Kotak ajaib itu bernama televisi. Alat yang menampilkan visual dan audio
tentang segalanya, khususnya informasi. Baik berupa hiburan, pendidikkan, iklan
dan lain hal yang sifatnya pengetahuan. Saya paling suka dengan channel newstv. Sudah hampir 8 tahun menjadi channel favorit dan bermimpi kalau suatu hari bisa menjadi bagian
penting di dalamnya. Bisa menjadi seperti salah satu idola saya yang ada di
dalamnya.
Tapi setahun belakangan ini channel
favorit saya sudah mulai bergeser. Bukan news tv yang itu lagi yang menjadi channel favorit saya. Alasannya,
presenternya banyak yang baru dan tidak sebagus presenter yang pernah ada
sebelumnya. Selain itu, ada channel
baru yang lebih fresh dan menghibur,
lebih anak muda dan Indonesia. Tetapi, tiba-tiba televisi saya tidak bisa menangkap channel itu. Dengan kata lain jadi semut
aja isinya. Baiklah, menonton tv cuma jadi aktivitas selingan (Sabtu Minggu
untuk tahu berita infotainment)
Hingga hadir stasiun tv baru yang lebih fresh dan sangat entertain. Untuk contain
berita sayangnya tidak terlalu tajam.
Sekarang saya jengah dengan isi televisi, khususnya 2 newstv yang independensinya sudah sangat
tergrogoti. Isi beritanya sudah tidak sangat proporsional, bahkan running text nya pun sudah layaknya
kampanye. Honestly, saya merasa
kecewa dengan news tv yang pernah saya favoritkan itu. Tapi, ya mau bagaimana
lagi. Mereka hanya media yang memiliki pemilik. Dan independensi itu harus
dimulai dari atas. Si pemilik media haruslah menjadi orang yang bersih,
independen atau tidak memihak pada golongan tertentu.
Ini bukan perkara membunuh hak orang untuk memilih tetapi karena media
menjadi alat penting dalam penyebaran informasi. Kalau alatnya saja tidak
independen dan tidak memiliki fairness
dalam penyampaian informasi, apalagi dengan isi dan kualitas informasi tersebut
?
Informasi menjadi suatu hal yang mahal di era globalisasi ini. Informasi
bisa memengaruhi segalanya dan saat informasi itu salah tetapi terlanjur
dipercaya oleh orang lain, maka kamu telah merusak kepercayaan itu. Orang yang
rusak kepercayaannya itu bisa nggak percaya lagi dan berujung pada krisis
kepercayaan. Itu yang sangat berbahaya.
Ingat, tragedi 1998 itu karena krisis kepercayaan kepada pemerintah.
Kalau sekarang ?
Saya rasa makin banyak orang yang menderita krisis kepercayaan, baik
kepada Lembaga Survey apalagi media yang pemiliknya adalah bagian dari partai
tertentu.
Terima kasih sudah membaca. Ini hanya pengaduan soal hati dan channel favorit yang telah berganti.
0 comments:
Post a Comment