodara sodara, apakah ada yang mau melakukan hal yang sama dengan si cowok ini?
Ok, selain itu gue nggak suka dengan pemilihan pemain. Salah satu sinetron favorit bokap gue…Oh My Godness, bokap gue nonton sinetron..sejak kapan Ya Tuhan..gue shock dengan reaksi bokap gue memanggil “Rindu…rindu…mana Rindu? Ganti Rindu, lagi tegang, mau ketauan!” saat gue mengganti channel berita favorit gue.
Iya pemeran yang diidolakan bokap gue itu, kok tampangnya masih kaya anak SMP disuruh jadi pekerja kantoran yang lalu jadi tukang pecel,
Ada lagi….kalo yang ini idola nyokap gue. Tampangnya aja masih anak SMA (dan realitanya emang gitu) tapi perannya membuat dia harus memikirkan beban berat yang ditanggung orang lain dan kesedihan orang lain seolah kesalahannya. Ohhh anehnya readers.
Terus yang paling nggak catching di mata adalah sinetron yang zoom in satu-satu, nggak disorot seluruh badan. Itu membuat gue pusing ngeliatnya.
Dan semua orang di rumah gue…nyokap…bokap…MPC (adek gue yang cewek)…semuuanya begitu terhipnotis dengan sinema elektronik yang ada di 2 channel TV Swasta tersohor di negeri kita ini.
Fiuhhh…BT banget makanya kalau keluar kamar berkisar jam 7-10 malam, gue lebih memilih nonton berita setelah mandi (berkisar jam 5 sore sampe magrib) dan keluar lagi buat nonton acara jam 10 malem sejenis talkshow gitu, sementara jam nonton sinetronnya keluarga gue, gue pake buat dengerin radio di kamar sambil ber-sing a long.
Nggak pernah nonton sinetron kok tahu banyak tapinya ? haha iya, soalnya pas nyokap bokap gue nonton sinetron gue juga ada di situ terkadang, gue nggak nonton melainkan memperhatikan..mengkritik di setiap kejadian yang imposibble.
Dan gue nggak habis pikir dengan keluhan-keluhan yang disampaikan berkaitan dengan sinetron yang ditonton ortu gue itu.
Contoh ya :
Ortu : “Aduh kenapa si A nyamperin si B diakan mau dibunuh padahal. Bodoh banget sih”.
Gue : “Udah tahu bodoh, masih aja ditonton”
Gue nggak habis pikir, yaudahan aja nontonnya menurut gue.
Jadi gue nggak suka nonton sinetron? Lebih tepatnya sinetron zaman sekarang, karena sinetron yang sebenarnya berbalut realita kehisupan justru jadi imposibble dan berlebihan, semuanya seolah hanya mendongkrak popularitas si artis tanpa memperhatikan kualitas aktingnya. Ya meskipun ada beberapa artis yang kualitas aktingnya bagus kok. Selain itu semua tidak lain tidak bukan adalah tujuan komersil tapi padahal sih cerita yang kaya begitu (yang gue jelasin contoh-contohnya) nggak punya nilai jual menurut gue.
Ya tapi begitulah potret kehidupan dalam per-sinetron-an (apa coba), berlapis episode karena banyak ratingnya, banyak ratingnya karena banyak yang nonton, sementara yang nonton pasti menganggap sinetron adalah hiburan bukan menilai dari kualitasnya.
Hiburan, pengalih perhatian dari hiruk pikuk kekacauan yang ada di negeri ini.
Mungkin mereka lelah melihat—yang namanya saja—wakil rakyat, tetapi tidak sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan otoritas sang penguasa yang terus menaikkan harga kebutuhan pokok tanpa melirik lebih jauh kemampuan daya beli si rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan kebijakan-kebijakan baru yang dibuat pemerintah yang bagikan anget anget tahi ayam
Atau mungkin mereka lelah melihat sidang yang tak pernah usai terhadap orang yang sudah jelas menelan uang rakyat atau menyebabkan kekacauan dimana-mana.
Mungkin mereka menganggap sinema elektronik lebih baik dari itu semua, sinema elektronik adalah hiburan atas kejenuhan yang ada. Mungkin…entahlah
Virus apa sih yang merasuki keluarga gue ?
Mereka jadi kecanduan…mereka jadi korban SINETRON.
Sinema Elektronik yang udah ada dari zaman kapan tau, yang ceritanya berkisar realita kehidupan sehari-hari, lalu kalau ratingnya tinggi akan dibuat berlapis-lapis episode, lalu ceritanya nggak akan habis karena selalu ada pemain baru yang ditambahkan di tengah episode. Iya itulah potret sinetron di era gue yang menginjak dewasa (cailah bahasa gue)
Sinetron yang telah berlapis episode dibuat sequelnya, jilid 2 lah, session ramadhan lah yang ceritanya…gue nggak tahu apa..karena gue nggak pernah nonton sinetron zaman sekarang.
Atau sinetron yang telah berlapis episodenya akhirnya tamat tapi ada sinetron baru yang pemain utamanya tidak lain tidak bukan adalah si pemeran utama sinetron sebelumnya, hanya saja dengan kisah yang berbeda tapi intinya sama, si tokoh itu teraniaya.
Dan yang paling gue benci adalah model cerita yang awalnya si tokoh telah mati karena kecelakaan lalu tiba-tiba di tengah episode si tokoh ternyata belum mati. Bukankah ini nggak mungkin, contoh ya : si A naik mobil yang ternyata di tengah jalan mobilnya meledak karena diletakkan bom di dalamnya. Dalam keadaan seperti itu mungkinkah si A masih hidup? Kan imposibble banget, readers. Kalaupun masih badannya pasti tecerai berai, telinganya copotlah, kakinya patah, perutnya bolong. Tapi untuk sinetron yang pernah gue tahu si A ini hidup, seluruh tubuhnya masih utuh hanya saja si A lupa ingatan.
Ada juga sinetron yang dimana cowoknya itu rela menyelamatkan jepitan Rp. 1000an milik cewek pujaan hatinya, dengan resiko hampir ketiban semen. Ya sodara sodara, apakah ada yang mau melakukan hal yang sama dengan si cowok ini?
Ok, selain itu gue nggak suka dengan pemilihan pemain. Salah satu sinetron favorit bokap gue…Oh My Godness, bokap gue nonton sinetron..sejak kapan Ya Tuhan..gue shock dengan reaksi bokap gue memanggil “Rindu…rindu…mana Rindu? Ganti Rindu, lagi tegang, mau ketauan!” saat gue mengganti channel berita favorit gue.
Iya pemeran yang diidolakan bokap gue itu, kok tampangnya masih kaya anak SMP disuruh jadi pekerja kantoran yang lalu jadi tukang pecel,
Ada lagi….kalo yang ini idola nyokap gue. Tampangnya aja masih anak SMA (dan realitanya emang gitu) tapi perannya membuat dia harus memikirkan beban berat yang ditanggung orang lain dan kesedihan orang lain seolah kesalahannya. Ohhh anehnya readers.
Terus yang paling nggak catching di mata adalah sinetron yang zoom in satu-satu, nggak disorot seluruh badan. Itu membuat gue pusing ngeliatnya.
Dan semua orang di rumah gue…nyokap…bokap…MPC (adek gue yang cewek)…semuuanya begitu terhipnotis dengan sinema elektronik yang ada di 2 channel TV Swasta tersohor di negeri kita ini.
Fiuhhh…BT banget makanya kalau keluar kamar berkisar jam 7-10 malam, gue lebih memilih nonton berita setelah mandi (berkisar jam 5 sore sampe magrib) dan keluar lagi buat nonton acara jam 10 malem sejenis talkshow gitu, sementara jam nonton sinetronnya keluarga gue, gue pake buat dengerin radio di kamar sambil ber-sing a long.
Nggak pernah nonton sinetron kok tahu banyak tapinya ? haha iya, soalnya pas nyokap bokap gue nonton sinetron gue juga ada di situ terkadang, gue nggak nonton melainkan memperhatikan..mengkritik di setiap kejadian yang imposibble.
Dan gue nggak habis pikir dengan keluhan-keluhan yang disampaikan berkaitan dengan sinetron yang ditonton ortu gue itu.
Contoh ya :
Ortu : “Aduh kenapa si A nyamperin si B diakan mau dibunuh padahal. Bodoh banget sih”.
Gue : “Udah tahu bodoh, masih aja ditonton”
Gue nggak habis pikir, yaudahan aja nontonnya menurut gue.
Jadi gue nggak suka nonton sinetron? Lebih tepatnya sinetron zaman sekarang, karena sinetron yang sebenarnya berbalut realita kehisupan justru jadi imposibble dan berlebihan, semuanya seolah hanya mendongkrak popularitas si artis tanpa memperhatikan kualitas aktingnya. Ya meskipun ada beberapa artis yang kualitas aktingnya bagus kok. Selain itu semua tidak lain tidak bukan adalah tujuan komersil tapi padahal sih cerita yang kaya begitu (yang gue jelasin contoh-contohnya) nggak punya nilai jual menurut gue.
Ya tapi begitulah potret kehidupan dalam per-sinetron-an (apa coba), berlapis episode karena banyak ratingnya, banyak ratingnya karena banyak yang nonton, sementara yang nonton pasti menganggap sinetron adalah hiburan bukan menilai dari kualitasnya.
Hiburan, pengalih perhatian dari hiruk pikuk kekacauan yang ada di negeri ini.
Mungkin mereka lelah melihat—yang namanya saja—wakil rakyat, tetapi tidak sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan otoritas sang penguasa yang terus menaikkan harga kebutuhan pokok tanpa melirik lebih jauh kemampuan daya beli si rakyat.
Mungkin mereka lelah dengan kebijakan-kebijakan baru yang dibuat pemerintah yang bagikan anget anget tahi ayam
Atau mungkin mereka lelah melihat sidang yang tak pernah usai terhadap orang yang sudah jelas menelan uang rakyat atau menyebabkan kekacauan dimana-mana.
Mungkin mereka menganggap sinema elektronik lebih baik dari itu semua, sinema elektronik adalah hiburan atas kejenuhan yang ada. Mungkin…entahlah
December 20, 2010
TOEFL
Hari ini gue abis TOEFL (Test of English as a Foreign Language) di sekolah.
Jujur gue nggak siap dengan tes ini, gue ngerasa begitu cepat padahal gue baru akan mempersiapkan untuk mendalami buku TOEFL yang gue punya setelah semseteran ini, tapi ternyata nggak sampe seminggu pasca semesteran TOEFL inipun diadain.
Sebelumnya, gue ikutan workshop di hari Jumat. Di situ dijelasin trik-trik menebak
jawaban secara intelektual, juga strategi yang harus kita jalankan saat TOEFL.
Yang pertama lo harus pinter mencuri waktu, dan yang paling utama adalah mempersiapkan telinga lo. Yang terakhir ini rasanya sulit, yah tahu sendiri telinga gue tuh parah banget dalam mencerna pembicaraan dalam bahasa inggris, ditambah lagi metode belajar gue kan visual bukan audio jadi susah ngikutin tes di bagian listening, akhirnya gue memilih jawaban yang kira-kira kuping gue tangkep aja.
And yuou must know readers, gue mengkotak-kotakan jawaban? Hee? Jangan bingung, karena lembar jawaban yang umumnya bulat lalu harus dihitamkan, ini beda. Ini berbentuk kotak dan harus dihitamkan. Rasanya pegel banget. Asli berantakan juga itu gue menghitamkannya.
Setelah menjawab 50 soal listening, kita beranjak ke Section 2 : Structure and Written Expression. Ya selamat berpusing-pusing ria, menebak sesuka hati gue dan mengikuti instinct liar gue yang jarang banget hoki. 40 soal section 2 udah terjawab, lalu gue nggak tahu apakah sudah diizinkan untuk mengerjakan—section 3 : Reading Comprehension—atau belum. Guepun mulai membaca teks dengan trik yang udah diajarkan pada saat workshop, dengan santai memulai menjawab. Lalu lama sekali dan pengawas nggak memberikan instruksi untuk mengerjakan section 3 hingga tiba-tiba, si pengawas berkata “waktunya tinggal 15 menit lagi”. What?? SH*T. gue baru sampe nomor 22 dari 50 nomor dan dia bilang tinggal 15 menit lagi?
Gue kelimpungan. Jadi ternyata nggak ada instruksi untuk mengerjakan section 3? Jadi kita boleh ngerjain tanpa instruksi dari dia? Aduhh parah banget, apa tadi dia udah bilang dan gue telinga gue nggak berfungsi sebagaimana mestinya?
Gue ngebut..gue mulai mencari soal yang intinya menanyakan … wait…skip !!
Ada tragedy di rumah gue, tepatnya beberapa langkah dari tempat gue bersarang membuat postingan ini. Adek gue, si YDW, berumur 101 bulan, dia baru saja meninggalkan kotorannya di lantai yang jaraknya hanya beberapa langkah dari gue ini. KOTORANNYA saudara-saudara? Hasil olahan makanannya? Alias feses saudara-saudara, gila banget deh adek gue yang saking kebeletnya ini.
Ok back to the topic.
Gue mencari soal yang intinya menanyakan persamaan kata atau maksud.
Lalu gue mencoba menjawab soal lain dengan sekilas membaca teks yang panjangnya kaya rel kereta api.
Lalu si pengawas berkata lagi “Waktunya tinggal 5 menit lagi”. Argghh gue bergegas untuk berusaha menjawab, dan saat pengawas mengatakan “Waktu tinggal 2 menit lagi” sementara masih ada sekitar lebih dari 10 soal yang belum gue jawab, guepun menjawab asal. Mengkotak-kotakkan jawaban tanpa melihat lembar soal, atau sekedar melihat pilihan jawaban. Aduh pasrah aja deh gue, toh gue udah berusaha belajar semalemnya.
Jadi, total soal yang gue kerjakan berjumlah 140 soal dalam waktu 120 menit dengan duduk di kursi tanpa meja, melainkan memangku papan alas yang gue bawa dari rumah, mengkotak-kotakkan jawaban.
Just one word : PEGELLLL
Bahkan sampai gue melakukan posting ini, entah kenapa kaki gue masih tersa pegal dan sakit seluruh tubuh. Ck
Gue pesimis untuk hasil yang memuaskan, tapi gue berharap…berharap pada keajaiban ? …mungkin…entahlah
Jujur gue nggak siap dengan tes ini, gue ngerasa begitu cepat padahal gue baru akan mempersiapkan untuk mendalami buku TOEFL yang gue punya setelah semseteran ini, tapi ternyata nggak sampe seminggu pasca semesteran TOEFL inipun diadain.
Sebelumnya, gue ikutan workshop di hari Jumat. Di situ dijelasin trik-trik menebak
jawaban secara intelektual, juga strategi yang harus kita jalankan saat TOEFL.
Yang pertama lo harus pinter mencuri waktu, dan yang paling utama adalah mempersiapkan telinga lo. Yang terakhir ini rasanya sulit, yah tahu sendiri telinga gue tuh parah banget dalam mencerna pembicaraan dalam bahasa inggris, ditambah lagi metode belajar gue kan visual bukan audio jadi susah ngikutin tes di bagian listening, akhirnya gue memilih jawaban yang kira-kira kuping gue tangkep aja.
And yuou must know readers, gue mengkotak-kotakan jawaban? Hee? Jangan bingung, karena lembar jawaban yang umumnya bulat lalu harus dihitamkan, ini beda. Ini berbentuk kotak dan harus dihitamkan. Rasanya pegel banget. Asli berantakan juga itu gue menghitamkannya.
Setelah menjawab 50 soal listening, kita beranjak ke Section 2 : Structure and Written Expression. Ya selamat berpusing-pusing ria, menebak sesuka hati gue dan mengikuti instinct liar gue yang jarang banget hoki. 40 soal section 2 udah terjawab, lalu gue nggak tahu apakah sudah diizinkan untuk mengerjakan—section 3 : Reading Comprehension—atau belum. Guepun mulai membaca teks dengan trik yang udah diajarkan pada saat workshop, dengan santai memulai menjawab. Lalu lama sekali dan pengawas nggak memberikan instruksi untuk mengerjakan section 3 hingga tiba-tiba, si pengawas berkata “waktunya tinggal 15 menit lagi”. What?? SH*T. gue baru sampe nomor 22 dari 50 nomor dan dia bilang tinggal 15 menit lagi?
Gue kelimpungan. Jadi ternyata nggak ada instruksi untuk mengerjakan section 3? Jadi kita boleh ngerjain tanpa instruksi dari dia? Aduhh parah banget, apa tadi dia udah bilang dan gue telinga gue nggak berfungsi sebagaimana mestinya?
Gue ngebut..gue mulai mencari soal yang intinya menanyakan … wait…skip !!
Ada tragedy di rumah gue, tepatnya beberapa langkah dari tempat gue bersarang membuat postingan ini. Adek gue, si YDW, berumur 101 bulan, dia baru saja meninggalkan kotorannya di lantai yang jaraknya hanya beberapa langkah dari gue ini. KOTORANNYA saudara-saudara? Hasil olahan makanannya? Alias feses saudara-saudara, gila banget deh adek gue yang saking kebeletnya ini.
Ok back to the topic.
Gue mencari soal yang intinya menanyakan persamaan kata atau maksud.
Lalu gue mencoba menjawab soal lain dengan sekilas membaca teks yang panjangnya kaya rel kereta api.
Lalu si pengawas berkata lagi “Waktunya tinggal 5 menit lagi”. Argghh gue bergegas untuk berusaha menjawab, dan saat pengawas mengatakan “Waktu tinggal 2 menit lagi” sementara masih ada sekitar lebih dari 10 soal yang belum gue jawab, guepun menjawab asal. Mengkotak-kotakkan jawaban tanpa melihat lembar soal, atau sekedar melihat pilihan jawaban. Aduh pasrah aja deh gue, toh gue udah berusaha belajar semalemnya.
Jadi, total soal yang gue kerjakan berjumlah 140 soal dalam waktu 120 menit dengan duduk di kursi tanpa meja, melainkan memangku papan alas yang gue bawa dari rumah, mengkotak-kotakkan jawaban.
Just one word : PEGELLLL
Bahkan sampai gue melakukan posting ini, entah kenapa kaki gue masih tersa pegal dan sakit seluruh tubuh. Ck
Gue pesimis untuk hasil yang memuaskan, tapi gue berharap…berharap pada keajaiban ? …mungkin…entahlah
December 19, 2010
Tears
Kok gue baru tau ya kalo air mata itu lengket ?
Atau cuma air mata gue yg lengket ?
Kok gue melankolis sih ? Kenapa gak sanguinis atau plagmatis atau korelis ?
Kok gue gampang nangis sih, kan gue dikasih tau mana yg baik padahal ?
Kok air mata gak ada batasnya sih ?
Kenapa gak sampe umur 10 tahun aja orang bisa ngeluarin air mata, selebihnya nggak bisa gitu.
Kan gue malu udah hampir 18 tahun masih nangis .
Tapi gue tau jawabannya, karena air mata membasahi mata, supaya nggak kering mata kita (kalo salah betulin aja ya readers)
gue pengen pantai...angin pantai..debur ombak...gue pengen tidur di sana.
Gue nggak tidur semalem...masih ngantuk....capek...laper...diceramahin
pleaseee, skip sebentar dong !
Gue tahu apa yg Anda katakan semuanya penting dan baik buat gue, tapi pleaseee skip dulu dong, gue capek..ngantuk
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis,
gue mau skip untuk part yang menyakitkan ini
gue bisa kok . pasti gue bisa . bisa gue pasti .
Atau cuma air mata gue yg lengket ?
Kok gue melankolis sih ? Kenapa gak sanguinis atau plagmatis atau korelis ?
Kok gue gampang nangis sih, kan gue dikasih tau mana yg baik padahal ?
Kok air mata gak ada batasnya sih ?
Kenapa gak sampe umur 10 tahun aja orang bisa ngeluarin air mata, selebihnya nggak bisa gitu.
Kan gue malu udah hampir 18 tahun masih nangis .
Tapi gue tau jawabannya, karena air mata membasahi mata, supaya nggak kering mata kita (kalo salah betulin aja ya readers)
gue pengen pantai...angin pantai..debur ombak...gue pengen tidur di sana.
Gue nggak tidur semalem...masih ngantuk....capek...laper...diceramahin
pleaseee, skip sebentar dong !
Gue tahu apa yg Anda katakan semuanya penting dan baik buat gue, tapi pleaseee skip dulu dong, gue capek..ngantuk
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis
gue mau nulis,
gue mau skip untuk part yang menyakitkan ini
gue bisa kok . pasti gue bisa . bisa gue pasti .
Insomnia
Seinget gue, gue berangkat tidur pk 21.30 dan sampe 00.30 ini mata gue belum bisa terpejam .
Gue insomnia, gak mikirin siapapun.
9 channel radio favorit gue udah gue ubek2 nyari lagu yg pas buat pengantar tidur . Lagunya abis, gue masih terjaga
Gue memandangi sinar bulan yg begitu terang melalui atap kamar yg transparan, berharap bosen dan tertidur, tapi nggak . Gue tetap terjaga
Lalu gue inget kalo 11 hari lagi adalah 2011
Lalu gue meraih ponsel
Lalu ide menggelitik terlintas di pikiran gue, INBOX gue selama 2010 . Isinya apa aja ya? Ada berapa ? Siapa yg paling sering ngirimin short message service ke gue .
Dan ternyata ada 577 sms di 2010 sampe malem ini . Jumlah tersebut adalah jumlah sms terpilih karena gue paling hobi ngapus sms yg gue nilai kurang precious meskipun baru sampe tuh sms .
Gue senyam senyum sendiri baca sms bulan Februari, bulan kelahiran gue . Gue seneng banyak yg care sama gue, doa mereka baik2 .
Yg paling berkesan sms tanggal 28 Februari, sms terpanjang ; ditutup dgn 5 kata , hei sender, inget gak lo ?
Sms tgl 3 Juni juga berkesan . Ada yg ngucapin 'makasih' ke gue karena udah nemenin smsan seharian.
Fiuhh, semoga abis blogging bisa tidur gue
Gue insomnia, gak mikirin siapapun.
9 channel radio favorit gue udah gue ubek2 nyari lagu yg pas buat pengantar tidur . Lagunya abis, gue masih terjaga
Gue memandangi sinar bulan yg begitu terang melalui atap kamar yg transparan, berharap bosen dan tertidur, tapi nggak . Gue tetap terjaga
Lalu gue inget kalo 11 hari lagi adalah 2011
Lalu gue meraih ponsel
Lalu ide menggelitik terlintas di pikiran gue, INBOX gue selama 2010 . Isinya apa aja ya? Ada berapa ? Siapa yg paling sering ngirimin short message service ke gue .
Dan ternyata ada 577 sms di 2010 sampe malem ini . Jumlah tersebut adalah jumlah sms terpilih karena gue paling hobi ngapus sms yg gue nilai kurang precious meskipun baru sampe tuh sms .
Gue senyam senyum sendiri baca sms bulan Februari, bulan kelahiran gue . Gue seneng banyak yg care sama gue, doa mereka baik2 .
Yg paling berkesan sms tanggal 28 Februari, sms terpanjang ; ditutup dgn 5 kata , hei sender, inget gak lo ?
Sms tgl 3 Juni juga berkesan . Ada yg ngucapin 'makasih' ke gue karena udah nemenin smsan seharian.
Fiuhh, semoga abis blogging bisa tidur gue
Labels:
best moment,
daily,
dear,
personal,
random
December 14, 2010
Ketika Kau Menyapa
Waits, readers . ini bukan lirik lagu “Ketika Kau Menyapa” Soulful Corp. (iya bukan sih dia penyanyinya)
Tapi ini cerita fresh from the oven…hahaha
Semalem, setelah postingan gila-gilaan yang tentunya dibarengi online facebook, ada suatu peristiwa yang menyenangkan buat gue.
Gue disapa oleh…Si Pembentang Jarak
Readers yang mungkin pernah baca tentang siapa si pembentang jarak pasti tahu ceritanya, dia masih sama. Jutek sama gue, cuek, singkat kalo ngomong tapi baik dan jago computer.
Welll, si pembentang jarak itu ngechat gue duluan, bilang… “fit”
Aduh sumpah ya seneng banget, dia duluan gitu yang ngechat, dan setelah gue tarik kesimpulan dari obrolan di chat
Intinya adalah..menyedihkan . intinya dia cuma mau pamer karena nilai UAS TIK (Teknologi Informasi & Komputer) nya lebih tinggi dari gue, yaitu 92,5 sementara gue cuma dapet 87,5.
Well gue sih nggak berkecil hati karena emang dia selalu dapet nilai bagus di TIK dan dia emang jagonya TIK, keliatan banget kok dari pas kita sempet sekelas di XI IPS 2 dan kelihaian jemari tangannya memperlakukan laptop, notebook dan sejenisnya.
Obrolan selanjutnya adalah gue yang memulai bertanya ini itu, mulai dari mau masuk univ mana, ambil apa, udah buat tugas senbud belum. Semuanya gue, karena kalau nggak, pasti off aja tuh chat-chatan kita yang menurut ingatan gue baru pertama kalinya
Then gue minta tolong sama dia, yahh untuk hal yang 1 ini gue akan selalu jujur kalu gue gagap di depan kompi. Gue selalu membayangkan kompi bakalan meledak kalu rada-rada ngehang (bener gak sih tulisannya).
What could he does for me ? lihat aja fasilitas view gue yang di samping kiri, yang kecil kaya upil. Itu dia yang bantu buatin, karena gue bingung copy html nya.
Kecil kaya upil ya? Yah maklum pilihannya dia, bukan gue . gpp deh yang penting ada dan semoga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Terusss tadi pas input data di sekolah, gue ketemu dia, tetep aja kaya orang nggak kenal, cuek-cuekan. Pengen bilang makasih sih tapi gue nggak mau denger ocehan anak-anak lain yang berprasangka beda.
Makasih ya, si pembentang jarak yang telah menyapa dan membantu
Tapi ini cerita fresh from the oven…hahaha
Semalem, setelah postingan gila-gilaan yang tentunya dibarengi online facebook, ada suatu peristiwa yang menyenangkan buat gue.
Gue disapa oleh…Si Pembentang Jarak
Readers yang mungkin pernah baca tentang siapa si pembentang jarak pasti tahu ceritanya, dia masih sama. Jutek sama gue, cuek, singkat kalo ngomong tapi baik dan jago computer.
Welll, si pembentang jarak itu ngechat gue duluan, bilang… “fit”
Aduh sumpah ya seneng banget, dia duluan gitu yang ngechat, dan setelah gue tarik kesimpulan dari obrolan di chat
Intinya adalah..menyedihkan . intinya dia cuma mau pamer karena nilai UAS TIK (Teknologi Informasi & Komputer) nya lebih tinggi dari gue, yaitu 92,5 sementara gue cuma dapet 87,5.
Well gue sih nggak berkecil hati karena emang dia selalu dapet nilai bagus di TIK dan dia emang jagonya TIK, keliatan banget kok dari pas kita sempet sekelas di XI IPS 2 dan kelihaian jemari tangannya memperlakukan laptop, notebook dan sejenisnya.
Obrolan selanjutnya adalah gue yang memulai bertanya ini itu, mulai dari mau masuk univ mana, ambil apa, udah buat tugas senbud belum. Semuanya gue, karena kalau nggak, pasti off aja tuh chat-chatan kita yang menurut ingatan gue baru pertama kalinya
Then gue minta tolong sama dia, yahh untuk hal yang 1 ini gue akan selalu jujur kalu gue gagap di depan kompi. Gue selalu membayangkan kompi bakalan meledak kalu rada-rada ngehang (bener gak sih tulisannya).
What could he does for me ? lihat aja fasilitas view gue yang di samping kiri, yang kecil kaya upil. Itu dia yang bantu buatin, karena gue bingung copy html nya.
Kecil kaya upil ya? Yah maklum pilihannya dia, bukan gue . gpp deh yang penting ada dan semoga bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Terusss tadi pas input data di sekolah, gue ketemu dia, tetep aja kaya orang nggak kenal, cuek-cuekan. Pengen bilang makasih sih tapi gue nggak mau denger ocehan anak-anak lain yang berprasangka beda.
Makasih ya, si pembentang jarak yang telah menyapa dan membantu
Pembunuh Waktu Tidur Siang
Gue nggak pernah bisa menolak dengan orang yang satu ini
Apapun hal yang nggak mau gue korbankan ke orang lain dengan sangat rela gue korbankan begitu aja demi orang ini
Terlalu lama rasa yang gue pendam ke orang ini, 3 tahun readers . gue menyukai orang ini selama 3 tahun, hingga akhirnya gue bisa melepasnya begitu aja karena kehadiran orang lain yang lebih baik dari dia.
Demi apa orang lain itu masih lebih baik dari orang ini sampai detik ini.
Lalu seperti serpihan debu yang masih menyisa di perapian, meski telah dibersihkan debu itu hadir kembali. Serpihan rasa yang nggak tahu apa namanya, yang membuat gue mengorbankan waktu, pulsa, pikiran untuk orang ini.
Dan dengan lebih dari 5 kali orang ini ngajakin gue ketemuan, guepun memenuhinya.
Alasan utama menghibur hati gue untuk dapat melupakan orang lain
Alasan ke-2 orang ini mau traktir gue nonton
Alasan ke-3…entahlah. Gue seperti berjalan begitu aja, tanpa mengikuti hati dan pikiran gue, apa yang sebenarnya gue inginkan dari orang ini.
Dua kali dia menggangu waktu tidur siang gue yang begitu precious, mengapa begitu ?
Karena kalau sekolah seperti biasa gue nggak bisa tidur siang, jadi selagi gue punya waktu tidur siang, itulah kenikmatan gue.
Gue akhirnya ketemu dengan dia, dengan orang ini…yang sekitar 2 tahun lebih nggak gue lihat batang hidungnya.
Orang ini..yang dengan kejayusannya…ke-soklucu-annya…ke-care-annya..ke-buaya daratannya mampu meluluhkan gue untuk keluar rumah.
Gue diminta naik ke atas motornya yang begitu tinggi, orang ini nggak jawab mau kemana tujuan kita, dia terus melaju dengan motornya, dengan kegilaannya, seolah ingin memamerkan kemampuan naik motornya dengan kecepatan tinggi. Sumpah gue bisa aja jatuh kalo nggak membuat pertahanan sendiri, yang jelas gue nggak mau menyentuh orang ini. Demi apapun gue nggak mau menyetuh orang ini
Seperti dibawa kabur entah kemana, orang ini gila-gilaan membawa motornya tanpa tujuan, membuat rambut gue bagaikan terkena bencana.
Gue benci banget dengan keadaan ini. Parahnya orang ini ngajak gue ke rumah temen kami, anggap aja temen gue yang rumahnya pengen dikunjungi itu adalah si Gandhi.
Oke, Gandhi itu sering banget dicomblang-comblangin sama gue.
Lo bayangin dong readers, gimana perasaan gue . meski gue dan si Gandhi cuma punya perasaan saling berteman tapikan tetep aja nyebelin keadaan ini
Lagipula janji si orang ini..pengen ngobrol-ngobrol, bukan ke rumah Gandhi. Terus apa yang gue dapetin, keliling-keliling nggak jelas, ngebunuh waktu tidur siang gue.
Gue nyesel, lebih baik gue tidur pasalnya semalem gue baru tidur jam 12an, dan bangun jam 6.
Sekarang, gue nggak akan mau lagi ngorbanin waktu, pulsa, pikiran gue buat hal yang nggak penting berkenaan dengan orang ini. Bodo amat orang ini pernah jadi orang yang gue suka berapa tahunpun, yang jelas gue benci.
Apapun hal yang nggak mau gue korbankan ke orang lain dengan sangat rela gue korbankan begitu aja demi orang ini
Terlalu lama rasa yang gue pendam ke orang ini, 3 tahun readers . gue menyukai orang ini selama 3 tahun, hingga akhirnya gue bisa melepasnya begitu aja karena kehadiran orang lain yang lebih baik dari dia.
Demi apa orang lain itu masih lebih baik dari orang ini sampai detik ini.
Lalu seperti serpihan debu yang masih menyisa di perapian, meski telah dibersihkan debu itu hadir kembali. Serpihan rasa yang nggak tahu apa namanya, yang membuat gue mengorbankan waktu, pulsa, pikiran untuk orang ini.
Dan dengan lebih dari 5 kali orang ini ngajakin gue ketemuan, guepun memenuhinya.
Alasan utama menghibur hati gue untuk dapat melupakan orang lain
Alasan ke-2 orang ini mau traktir gue nonton
Alasan ke-3…entahlah. Gue seperti berjalan begitu aja, tanpa mengikuti hati dan pikiran gue, apa yang sebenarnya gue inginkan dari orang ini.
Dua kali dia menggangu waktu tidur siang gue yang begitu precious, mengapa begitu ?
Karena kalau sekolah seperti biasa gue nggak bisa tidur siang, jadi selagi gue punya waktu tidur siang, itulah kenikmatan gue.
Gue akhirnya ketemu dengan dia, dengan orang ini…yang sekitar 2 tahun lebih nggak gue lihat batang hidungnya.
Orang ini..yang dengan kejayusannya…ke-soklucu-annya…ke-care-annya..ke-buaya daratannya mampu meluluhkan gue untuk keluar rumah.
Gue diminta naik ke atas motornya yang begitu tinggi, orang ini nggak jawab mau kemana tujuan kita, dia terus melaju dengan motornya, dengan kegilaannya, seolah ingin memamerkan kemampuan naik motornya dengan kecepatan tinggi. Sumpah gue bisa aja jatuh kalo nggak membuat pertahanan sendiri, yang jelas gue nggak mau menyentuh orang ini. Demi apapun gue nggak mau menyetuh orang ini
Seperti dibawa kabur entah kemana, orang ini gila-gilaan membawa motornya tanpa tujuan, membuat rambut gue bagaikan terkena bencana.
Gue benci banget dengan keadaan ini. Parahnya orang ini ngajak gue ke rumah temen kami, anggap aja temen gue yang rumahnya pengen dikunjungi itu adalah si Gandhi.
Oke, Gandhi itu sering banget dicomblang-comblangin sama gue.
Lo bayangin dong readers, gimana perasaan gue . meski gue dan si Gandhi cuma punya perasaan saling berteman tapikan tetep aja nyebelin keadaan ini
Lagipula janji si orang ini..pengen ngobrol-ngobrol, bukan ke rumah Gandhi. Terus apa yang gue dapetin, keliling-keliling nggak jelas, ngebunuh waktu tidur siang gue.
Gue nyesel, lebih baik gue tidur pasalnya semalem gue baru tidur jam 12an, dan bangun jam 6.
Sekarang, gue nggak akan mau lagi ngorbanin waktu, pulsa, pikiran gue buat hal yang nggak penting berkenaan dengan orang ini. Bodo amat orang ini pernah jadi orang yang gue suka berapa tahunpun, yang jelas gue benci.
Mungkin Karena Tuhan...
tulisan ini tercipta di ponsel pada 5 Desember saat mata tak bisa terpejam
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu fokus merancang masa depan
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menjauhkan kita dari hal yang mungkin akan menuju ke
arah yang buruk
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu membuka mata, melihat dunia lebih luas
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku mengeksplor segala hal yang lebih penting dari kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menunjukkan ada yang lebih baik dari aku untukmu dan
lebih baik dari kamu untukku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku belajar menghargai orang yang menyayangiku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menyelipkan kisah ini dalam perjalanan hidupku dan hidupmu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan telah menyiapkan kado terindah untuk aku dan kamu setelah ini
Karena Dia telah menuliskan semua ini sebelum kita bertemu
Karena Dia sering menggunakan cara yang tak kita sukai untuk menuntun kita ke arah yang lebih baik tentunya
Karena Dia menyayangi aku dan kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu fokus merancang masa depan
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menjauhkan kita dari hal yang mungkin akan menuju ke
arah yang buruk
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku dan kamu membuka mata, melihat dunia lebih luas
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku mengeksplor segala hal yang lebih penting dari kamu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menunjukkan ada yang lebih baik dari aku untukmu dan
lebih baik dari kamu untukku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin aku belajar menghargai orang yang menyayangiku
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan ingin menyelipkan kisah ini dalam perjalanan hidupku dan hidupmu
Kenapa kita hanya sampai di sini ?
Mungkin karena Tuhan telah menyiapkan kado terindah untuk aku dan kamu setelah ini
Karena Dia telah menuliskan semua ini sebelum kita bertemu
Karena Dia sering menggunakan cara yang tak kita sukai untuk menuntun kita ke arah yang lebih baik tentunya
Karena Dia menyayangi aku dan kamu
Baiknya
kehilangan dirimu menyakitkan nurani
separuh nyawa terbawa
menyisakan perih di hatiku
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya setiap kerinduan yang merajam
tak ku ratapi penuh penyesalan
ku hanya terus berharap
ini bukan kenyataan
kau pergi tinggalkan dunia fana
akhiri kisah asmara kita berdua
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya ku lepaskan segala kepedihan
tuk merelakanmu
mengapa semua ini terjadi
betapa ku mencintai dirimu
ku tak kuasa menahan kesedihan
yang begitu dalam
separuh nyawa terbawa
menyisakan perih di hatiku
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya setiap kerinduan yang merajam
tak ku ratapi penuh penyesalan
ku hanya terus berharap
ini bukan kenyataan
kau pergi tinggalkan dunia fana
akhiri kisah asmara kita berdua
baiknya semua kenangan yang terindah
tak kubalut dengan tangis
baiknya ku lepaskan segala kepedihan
tuk merelakanmu
mengapa semua ini terjadi
betapa ku mencintai dirimu
ku tak kuasa menahan kesedihan
yang begitu dalam
Hei, Sang Mediator
Pernah terpikir nggak kenapa kita bisa jadi sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak sejak kapan kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kenapa baru sekarang kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak apa yang membuat kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kita saling care karena kita saling sayang ?
Pernah dengar nggak apa kata orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak apa yang dipikirkan orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak kata orang ada garis kesamaan di wajah kita ?
Pernah dengar nggak kata orang kita pacaran ya ?
Pernah dengar nggak kata orang kita seperti udah saling kenal lama ?
Hei, pencapaian gue yang nggak jadi gue coret, tetaplah seperti ini
Tetaplah menjadi pendengar yang baik
Tetaplah menjadi penyemangat
Tetaplah bercerita
Berhentilah menjadi mediator
Dan tetaplah jadi sahabat gue
Pernah terpikir nggak sejak kapan kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kenapa baru sekarang kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak apa yang membuat kita sedekat ini ?
Pernah terpikir nggak kita saling care karena kita saling sayang ?
Pernah dengar nggak apa kata orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak apa yang dipikirkan orang tentang kita ?
Pernah dengar nggak kata orang ada garis kesamaan di wajah kita ?
Pernah dengar nggak kata orang kita pacaran ya ?
Pernah dengar nggak kata orang kita seperti udah saling kenal lama ?
Hei, pencapaian gue yang nggak jadi gue coret, tetaplah seperti ini
Tetaplah menjadi pendengar yang baik
Tetaplah menjadi penyemangat
Tetaplah bercerita
Berhentilah menjadi mediator
Dan tetaplah jadi sahabat gue
Already Over - Red
You never go
You're always here
(suffocating me)
Under my skin
I cannot run away
Fading slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
My best defense,
running from you
(cost me everything)
I can't resist,
take all you want from me
Breaking slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
You're all I'm reaching for
It's already over
All I'm reaching for!
It's already over now
I'd give it all to you
I offer up my soul
It's already over,
already over now!
Give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again!
I know it's already over now!
It's already over now!
I know it's already over,
already over
You're always here
(suffocating me)
Under my skin
I cannot run away
Fading slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
My best defense,
running from you
(cost me everything)
I can't resist,
take all you want from me
Breaking slowly
I'd give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again
I know it's already over,
already over now
You're all I'm reaching for
It's already over
All I'm reaching for!
It's already over now
I'd give it all to you
I offer up my soul
It's already over,
already over now!
Give it all to you
Letting go of me
Reaching as I fall
I know it's already over now
Nothing left to lose
Loving you again!
I know it's already over now!
It's already over now!
I know it's already over,
already over
Potret dalam Kereta
Udara Kamis pagi 25 November itu serasa menusuk tulang tapi tak mengurungkan niatku ke Stasiun Serpong, menumpang kereta menuju Palmerah.
Kali itu adalah kali ke-2 aku naik kereta setelah hampir lebih dari 10 tahun tidak naik.
Pemandangan di sana begitu baru bagi mataku.
Anak berseragam yang berbincang dengan petugas di depan gerbong salah satu kereta membuat otakkku berpikir dan menggumam dalam hati “Dimana sekolah anak ini?”, “Jam berapa ia seharusnya berangkat ?” , “Mengapa masih di sini?”, “Untuk apa di sini?”
Lalu mataku menangkap seorang lelaki setengah baya terduduk sambil menyeret tubuhnya untuk berpindah ke tempat lain (ngesot). Ke-2 kakinya nampak begitu kecil dan lumpuh. Pemandangan itu berakhir, namun lebih memilukan ketika kujumpai pemandangan baru di dalam gerbong.
Seorang petugas kereta yang sedang membaca koran menggunakan kaus kaki hitam dan sandal jepit lusuh menunggu seoarang anak usia sekolah yang dengan lihai menyemir sepatu si petugas. Ini potret dalam kereta.
Mataku menemukan kembali lelaki setengah baya yang lumpuh berada di dalam gerbong yang kunaiki, tepatnya di pojok. Tatapan iba yang sedari awal kusembunyikan telah berubah berang, benci dan mencerca di dalam hati ketika kudapati dia sedang menghisap sebatang rokok. Sesekali dia beringsut sambil menyodorkan kantong yang entah higienis tidaknya, mengharap ada yang tersentuh hatinya memberikan koin atau bahkan kertas bernama uang. Ini potret dalam kereta.
Pemandangan lain adalah masih anak usia sekolah yang menyapu gerbong sambil mengharap belas kasihan.
Lalu puluhan pedagang mondar-mandir menawarkan aneka dagangannya di dalam gerbong dengan harga yang relatif miring. Tapi semuanya acuh…acuh dengan keberadaan mereka si peminta, pengamen, pedagang. Semuanya sibuk dengan urusan mereka. Ya, hingga mataku tertuju pada seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang sibuk memperhatikan layar ponselnya dengan seksama, lupa dengan keadaan sekitar. Seketika pikiranku menerawang, menarik kesimpulan, membuat hipotesa sendiri yang entah kamu mau setuju atau tidak
“Pantas saja banyak kriminalitas yang dilakukan mereka—kaum peminta dan sejenisnya, yang dipandang sebelah mata. Mungkin si malang jenuh…jenuh dengan acuhnya mereka—kaum yang lebih beruntung, jenuh dengan kerasnya hati si beruntung, jenuh dengan butanya mata si beruntung melihat potret dalam kereta yang sering dijumpai, jenuh dengan tawanya si beruntung yang masih dapat memamerkan gadget mahal, tak mau merogoh sedikitpun untuk si malang yang mengharap sesuap nasi”
Yang ini mungkin pemandangannya lebih baik, juga enak didengar di telingaku. Seorang wanita karir dengan rekannya memperbincangkan Gayus. Seorang ibu, seorang pekerja, seorang warga negara Indonesia yang mengemukakan pendapatnya, mengemukakan kecewaannya atas pajak yang sering dia bayar dan ironisnya mengalir ke tangan Gayus. Sosok yang mungkin telah dibenci oleh setengah dari jumlah penduduk Indonesiaku ini, sosok yang benci kulihat tawanya di TV atas apa yang telah ia lakukan. Sosok yang kini menghilangkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, sosok yang semakin membuat si malang jauh menggapai kehidupan bahagia dan layak yang didambakan setiap orang.
Kereta berhenti di stasiun entah apa namanya, keadaan penuh sesak di gerbong yang kutumpangi , yang pasti ada penumpang lain yang naik atau turun. Aku mendengar suara tongkat diketuk-ketukan perlahan, seolah tongkat itulah yang berjalan.
Kamu benar, dia yang datang…yang membawa suara tongkat itu…dia tunanetra.
Seorang ibu berbaju dan berkerudung merah muda menyala mendekap anaknya, entah kemana tujuannya.
Lalu kini telingaku yang lagi-lagi menangkap suara…alunan nyanyian qasidahan menggema dari gerbong lain yang kian lama terdengar jelas dan memasuki gerbong dimana aku berada. Ini potret dalam kereta
Tak lama berselang, telingaku kembali menangkap alunan nyanyian yang memekakan telinga. Nyanyian kepedihan seorang anak dengan lagu dangdut genre dewasa. Alunan kasetkah itu? Lalu sama halnya dengan suara qasidahan yang semakin terdengar jelas yang menandakan si pemilik suara semakin dekat dengan keberadaanku.
Aku mendapat jawabnya, bukan alunan kaset…itu suara asli…suara anak lelaki yang memegang microphone dan bernyanyi, suaranya penuh penjelasan atas lelahnya mereka menjalani hidup mereka. Ini potret dalam kereta
***
Kami menunggu kereta menuju Stasiun Serpong di Stasiun Palmerah. Sungguh aku tak mampu menahan aroma tak sedap sepanjang menungggu yang melelahkan. Kami berbincang. Mengomentari “Sistem molor Indonesia”, ada yang menebar janji—entah siapa—yang bilang akan meneruskan pembangunan Indonesia dengan baik, tidak akan melupakan rakyat dan memperbaiki “Menara Kegagalan” yang terbentang di sepanjang jalan, yang jika bisa ke luar negeri tidak akan menetap di sana melainkan akan kembali dan membangun Indonesia mereka tercinta.
Aku hanya mendengar mereka, mengingat baik-baik perkataan mereka, bersiap menyinggahi rumah mereka jika lupa dengan janji mereka.
Aku tidak berani janji apapun, karena janji yang kupegang selama 10 tahun nyatanya dapat kuingkari begitu saja.
Hingga beberapa detik kemudian, aku menyadari seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang kami temui saat berangkat telah duduk di samping salah satu temanku. Sungguh jodoh bisa bertemu kembali dengan orang yang karena sikapnya bisa membuatku berhipotesa.
***
Brak..brak..brak . suara keranjang berisi buah anggur dibanting begitu saja,adapula buah pear hijau yang menggiurkan. Kita masih di kereta, kawan . ini potret dalam kereta.
Seorang pemuda membungkusi anggur dan pear berharap sesudahnya ada yang tertarik untuk membeli. Terus terang aku hanya tertarik untuk mengetahui berapa harganya.
Seorang pemuda itu asik mengguntingi tangkai anggur dalam posisi berjongkok, dimana di hadapannya, duduk manis seorang gadis Sekolah Menengah Atas dengan posisi duduknya yang akan dapat nilai E dalam pelajaran budi pekerti. Ini potret dalam kereta.
Ada pedagang boneka ukuran besar yang pada umumnya kutemui di kebun bintang
Keadaan di dalam gerbong yang kutumpangi saat pulang itu tidak sesesak saat berangkat. Pemandangannya masih sama, si penumpang si peminta, si pedagang, si malang.
Mataku menangkap seorang pria setengah baya tunanetra yang mengalungkan alat—sejenis soundsystem yang di dalamnya mengalun musik dan dia bernyanyi , tangan kanannya membawa sebuah tongkat, dan di bahunya terdapat tangan seorang wanita--berbaju dan kerudung merah muda menyala mendekap anaknya--yang memegang penuh kepercayaan. Kamu benar, wanita itu adalah yang kutemui di saat berangkat, yang awalnya penumpang. Sepasang tunanetra. Ini potret dalam kereta
Ini potret dalam kereta yang membuatku menarik kesimpulan
Ini potret dalam kereta yang membuatku harus lebih mensyukuri hidupku
Ini potret dalam kereta yang membuatku seharusnya tidak membuang waktu hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sayang
Ini potret dalam kereta yang membuatku ingin lebih giat belajar, menggapai cita-citaku dan tidak menjadi seperti mereka
Ini potret dalam kereta yang semoga bisa mengingatkanku pada mereka jika aku meraih cita-citaku nanti.
Kali itu adalah kali ke-2 aku naik kereta setelah hampir lebih dari 10 tahun tidak naik.
Pemandangan di sana begitu baru bagi mataku.
Anak berseragam yang berbincang dengan petugas di depan gerbong salah satu kereta membuat otakkku berpikir dan menggumam dalam hati “Dimana sekolah anak ini?”, “Jam berapa ia seharusnya berangkat ?” , “Mengapa masih di sini?”, “Untuk apa di sini?”
Lalu mataku menangkap seorang lelaki setengah baya terduduk sambil menyeret tubuhnya untuk berpindah ke tempat lain (ngesot). Ke-2 kakinya nampak begitu kecil dan lumpuh. Pemandangan itu berakhir, namun lebih memilukan ketika kujumpai pemandangan baru di dalam gerbong.
Seorang petugas kereta yang sedang membaca koran menggunakan kaus kaki hitam dan sandal jepit lusuh menunggu seoarang anak usia sekolah yang dengan lihai menyemir sepatu si petugas. Ini potret dalam kereta.
Mataku menemukan kembali lelaki setengah baya yang lumpuh berada di dalam gerbong yang kunaiki, tepatnya di pojok. Tatapan iba yang sedari awal kusembunyikan telah berubah berang, benci dan mencerca di dalam hati ketika kudapati dia sedang menghisap sebatang rokok. Sesekali dia beringsut sambil menyodorkan kantong yang entah higienis tidaknya, mengharap ada yang tersentuh hatinya memberikan koin atau bahkan kertas bernama uang. Ini potret dalam kereta.
Pemandangan lain adalah masih anak usia sekolah yang menyapu gerbong sambil mengharap belas kasihan.
Lalu puluhan pedagang mondar-mandir menawarkan aneka dagangannya di dalam gerbong dengan harga yang relatif miring. Tapi semuanya acuh…acuh dengan keberadaan mereka si peminta, pengamen, pedagang. Semuanya sibuk dengan urusan mereka. Ya, hingga mataku tertuju pada seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang sibuk memperhatikan layar ponselnya dengan seksama, lupa dengan keadaan sekitar. Seketika pikiranku menerawang, menarik kesimpulan, membuat hipotesa sendiri yang entah kamu mau setuju atau tidak
“Pantas saja banyak kriminalitas yang dilakukan mereka—kaum peminta dan sejenisnya, yang dipandang sebelah mata. Mungkin si malang jenuh…jenuh dengan acuhnya mereka—kaum yang lebih beruntung, jenuh dengan kerasnya hati si beruntung, jenuh dengan butanya mata si beruntung melihat potret dalam kereta yang sering dijumpai, jenuh dengan tawanya si beruntung yang masih dapat memamerkan gadget mahal, tak mau merogoh sedikitpun untuk si malang yang mengharap sesuap nasi”
Yang ini mungkin pemandangannya lebih baik, juga enak didengar di telingaku. Seorang wanita karir dengan rekannya memperbincangkan Gayus. Seorang ibu, seorang pekerja, seorang warga negara Indonesia yang mengemukakan pendapatnya, mengemukakan kecewaannya atas pajak yang sering dia bayar dan ironisnya mengalir ke tangan Gayus. Sosok yang mungkin telah dibenci oleh setengah dari jumlah penduduk Indonesiaku ini, sosok yang benci kulihat tawanya di TV atas apa yang telah ia lakukan. Sosok yang kini menghilangkan kepercayaan masyarakat untuk membayar pajak, sosok yang semakin membuat si malang jauh menggapai kehidupan bahagia dan layak yang didambakan setiap orang.
Kereta berhenti di stasiun entah apa namanya, keadaan penuh sesak di gerbong yang kutumpangi , yang pasti ada penumpang lain yang naik atau turun. Aku mendengar suara tongkat diketuk-ketukan perlahan, seolah tongkat itulah yang berjalan.
Kamu benar, dia yang datang…yang membawa suara tongkat itu…dia tunanetra.
Seorang ibu berbaju dan berkerudung merah muda menyala mendekap anaknya, entah kemana tujuannya.
Lalu kini telingaku yang lagi-lagi menangkap suara…alunan nyanyian qasidahan menggema dari gerbong lain yang kian lama terdengar jelas dan memasuki gerbong dimana aku berada. Ini potret dalam kereta
Tak lama berselang, telingaku kembali menangkap alunan nyanyian yang memekakan telinga. Nyanyian kepedihan seorang anak dengan lagu dangdut genre dewasa. Alunan kasetkah itu? Lalu sama halnya dengan suara qasidahan yang semakin terdengar jelas yang menandakan si pemilik suara semakin dekat dengan keberadaanku.
Aku mendapat jawabnya, bukan alunan kaset…itu suara asli…suara anak lelaki yang memegang microphone dan bernyanyi, suaranya penuh penjelasan atas lelahnya mereka menjalani hidup mereka. Ini potret dalam kereta
***
Kami menunggu kereta menuju Stasiun Serpong di Stasiun Palmerah. Sungguh aku tak mampu menahan aroma tak sedap sepanjang menungggu yang melelahkan. Kami berbincang. Mengomentari “Sistem molor Indonesia”, ada yang menebar janji—entah siapa—yang bilang akan meneruskan pembangunan Indonesia dengan baik, tidak akan melupakan rakyat dan memperbaiki “Menara Kegagalan” yang terbentang di sepanjang jalan, yang jika bisa ke luar negeri tidak akan menetap di sana melainkan akan kembali dan membangun Indonesia mereka tercinta.
Aku hanya mendengar mereka, mengingat baik-baik perkataan mereka, bersiap menyinggahi rumah mereka jika lupa dengan janji mereka.
Aku tidak berani janji apapun, karena janji yang kupegang selama 10 tahun nyatanya dapat kuingkari begitu saja.
Hingga beberapa detik kemudian, aku menyadari seorang pria berkaus hijau dengan potongan mahasiswa yang kami temui saat berangkat telah duduk di samping salah satu temanku. Sungguh jodoh bisa bertemu kembali dengan orang yang karena sikapnya bisa membuatku berhipotesa.
***
Brak..brak..brak . suara keranjang berisi buah anggur dibanting begitu saja,adapula buah pear hijau yang menggiurkan. Kita masih di kereta, kawan . ini potret dalam kereta.
Seorang pemuda membungkusi anggur dan pear berharap sesudahnya ada yang tertarik untuk membeli. Terus terang aku hanya tertarik untuk mengetahui berapa harganya.
Seorang pemuda itu asik mengguntingi tangkai anggur dalam posisi berjongkok, dimana di hadapannya, duduk manis seorang gadis Sekolah Menengah Atas dengan posisi duduknya yang akan dapat nilai E dalam pelajaran budi pekerti. Ini potret dalam kereta.
Ada pedagang boneka ukuran besar yang pada umumnya kutemui di kebun bintang
Keadaan di dalam gerbong yang kutumpangi saat pulang itu tidak sesesak saat berangkat. Pemandangannya masih sama, si penumpang si peminta, si pedagang, si malang.
Mataku menangkap seorang pria setengah baya tunanetra yang mengalungkan alat—sejenis soundsystem yang di dalamnya mengalun musik dan dia bernyanyi , tangan kanannya membawa sebuah tongkat, dan di bahunya terdapat tangan seorang wanita--berbaju dan kerudung merah muda menyala mendekap anaknya--yang memegang penuh kepercayaan. Kamu benar, wanita itu adalah yang kutemui di saat berangkat, yang awalnya penumpang. Sepasang tunanetra. Ini potret dalam kereta
Ini potret dalam kereta yang membuatku menarik kesimpulan
Ini potret dalam kereta yang membuatku harus lebih mensyukuri hidupku
Ini potret dalam kereta yang membuatku seharusnya tidak membuang waktu hanya untuk memikirkan seseorang yang aku sayang
Ini potret dalam kereta yang membuatku ingin lebih giat belajar, menggapai cita-citaku dan tidak menjadi seperti mereka
Ini potret dalam kereta yang semoga bisa mengingatkanku pada mereka jika aku meraih cita-citaku nanti.
Bawalah Cintaku
Saat semua remaja putri berteriak histeris melihat Afgan, gue cuma pasang tampang biasa. gue justru nggak suka sama cowok berlesum pipi ini
but, you know what readers ? ada 1 lagu Afgan yang bagian akhir liriknya bagus menurut gue.
Bawalah Cintaku - Afgan
Sumpah tak ada lagi
Kesempatanku untuk
Bisa bersamamu
Kini ku tau
Bagaimana cara ku
Untuk dapat trus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Pada ke mana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Trus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan
Kita nanti
but, you know what readers ? ada 1 lagu Afgan yang bagian akhir liriknya bagus menurut gue.
Bawalah Cintaku - Afgan
Sumpah tak ada lagi
Kesempatanku untuk
Bisa bersamamu
Kini ku tau
Bagaimana cara ku
Untuk dapat trus denganmu
Bawalah pergi cintaku
Pada ke mana pun kau mau
Jadikan temanmu
Temanmu paling kau cinta
Di sini ku pun begitu
Trus cintaimu di hidupku
Di dalam hatiku
Sampai waktu yang pertemukan
Kita nanti
Festival Pembaca Indonesia
Setelah semalaman membujuk temen-temen gue yang hobi membaca buku, bermematomorfosa menjadi hantu, merayu mereka meninggalkan rumah di H-1 Ulangan Semester pertama untuk menghadiri Festival Pembaca Indonesia di GOR Soemantri Brojonegoro, Pasar Festival, Kuningan, Jakrata Selatan, nampaknya gue harus cukup puas dengan kegigihan Nectar Permita Sari dan Iis Setiyawati untuk tetap menemani gue untuk menghadiri acara tersebut.
Apa sih Festival Pembaca Indonesia?
Kegiatan non-profit dalam bentuk rekreasi baca yang diselenggarakan Goodreads Indonesia untuk pembaca dan masyarakat umum.
Acaranya beragam, apa aja ?
• Ada nonton bareng film yang diangkat dari buku, diantaranya Stardust, Tuk Everlasting dan The Road
• Ada book swap, dimana kamu bisa menukar 1 buku dengan 1 buku lain yang ada di sana.
• Ada book war, dimana kamu bisa sikut-sikutan memperebutkan buku yang kamu inginkan dengan pesaing lainnya
• Ada “Tunjukkan Koleksimu”, dimana pembaca bisa menunjukkan koleksinya dan kita bisa baca sepuasnya
• Ada “Pojok Anak”, dimana di dalamnya ada acara lomba mewarnai, story retelling yang semuanya diperuntukkan untuk anak-anak
Seru ya, HTM nya berapa ?
GRATISSSSSSSSSS kok
Ihh asik banget, kapan ?
5 Desember 2010. udah lewat dong ? iya, makanya dengerin cerita gue aja ya readers . hahha
Gue lupa jam berapa kita sampai di lokasi, gue juga lupa GOR Soemantri Brojonegoro itu ada di sebelah kanan atau kirinya Pasar Festival ya?
Iis & Nectar nggak tahu dan akhirnya gue cuma mengusulkan mengikuti mbak-mbak berkerudung yang jaketnya nggak sengaja gue injek pas naik besti tua yang berdecit alias kopaja.
Tenda-tenda putih sudah mulai nampak dan itu berarti kami telah menemukan Festival Pembaca Indonesia, sayangnya belum nampak keramaian diantara mereka.
Jujur gue bingung, nggak tahu mesti ngapain. Gue nggak ngerti dengan maksud stand-stand yang berdiri dengan rak buku dan bukunya yang beragam.
Gue nggak tahu apakah buku itu dijual atau bolehkah kita hanya sekedar untuk menyentuhnya.
Sementara itu di tenda yang sepertinya diperuntukkan untuk swap buku sudah berjejal buku-buku yang menarik. Gue belum punya keberanian untuk swap buku dan nggak tahu gimana caranya.
Dengan penuh kebingungan, akhirnya kami dituntun untuk duduk di tenda utama dengan alih-alih memenuhi kursi karena si pembicara, yaitu Oka Pratama (kalau nggak salah) yang nampaknya sudah siap sharing tentang nulisbuku.com
Jujur gue sangat tertarik dan berniat mengupload naskah gue yang kali-kali aja bisa diterbitkan dan dijual. Amien ya Allah
Sekitar 30 menit mendengarkan penjelasan beliau, kitapun dihadapkan kebingungan lagi, mau kemana?
Kita sudah beranjak dari kursi dan berdiskusi mau apa tapi informasi dari panita yang mengabarkan bakalan ada obrolan buku “The Vampire Diaries” membuat gue yang dengan tiba-tiba kembali duduk, yang kemudian diikuti Nectar & Iis
Kita mengikuti obrolan dengan si Pembicara, Anya Rompas, Sarjana Sastra Gothic Skotlandia. Haduhhh bosen banget dengerinnya pasalnya gue belum baca tuh buku jadikan nggak nyambung ngomongin apa, tapi beruntungnya saat perjalanan ke Kuningan, teman gue Nectar menjelaskan isi buku itu.
Dalam benak gue yang paling dalam, rasanya pengen kabur dari obrolan itu karena udah jenuh banget, tapi toh gue akhirnya bertahan meski di tengah-tengah obrolan mata gue nggak henti-hentinya menerawang ke para pengunjung yang baru datang dengan banyak brosur di tangan mereka. ‘Gue juga mau’, jerit gue cuma dalam hati.
Nggak cuma gue yang udah ngerasa bosan, Iis juga. Pandangannya menunjukkan keresahan untuk mengikuti undian berhadiah yang standnya ada di sebelah kita, yang setelah kita ketahui kalau undian itu hanya diperuntukkan bagi anak kecil.
Obrolan selesai dan waktunya bagi-bagi buku gratis dengan menjawab pertanyaan.
Nectar yang jawab pertama kali dan dapet buku, yang ke-2 Iis dan yang ke-3 seorang gadis yang duduknya sejajar dengan kami, sayang jawabannya salah dan gue langsung mengacungkan tangan, beruntungnya Anya Rompas melihat ke arah gue yang duduk di belakang dan mengizinkan gue menjawab, dan dengan bantuan Nectar gue pun mendapatkan buku, karena jawaban yang dibisikkan Nectar benar. senangggg
Kita berkeliling stand setelah itu dan swap buku. Gue swap 3 novel teenlit gue yang 2 diantaranya pemberian orang lain dengan 2 novel dan 1 buku “Membaca Wajah dan Tangan” hasil rekomendasi Nectar.
Nggak ada ujan, nggak ada badai dan gue cuma mimpiin Safirah di malam sebelumnya, gue yang jauh dari faktor hoki, siang itu nggak. Seorang Om bertubuh tambun yang juga salah satu panitia menawarkan gue sebuah buku lagi. Kyyaaaaaaaaaaa . mauuuuu !!!!
Guepun menggodol 5 buku totalnya untuk dibawa pulang dimana pas gue berangkat hanya membawa 3 buku. Seneng banget deh readers
Karena Nectar kehausan, kitapun menuju Pasar Festival untuk cari minum dan shalat, nggak nyangka di sana ketemu Anya Rompas, kami saling tersenyum dan gue entah dengan dasar keberanian apa membalas lambaian tangannya.
Kyaaaaaaaaaaaaa, seneng banget deh.
Setelah shalat Zuhur, kita kembali ke stand-stand tadi, yang kita tuju adalah Toko Kelontong Sihir yang memamerkan koleksi buku Harry Potter, inspirasi J.K. Rowling, permen rasa yang sering dijual di kereta dalam film-film HarPot, tas selempang burung hantu, peta HarPot, game HarPot. Pokonya gue suka banget di Toko Kelontong Sihir karena dilayani dengan sangat baik, ramah dan informatif.
Sudah siang, kitapun memutuskan dengan berat hati meninggalkan acara tersebut. Sebenarnya pengen banget masih di situ, terlebih lagi bakalan ada obrolan Komik Kambing Jantan 2 dengan Raditya Dika jam 4 sore, tapi apa mau dikata, besoknya kita harus Ujian Semester, jadi kita pulang deh.
Uuhhhhhhh nggak rela nih padahal, tapi indah banget hari itu.
Mungkin orang yang harus gue ucapkan terimakasih adalah Ranggi Windy, battle nyolot gue selama seminggu itulah yang menginformasikan acara ini seminggu sebelumnya. Setelah itu gue memantau perkembangannya melalui website. Facebook dan Twitter. Sayang dia nggak bisa ikut karena alasan umum, yaitu “besoknya semesteran”.
Anyway, thank youu Nggi, kabarin lagi ya kalo ada event-event gratisan. Hehe
Apa sih Festival Pembaca Indonesia?
Kegiatan non-profit dalam bentuk rekreasi baca yang diselenggarakan Goodreads Indonesia untuk pembaca dan masyarakat umum.
Acaranya beragam, apa aja ?
• Ada nonton bareng film yang diangkat dari buku, diantaranya Stardust, Tuk Everlasting dan The Road
• Ada book swap, dimana kamu bisa menukar 1 buku dengan 1 buku lain yang ada di sana.
• Ada book war, dimana kamu bisa sikut-sikutan memperebutkan buku yang kamu inginkan dengan pesaing lainnya
• Ada “Tunjukkan Koleksimu”, dimana pembaca bisa menunjukkan koleksinya dan kita bisa baca sepuasnya
• Ada “Pojok Anak”, dimana di dalamnya ada acara lomba mewarnai, story retelling yang semuanya diperuntukkan untuk anak-anak
Seru ya, HTM nya berapa ?
GRATISSSSSSSSSS kok
Ihh asik banget, kapan ?
5 Desember 2010. udah lewat dong ? iya, makanya dengerin cerita gue aja ya readers . hahha
Gue lupa jam berapa kita sampai di lokasi, gue juga lupa GOR Soemantri Brojonegoro itu ada di sebelah kanan atau kirinya Pasar Festival ya?
Iis & Nectar nggak tahu dan akhirnya gue cuma mengusulkan mengikuti mbak-mbak berkerudung yang jaketnya nggak sengaja gue injek pas naik besti tua yang berdecit alias kopaja.
Tenda-tenda putih sudah mulai nampak dan itu berarti kami telah menemukan Festival Pembaca Indonesia, sayangnya belum nampak keramaian diantara mereka.
Jujur gue bingung, nggak tahu mesti ngapain. Gue nggak ngerti dengan maksud stand-stand yang berdiri dengan rak buku dan bukunya yang beragam.
Gue nggak tahu apakah buku itu dijual atau bolehkah kita hanya sekedar untuk menyentuhnya.
Sementara itu di tenda yang sepertinya diperuntukkan untuk swap buku sudah berjejal buku-buku yang menarik. Gue belum punya keberanian untuk swap buku dan nggak tahu gimana caranya.
Dengan penuh kebingungan, akhirnya kami dituntun untuk duduk di tenda utama dengan alih-alih memenuhi kursi karena si pembicara, yaitu Oka Pratama (kalau nggak salah) yang nampaknya sudah siap sharing tentang nulisbuku.com
Jujur gue sangat tertarik dan berniat mengupload naskah gue yang kali-kali aja bisa diterbitkan dan dijual. Amien ya Allah
Sekitar 30 menit mendengarkan penjelasan beliau, kitapun dihadapkan kebingungan lagi, mau kemana?
Kita sudah beranjak dari kursi dan berdiskusi mau apa tapi informasi dari panita yang mengabarkan bakalan ada obrolan buku “The Vampire Diaries” membuat gue yang dengan tiba-tiba kembali duduk, yang kemudian diikuti Nectar & Iis
Kita mengikuti obrolan dengan si Pembicara, Anya Rompas, Sarjana Sastra Gothic Skotlandia. Haduhhh bosen banget dengerinnya pasalnya gue belum baca tuh buku jadikan nggak nyambung ngomongin apa, tapi beruntungnya saat perjalanan ke Kuningan, teman gue Nectar menjelaskan isi buku itu.
Dalam benak gue yang paling dalam, rasanya pengen kabur dari obrolan itu karena udah jenuh banget, tapi toh gue akhirnya bertahan meski di tengah-tengah obrolan mata gue nggak henti-hentinya menerawang ke para pengunjung yang baru datang dengan banyak brosur di tangan mereka. ‘Gue juga mau’, jerit gue cuma dalam hati.
Nggak cuma gue yang udah ngerasa bosan, Iis juga. Pandangannya menunjukkan keresahan untuk mengikuti undian berhadiah yang standnya ada di sebelah kita, yang setelah kita ketahui kalau undian itu hanya diperuntukkan bagi anak kecil.
Obrolan selesai dan waktunya bagi-bagi buku gratis dengan menjawab pertanyaan.
Nectar yang jawab pertama kali dan dapet buku, yang ke-2 Iis dan yang ke-3 seorang gadis yang duduknya sejajar dengan kami, sayang jawabannya salah dan gue langsung mengacungkan tangan, beruntungnya Anya Rompas melihat ke arah gue yang duduk di belakang dan mengizinkan gue menjawab, dan dengan bantuan Nectar gue pun mendapatkan buku, karena jawaban yang dibisikkan Nectar benar. senangggg
Kita berkeliling stand setelah itu dan swap buku. Gue swap 3 novel teenlit gue yang 2 diantaranya pemberian orang lain dengan 2 novel dan 1 buku “Membaca Wajah dan Tangan” hasil rekomendasi Nectar.
Nggak ada ujan, nggak ada badai dan gue cuma mimpiin Safirah di malam sebelumnya, gue yang jauh dari faktor hoki, siang itu nggak. Seorang Om bertubuh tambun yang juga salah satu panitia menawarkan gue sebuah buku lagi. Kyyaaaaaaaaaaa . mauuuuu !!!!
Guepun menggodol 5 buku totalnya untuk dibawa pulang dimana pas gue berangkat hanya membawa 3 buku. Seneng banget deh readers
Karena Nectar kehausan, kitapun menuju Pasar Festival untuk cari minum dan shalat, nggak nyangka di sana ketemu Anya Rompas, kami saling tersenyum dan gue entah dengan dasar keberanian apa membalas lambaian tangannya.
Kyaaaaaaaaaaaaa, seneng banget deh.
Setelah shalat Zuhur, kita kembali ke stand-stand tadi, yang kita tuju adalah Toko Kelontong Sihir yang memamerkan koleksi buku Harry Potter, inspirasi J.K. Rowling, permen rasa yang sering dijual di kereta dalam film-film HarPot, tas selempang burung hantu, peta HarPot, game HarPot. Pokonya gue suka banget di Toko Kelontong Sihir karena dilayani dengan sangat baik, ramah dan informatif.
Sudah siang, kitapun memutuskan dengan berat hati meninggalkan acara tersebut. Sebenarnya pengen banget masih di situ, terlebih lagi bakalan ada obrolan Komik Kambing Jantan 2 dengan Raditya Dika jam 4 sore, tapi apa mau dikata, besoknya kita harus Ujian Semester, jadi kita pulang deh.
Uuhhhhhhh nggak rela nih padahal, tapi indah banget hari itu.
Mungkin orang yang harus gue ucapkan terimakasih adalah Ranggi Windy, battle nyolot gue selama seminggu itulah yang menginformasikan acara ini seminggu sebelumnya. Setelah itu gue memantau perkembangannya melalui website. Facebook dan Twitter. Sayang dia nggak bisa ikut karena alasan umum, yaitu “besoknya semesteran”.
Anyway, thank youu Nggi, kabarin lagi ya kalo ada event-event gratisan. Hehe
December 11, 2010
Radar Neptunus
saat gue nulis ini, lagu 'seandainya' vierra lagi diputer di radio.
Ngapain ya gue nulis ini?
Berharap neptunus menyampaikan radar buat lo, radar yg membuat lo tau tentang apa yg gue pikirin saat ini
'Lo lagi apa sekarang?'
'Lagi maen kompi ya?'
'Lo tadi les?'
'gimana uasnya? Lo duduk sama kelas berapa?'
'Lo ngak ngerasain yg gue rasain sekarang ya?'
Lo hebat banget deh, bisa cepet ngelupain gue
gimana caranya deh? Gue juga mau dong tipsnya, biar juga bisa ngelupain lo dengan cepat.
Gue tau lo ngejauh..but it's okay . Itu konsekuensi buat gue
Neptunus..kirimin radar lo ke dia dong !
Tanyain ke dia 'gimana cara ngelupain dia dengan cepat'
Ngapain ya gue nulis ini?
Berharap neptunus menyampaikan radar buat lo, radar yg membuat lo tau tentang apa yg gue pikirin saat ini
'Lo lagi apa sekarang?'
'Lagi maen kompi ya?'
'Lo tadi les?'
'gimana uasnya? Lo duduk sama kelas berapa?'
'Lo ngak ngerasain yg gue rasain sekarang ya?'
Lo hebat banget deh, bisa cepet ngelupain gue
gimana caranya deh? Gue juga mau dong tipsnya, biar juga bisa ngelupain lo dengan cepat.
Gue tau lo ngejauh..but it's okay . Itu konsekuensi buat gue
Neptunus..kirimin radar lo ke dia dong !
Tanyain ke dia 'gimana cara ngelupain dia dengan cepat'
Subscribe to:
Posts (Atom)