Halo readers
Saya memiliki Path sejak 6 bulan lalu, tetapi baru aktif menggunakannya 4
bulan terakhir ini. Awalnya sempat baca postingan teman dalam blognya yang
menceritakan kalau dia keranjingan bermain Path. Saat itu saya belum tahu
fasilitas apa saja yang ada di dalam Path dan tidak tertarik juga dengan Path.
Karena pada akhirnya, semua sosial media yang baru—entah apa namanya—dan
menjamur banyak digunjingkan orang, saya hanya tetap setia pada Twitter.
Mengapa ? Karena Twitter memberikan informasi terupdate. Timeline cepat
berubah dan tidak memunculkan apa yang dibicarakan orang pada 2 atau 3 hari
yang lalu.
Ya, itulah yang terjadi pada news feed facebook saya. Sebagian besar
isinya adalah update status teman
saya—yang kebanyakannya lagi berisi curhatan—pada 2 atau 3 hari lalu tapi masih
muncul juga. That’s why facebook saya
seperti tidak punya kehidupan, karena saya jarang menggunakannya. Lihat saja
sampai saat ini covernya belum
diperbarui sama sekali. Haha
Sementara Twitter memberikan informasi terhangat, layaknya brownies yang
baru keluar dari oven. That’s why
saya lebih aktif bermain Twitter. Entah itu mantengin timeline atau meretweet status dari yang saya follow.
Jadi, ada suatu hal yang membuat saya tertarik pada Path dan memutuskan
untuk membuatnya. Pada suatu kesempatan, ada kuis di twitter—yang saya lupa
hadiahnya—mengenai cerita Lupus. Iya, Lupus yang hobinya makan permen karet dan
jambul khas itu lho. Bukan penyakit Lupus ya.
Pada kuis itu, peserta hanya diminta mengulas cerita yang menjadi favoritnya
dan ada di buku Lupus judul apa serta alasannya. Dengan fasilitas 140 karakter
yang disediakan Twitter saya memanfaatkannya sebaik mungkin. Meski tentu saja
masih sangat super kurang puas. Beberapa hari kemudian saya iseng mencari siapa
pemenangnya dan jawabannya. Di situlah saya bertemu dengan Path.
Maksud saya, ternyata banyak peserta yang menggunakan fasilitas Path
dalam menjawab. Jadi, mereka tidak lagi terbatas dengan 140 karakter. Mereka
bisa menceritakan cerita Lupus favorit mereka beserta alasannya dan terdapat di
buku apa. Karena setiap moment yang kita share di Path bisa otomatis terhubung ke Twiter, Facebook, Tumblr, Foursquare (jika kita mengizinkan). Path ini Di situ saya masih belum mengetahui apa itu Path. I mean, media sosial jenis apa sih Path
itu.
Tetapi, saat ada kesempatan untuk akhirnya bisa bikin akun Path. Sayapun
membuatnya melalui notebook. Saya
lupa bagaimana caranya, yang jelas langkah saya terhenti saat ternyata untuk
melanjutkan aktivitas di Path, saya harus mengaksesnya melaui smartphone. Langkah saya terhenti karena
saat itu belum punya smartphone.
Tetapi, saya sudah punya akun Path. Haha
Hingga 2 bulan kemudian, saya juga lupa bagaimana bisa mengakses akun
Path yang sudah saya buat pada 2 bulan sebelumnya. Yang jelas, cukup lama juga
sih untuk dapat mengakses Path via smartphone
dikarenakan saya lupa menggunakan alamat email yang mana.
Sejak saat itu, saya mengamini teman blogger
saya. Saya ikut keranjinga Path. Tetapi saya menemukan keesklusifan Path dan
fungsi dari media sosial yang sesungguhnya. Path berbeda bagi saya…dia memiliki
arti tersendiri.
Mengapa ? ada banyak alasan
Tunggu postingan selanjutnya ya.
6 months 600 momments |
0 comments:
Post a Comment