June 20, 2014

Bukan untuk Rakyat, Tapi untuk Indonesia Raya

 

Terima kasih sudah mengakses halaman blog ini.
Kalau pada banyak postingan sebelumnya saya mengucapkan terima kasih di akhir cerita, maka kali ini saya ingin mengubahnya. Saya ingin menyambut readers setia blog saya dengan ucapan terima kasih. Mengapa  ? Tidak. Saya tidak sedang habis menang lomba ataupun bertemu pria tampan. Sayapun membuat postingan ini di sela-sela persiapan UAS.
Lalu mengapa  ?  Ya, saya hanya ingin mengapresiasi readers yang masih setia membaca setiap postingan saya di blog yang cemen ini (masih belajar dan mencari template untuk blog ini. Kasihan dia udah 5 tahun umurnya. Tapi muaknya masih begini-begini aja)
Baiklah, apa kabar debat capres sesi kedua yang temanya ekonomi itu ? tidak. Saya tidak ingin mengomentarinya. Sungguh kecewa dengan para calon yang debat ekonominya tidak substansial, menurut saya pribadi. Saya juga kecewa dengan PLN yang mematikan listrik di daerah Tangerang Selatan, sehingga saya mengikuti debat itu via radio. Allhamdulillah radio masih menyiarkan.
Persaingan saling menjatuhkan lawan semakin terasa di sisa waktu 20 hari lagi. Berbagai isu negative saling dilemparkan pada capres yang bersaing, baik dilakukan oleh timses atau siapapun itu.. yang jelas black campaign, negative campaign semakin banyak tersebar luas dengan berbagai bentuk. Baik dalam bentuk video, foto, tabloid, dsb.
Semua isu negative yang tumpang tindih dan tidak jelas sumbernya itu membuat saya lelah mengikuti perkembangannya. Bukan bermaksud menutup mata dan tidak peduli dengan nasib masa depan bangsa. Hanya saja sudah benarkah semua ini ? mereka bersaing tanpa ampun dengan saling menjatuhkan. Bagaimanapun juga pemilihan presiden adalah kompetisi merebut suara rakyat (katanya), jadi pemenangnya hanya aka nada 1. Lalu bagaimana dengan yang kalah ?
Benarkah mereka menerima dengan lapang dada ? pemenang tidak menyerah dengan gampang. Mungkin itu isi hati mereka yang sesungguhnya. Kebanyakan yang kalah akan mencari setiap kesalahan dan kegagalan dari semua program yang dilaksanakan. Semua akan dikritik, bahkan bisa di luar logika. Saya jadi curiga, jangan-jangan yang seperti itu adalah dendam kesumat karena tidak menerima kekalahannya.
Yang lebih parah pihak yang kalah jarang sekali mendukung, tidak menutup kemungkinan diam-diam bisa menghancurkan . seperti musuh dalam selimut. Kalau ilustrasi-ilustrasi seperti yang di atas terus berajalan di Indonesia, kapan negeri ini akan mencapai Indonesia Raya. Normatifnya, menang kalah harus saling dukung karena menang kalah akan menjadi abu. Karena menang kalah adalah manusia, mereka tidak langsung masuk surga atau neraka. Oke ini nggak nyambung.
Saya hanya teringat dengan FGD (Focus Grup Discussion) yang pernah saya ikuti ketika seleksi Beswan Djarum tahun lalu. Kami dibagi kelompok dan membahas artikel yang berbeda setiap team kemudian mencarikan solusinya dan mempresentasikannya. Ada sesi Tanya jawab juga di dalamnya.
Tetapi, pada bagian akhir ada pelajaran penting yang saya dapatkan. FGD yang kami lakukan tidak efektif, karena setiap ada kelompok yang memberikan solusi, kelompok lain menanggapi dengan bantahan dan seolah ingin mematahkan solusi yang dibuat oleh kelompok presentator. Kami tidak akan pernah menemukan titik temu yang sama jika demikian adanya. Seharusnya, kami ikut membantu mengimplementasikan solusi yang diberikan dengan memberikan inovasi atau cara kreatif atau memperbaikinya. Intinya kita harus saling membantu, saling rangkul dan bersatu.
Nah mampukah mereka (capres cawapres beserta timsesnya) berkomitmen dari sekarang untuk mendukung dan membantu pemerintahan dari lawannya yang berhasil menjadi pemenang siapapun nanti ? Bukannya menjatuhkan dan saling serang untuk mencapai kemenangan yang tertunda ? mampukah mereka bersatu ? Bukan untuk rakyat kok. Itu terdengar munafik. Tetapi untuk Indonesia Raya.
Sekian. Terimaa kasih

 



0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis