Ada 2 kesamaan yang saya temui pada 2 hal berbeda yang saya selami selama
3 hari terakhir ini. Okay, ringkasnya
dari novel yang saya baca dan drama korea yang saya ikuti. Tokoh utama wanita
pada akhirnya akan memilih lelaki lain—yang belum mencintainya—ketimbang lelaki
satunya lagi—yang jelas-jelas mencintainya dan selalu berada di sisi si wanita
itu kapanpun dibutuhkan
Saya baru menyadari hal itu ketika harus menerima ending Dating Cyrano Agency.
Min Young akhirnya memilih Il Reok ketimbang Master (Seung Pyo). Padahal Master
sampai tertusuk pisau hanya untuk menyelamatkan Min Young yang diculik.
Sementara Il Reok? Dia hanya terus menafikkan perasaannya dan berulang kali
memukul Min Young untuk mundur memerjuangkan cintanya.
Alasannya ? “I am not good man for
you”
Sama persis dengan alasan Skan yang berubah drastis menghindari Krystal
dalam novel Goddbye Happiness karangan Arini Putri—yang belum lama ini saya
baca. Tokoh utama wanita akan selalu berjuang mendapatkan cinta pria—yang belum
mencintainya atau menolak mencintainya. Tak peduli harus terluka ataupun
menangis merana dibuatnya. Padahal di belakangnya telah ada pria lain yang
selalu setia memayunginya, meminjamkan bahu untuk memebenamkan kepala, atau
sehelai saputangan—penghapus air mata.
Tetapi, meski telah dipayungi, si tokoh wanita utama seakan terus berlari
menembus hujan. Dia ingin mencapai pelangi dan memilikinya. Tak peduli kalau
kehujanan bisa membuatnya sakit.
Itukah ciri khas Korea ? Karena kalau ditilik kembali, fenomena Boys Before Flowers juga mengisahkan
Jandi yang mati-matian mempertahankan hubungannya dengan JunPyo, padahal ada Ji
Hoo di belakangnya yang selalu ada di kala Jandi membutuhkannya.
Ada yang tahu jawabannya mengapa? Sekilas bukankah ini lucu ? Juga tidak
adil atau bahkan bodoh ? Kenapa bersusah payah mengejar pria lain kalau ada good man yang selalu setia di belakangmu
dan akan selalu ada kapanpun kamu butuh ? bukankah itu bodoh ? Menyia-nyiakan
yang ada ? Seperti tidak mensyukuri apa yang telah dikirimkan Tuhan untukmu ?
Kalau dilihat kembali, saya kadang kesal sendiri. Tetapi, ada poin
positif yang coba saya tangkap dari lelucon bodoh ini. Seperti yang kita—para
penikmat drama atau novel dan sejenisnya—tahu kalau cerita akan selalu berakhir
dengan tokoh utama wanita mendapatkan pria yang ia cintai. Dan si pangeran yang
memayungi akan berlapang dada mengikhlaskan sambil berkata “Aku bahagia untukmu.”
Endingnya akan selalu begitu,
bukan ?
It means di balik perjuangan si
wanita, ia akhirnya mendapatkan pria yang ia cintai. Karena untuk mendapatkan
apa yang kita inginkan itu tak pernah mudah. Harus ada proses, perjuangan,
kerja keras, rasa sakit. Pada akhirnya, semua itulah yang menjadikan
pertimbangan apakah kita dengan begitu saja mengakhiri hubungan—setelah kerja
keras dan perjuangan yang besar untuk mendapatkannya—dengan si dia ?
Dan…ya jangan sudah capek-capek kita perjuangkan untuk mendapatkannya
tapi justru diabaikan di kemudian hari. Seperti pulau indah kita di Timur
Indonesia.
Tapi kembali lagi pada pria yang kita inginkan itu, benarkah ia yang
memang kita butuhkan ?
Nah lho bingungkan ? Saya juga…
So, be realistic, girls
Sekian dan terima kasih atas waktunya.
we want |
OR
we need |
0 comments:
Post a Comment