Seperti janji saya pada postingan sebelumnya untuk mengulas keeksklusifanPath menurut saya, maka kali ini saya akan menepatinya.
Mari kita mulai
Seperti kebanyakan orang saat baru memiliki social media yang baru, maka
langkah pertama yang saya lakukan adalah mulai
menambahkan teman (add friend).
Karena saat itu teman yang saya tahu hanyalah 2 sahabat JHS (Junior HIgsh
School) saya maka berakar dari situlah saya mencari teman. I mean saya menambahkan teman yang kebanyakan merupakan teman-teman
semasa JHS.
Selanjutnya teman lain mulai bermunculan, baik teman JHS, SHS (Senior
High School), teman kampus hingga beberapa teman SD saya. Path yang membatasi
si penggunanya memiliki 150 teman benar-benar membuat saya benar-benar selektif
dalam memiliah siapa-siapa saja untuk dijadikan teman di Path ini.
Kalau pada jejaring sosial lain, saya tidak bermasalah berteman dengan
siapapun ( bagi saya akan ada banyak informasi yang saya peroleh), maka pada
Path saya menemukan fungsi sesungguhnya dari social media, yaitu hanya berhubungan dengan orang yang kita ingin
tahu kabar dan keadaannya.
Saya menemukan banyak wajah baru dan aktivitas baru dari kehidupan
teman-teman saya yang sudah lama tak saya jumpai. Entah itu tentang kuliah
mereka, wisuda kakak mereka, tempat hangout
mereka, pacar baru mereka, hobi baru mereka, ataupun pekerjaan baru mereka (ada
beberapa teman yang merupakan kakak tingkat).
Teman saya, Ilfi pernah bilang kalo Path itu lengkap. Kombinasi dari
segalanya. Dari foursquare, twitter, dsb. Karena saya bukanlah orang yang rajin
menjajal semua social media, jadi
saya tidak bisa membenarkannya. Yang saya tahu Path melengkapi hobi saya dan
itulah yang membuat saya keranjingan. Hihiii.
Sebagai radio addicted, saya
senang sekali mendengarkan music. Terutama di radio. Dan Path meneyediakan
music box—dimana kamu bisa share
sedang mendengarkan lagu apa kepada teman-teman di Path. Lengkap dengan Judul
lagu, nama penyanyi, album dan tahun lagu itu dirilis. Fasilitas itulah yang
sebentar-sebentar membuat saya melirik ke Path (hehe. Maaf kalau memenuhi TL
teman-teman di Path hehe).
Tidak hanya itu saja, ada movie box dan books box yang memberikan
fasilitas tidak jauh berbeda dari music box. Kamu dapat share film yang sedang kamu tonton atau buku yang sedang kamu baca.
Untuk setiap aktivitas yang kamu share, orang lain bisa memberikan reaksi
berupa emote (gasped, sad, smile, laugh, dan love) ataupun menyampaikan
comment. Path juga menyediakan fasilitas chat secara private tanpa pembatasan
karakter serta dapat berkirim sticker.
Yang unik, Path juga menyediakan fasilitas I’m awake dan Go to sleep. Awalnya
saya merasa aneh dengan fasilitas ini dan terlalu berlebihan karena untuk
aktivitas bangun dan tidur saja sampai dishare
ke orang lain. Tetapi kemudian saya tertarik, karena di bawahnya terdapat
penjelasan cuaca saat kita bangun atau tidur, termasuk suhu udara di sekitar
kita. Hal itulah yang membuat saya kemudian ikut menggunakan fasilitas itu.
Semata-mata hanya ingin tahu deskripsi di bawahnya. Haha
Social media besutan Dave Morin
ini juga punya beberapa kekurangan bagi saya. Mulai dari pencarian yang lama
dan kadang tidak lengkap pada Music box, books box dan movies box. First name
yang hampir sama satu sama lain, notification yang datangnya terlamba, dsb.
Tapi Path menjadikan saya dekat dengan teman yang jauh. Hanya dengnan
mengetahui aktivitasnya. Kini, saya tahu mengapa ada orang yang tidak mau
menerima request berteman dengan
orang yang tidak benar-benar mereka kenal. Karena kini saya yang menjadi orang
itu dan tahu apa jawabannya. Meski di beberapa hal mungkin ada toleransi untuk
berteman dengan orang yang tidak kita kenal, tetapi memiliki selera musik yang
sama. Dan saya ada di bagian itu. Haha
Terima kasih atas waktunya. Semoga bermanfaat
0 comments:
Post a Comment