June 6, 2014

Channel TV dan Independensi






Kotak ajaib itu bernama televisi. Alat yang menampilkan visual dan audio tentang segalanya, khususnya informasi. Baik berupa hiburan, pendidikkan, iklan dan lain hal yang sifatnya pengetahuan. Saya paling suka dengan channel newstv. Sudah hampir 8 tahun menjadi channel favorit dan bermimpi kalau suatu hari bisa menjadi bagian penting di dalamnya. Bisa menjadi seperti salah satu idola saya yang ada di dalamnya. 

Tapi setahun belakangan ini channel favorit saya sudah mulai bergeser. Bukan news tv yang itu lagi yang menjadi channel favorit saya. Alasannya, presenternya banyak yang baru dan tidak sebagus presenter yang pernah ada sebelumnya. Selain itu, ada channel baru yang lebih fresh dan menghibur, lebih anak muda dan Indonesia. Tetapi, tiba-tiba televisi  saya tidak bisa menangkap channel itu. Dengan kata lain jadi semut aja isinya. Baiklah, menonton tv cuma jadi aktivitas selingan (Sabtu Minggu untuk tahu berita infotainment) Hingga hadir stasiun tv baru yang lebih fresh dan sangat entertain. Untuk contain berita sayangnya tidak terlalu tajam.

Sekarang saya jengah dengan isi televisi, khususnya 2 newstv yang independensinya sudah sangat tergrogoti. Isi beritanya sudah tidak sangat proporsional, bahkan running text nya pun sudah layaknya kampanye. Honestly, saya merasa kecewa dengan news tv yang pernah saya favoritkan itu. Tapi, ya mau bagaimana lagi. Mereka hanya media yang memiliki pemilik. Dan independensi itu harus dimulai dari atas. Si pemilik media haruslah menjadi orang yang bersih, independen atau tidak memihak pada golongan tertentu.

Ini bukan perkara membunuh hak orang untuk memilih tetapi karena media menjadi alat penting dalam penyebaran informasi. Kalau alatnya saja tidak independen dan tidak memiliki fairness dalam penyampaian informasi, apalagi dengan isi dan kualitas informasi tersebut ?

Informasi menjadi suatu hal yang mahal di era globalisasi ini. Informasi bisa memengaruhi segalanya dan saat informasi itu salah tetapi terlanjur dipercaya oleh orang lain, maka kamu telah merusak kepercayaan itu. Orang yang rusak kepercayaannya itu bisa nggak percaya lagi dan berujung pada krisis kepercayaan. Itu yang sangat berbahaya.

Ingat, tragedi 1998 itu karena krisis kepercayaan kepada pemerintah. Kalau sekarang ?

Saya rasa makin banyak orang yang menderita krisis kepercayaan, baik kepada Lembaga Survey apalagi media yang pemiliknya adalah bagian dari partai tertentu.

Terima kasih sudah membaca. Ini hanya pengaduan soal hati dan channel favorit yang telah berganti.



0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis