June 10, 2014

Mengupas Komentator Debat Capres Cawapres 2014



Helloww
Saya baru saja membaca kembali beberapa postingan saya di draft notebook. Membandingkannya dari cerita semasa SHS (Senior High School), 2012, 2013 dan tahun ini. Yes, I have trouble with myself. Ada banya curahan di dalam kepala tetapi tidak bisa tumpah ketika sudah membuka halaman Ms. Word atau sekedar memegang pena. Semua lenyap. Entah kemana
Maka dari itu saya mencari stimulus dengan membaca kembali beberapa tulisan saya dari tahun ke tahun. Ada senyum kecil yang menghias juga rasa malu ataupun decak sendiri “kenapa gue nulis ini di blog”. Haha tapi nggak. Saya nggak akan menghapus apa yang pernah saya tulis, kecuali di dalamnya terdapat sebuah nama yang merupakan bagian dari privasi saya.
Okey, jadi kali ini apa yang akan saya ceritakan ? lagi-lagi tidak ada yang special. Soal debat capres –cawapres semalam yang digelar KPU dan disiarkan oleh hamper 5 stasiun TV juga biasa aja. Sebenarnya tujuan utamanya bukan ingin ngomongin debat tapi karena bingung ngeshare apa jadi baiklah saya akan berkomentar.
Tidak ! saya bukan ingin mengomentari soal capres dan cawapresnya. Juga bukan bagaiamana proses situ berjalan, entah ada settingan atau bagaimana. Bukan juga ingin mencela dan minta supaya moderatornya diganti seperti banyak orang di media social. Bukan soal itu, karena saya ketiduran saat nonton debat berlangsung di segmen hampir terakhir.

 
Saya hanya prihatin dengan banyak komentar orang soal moderator yang dinilai gak asyik atau nggak seru. Anehnya ada orang yang minta supaya moderatornya diganti dengan ngemention stasiun TV yang menayangkan (padahal yang menayangkan ada 5 stasiun tv -_-). Saya sungguh menyayangkan orang yang demikian. Bukan bermaksud mengebiri pasal 28 yang membebaskan setiap orang berpendapat, tetapi karena dia menyampaikan pada orang yang salah.
Ada 2 hal yang luput dari perhatian orang banyak. Yang pertama, debat itu diselenggarakan oleh KPU jadi isinya pasti yang ngedesain ya KPU (Komisi Pemilihan Umum). Stasiun TV hanya menjadi alat atau media mengabarkan ke masyarakat luas. Alias menayangkan aja. Bukan nunjuk siapa yang jadi moderator. Jadi, kalau ingin diganti harusnya orang-orang mengajukan pada KPU (re : ngemention @KPU_RI )
Yang kedua, apakah moderator minta diganti itu adalah sebuah hal yang masuk akal di kala debat berlangsung. Apakah mungkin KPU menyiapkan moderator cadangan yang memberi kepuasan kepada si penonton. Contohnya dengan nggak melarang bertepuk tangan. Menurut saya hal ini sungguh sangat nggak masuk akal. Ini moderator debat capres cawapres, bukan pertandingan bola yang memiliki cadangan.
Okey, mungkin ganti moderatornya untuk sesi debat selanjutnya. Nah saya makin aneh saja, karena  tanpa minta diganti, moderator debat akan selalu diganti. Disesuaikan dengan tema debat. Debat yang berlangsung 9 Juni lalu bertema Pembangunan Demokrasi, Pemerintahan yang Bersih  dan Kepastian Hukum, dan mengusung Zainal Arifin Mochtar—yang merupakan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi (Pukat) Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.
Jadi, untuk debat selanjutnya (15 Juni 2014) yang bertemakan ekonomi, moderatornya juga sudah disiapkan, yaitu Ahmad Erani Yustika. Beliau adalah professor dari jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan (IESP) Universitas Brawijaya. Jadi, agak lucu aja kalau ada yang minta moderatornya diganti karena moderator akan selalu berbeda setiap episode(tergantung  tema).
Jadi moderator itu nggak mudah, apalagi untuk acara sekelas debat capres-cawapres, dimana semua pasang mata Indonesia tertuju padanya. Tetapi, yang paling penting moderator untuk debat ini ya harus independen dan bisa menghadirkan suasana hangat dan santai saat debat. Saya tidak keberatan kalau moderator yang kemarin itu berulang kali meminta penonton di Balai Sarbini untuk tertib dan bertepuk tangan saat dikomando, karena kita (yang cuma nonton dari layar kaca) tidak tahu bagaimana suasana sesungguhnya di TKP.
Astaga postingannya jadi banyak gini, padahal tadi bingung mau nulis apa
Baiklah, terima kasih telah membaca

0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis