Terima kasih
sudah mengakses halaman blog ini.
Kalau pada banyak postingan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih di
akhir cerita, maka kali ini saya ingin mengubahnya. Saya ingin menyambut readers setia blog saya dengan ucapan
terima kasih. Mengapa ? Tidak. Saya tidak
sedang habis menang lomba ataupun bertemu pria tampan. Sayapun membuat
postingan ini di sela-sela persiapan UAS.
Lalu mengapa ? Ya, saya hanya ingin mengapresiasi readers yang masih setia membaca setiap
postingan saya di blog yang cemen ini (masih belajar dan mencari template untuk blog ini. Kasihan dia
udah 5 tahun umurnya. Tapi muaknya masih begini-begini aja)
Baiklah, apa kabar debat capres sesi kedua yang temanya ekonomi itu ?
tidak. Saya tidak ingin mengomentarinya. Sungguh kecewa dengan para calon yang
debat ekonominya tidak substansial, menurut saya pribadi. Saya juga kecewa
dengan PLN yang mematikan listrik di daerah Tangerang Selatan, sehingga saya
mengikuti debat itu via radio. Allhamdulillah radio masih menyiarkan.
Persaingan saling menjatuhkan lawan semakin terasa di sisa waktu 20 hari
lagi. Berbagai isu negative saling dilemparkan pada capres yang bersaing, baik
dilakukan oleh timses atau siapapun itu.. yang jelas black campaign, negative campaign semakin banyak tersebar luas
dengan berbagai bentuk. Baik dalam bentuk video, foto, tabloid, dsb.
Semua isu negative yang tumpang tindih dan tidak jelas sumbernya itu
membuat saya lelah mengikuti perkembangannya. Bukan bermaksud menutup mata dan
tidak peduli dengan nasib masa depan bangsa. Hanya saja sudah benarkah semua
ini ? mereka bersaing tanpa ampun dengan saling menjatuhkan. Bagaimanapun juga
pemilihan presiden adalah kompetisi merebut suara rakyat (katanya), jadi
pemenangnya hanya aka nada 1. Lalu bagaimana dengan yang kalah ?
Benarkah mereka menerima dengan lapang dada ? pemenang tidak menyerah
dengan gampang. Mungkin itu isi hati mereka yang sesungguhnya. Kebanyakan yang
kalah akan mencari setiap kesalahan dan kegagalan dari semua program yang
dilaksanakan. Semua akan dikritik, bahkan bisa di luar logika. Saya jadi
curiga, jangan-jangan yang seperti itu adalah dendam kesumat karena tidak
menerima kekalahannya.
Yang lebih parah pihak yang kalah jarang sekali mendukung, tidak menutup
kemungkinan diam-diam bisa menghancurkan . seperti musuh dalam selimut. Kalau ilustrasi-ilustrasi
seperti yang di atas terus berajalan di Indonesia, kapan negeri ini akan
mencapai Indonesia Raya. Normatifnya, menang kalah harus saling dukung karena
menang kalah akan menjadi abu. Karena menang kalah adalah manusia, mereka tidak
langsung masuk surga atau neraka. Oke ini nggak nyambung.
Saya hanya teringat dengan FGD (Focus Grup Discussion) yang pernah saya
ikuti ketika seleksi Beswan Djarum tahun lalu. Kami dibagi kelompok dan
membahas artikel yang berbeda setiap team
kemudian mencarikan solusinya dan mempresentasikannya. Ada sesi Tanya jawab
juga di dalamnya.
Tetapi, pada bagian akhir ada pelajaran penting yang saya dapatkan. FGD
yang kami lakukan tidak efektif, karena setiap ada kelompok yang memberikan
solusi, kelompok lain menanggapi dengan bantahan dan seolah ingin mematahkan
solusi yang dibuat oleh kelompok presentator. Kami tidak akan pernah menemukan
titik temu yang sama jika demikian adanya. Seharusnya, kami ikut membantu
mengimplementasikan solusi yang diberikan dengan memberikan inovasi atau cara
kreatif atau memperbaikinya. Intinya kita harus saling membantu, saling rangkul
dan bersatu.
Nah mampukah mereka (capres cawapres beserta timsesnya) berkomitmen dari
sekarang untuk mendukung dan membantu pemerintahan dari lawannya yang berhasil
menjadi pemenang siapapun nanti ? Bukannya menjatuhkan dan saling serang untuk
mencapai kemenangan yang tertunda ? mampukah mereka bersatu ? Bukan untuk
rakyat kok. Itu terdengar munafik. Tetapi
untuk Indonesia Raya.
Sekian. Terimaa kasih
0 comments:
Post a Comment