Selalu ada tinta dan halaman kosong yang tak bosan menjadi tumpahan. Bahkan
saat tulisan ini dibuat, saya sedang berada di dalam angkutan umum .
Jadi beginikah rasanya menulis
dalam perjalanan. Perlu digarisbawahi kalau ini adalah menulis. Bukan mengetik dengan
seperangkat gadget masa kini. Saya menulis
dengan sebuah pensil mekanik.
Ternyata rasanya sulit, ditambah lagi jalanan Jakarta yang penuh
ketidakpastian dan keberagaman. Mulai dari lubang sisa hujan, kemacetan hingga
puluhan ekspresi wajah pengisi kemcaetan. Tapi percayalah, sesulitnya menulis
di atas angkutan darat yang sedang berjalan tidak akan sesulit menghadapi
gerbang kehidupan yang bernama realita.
Selamat malam dan terima kasih telah membaca
0 comments:
Post a Comment