Mana yang lebih baik? Dibohongi oleh musuh atau dibohongi oleh orang yang kita sayang ? atau dibohongi oleh orang yang kita percaya ? Atau dibohongi oleh orang terdekat kita ? jawabannya tentu saja tidak ada yang lebih baik. Karena berbohong itu saja sudah sangat tidak baik. Sekalipun membohongi diri sendiri.
Tapi memang sih tidak bisa
dipungkiri, kalau setiap orang rasanya nggak mungkin untuk nggak pernah
berbohong. Setiap manusia di dunia ini pasti pernah berbohong, baik kecil
maupun besar. Baik manis atau pahit. Tetapi, bagaimanapun juga yang namanya
dibohongi tetap saja terasa pahit dan nggak enak.
Dua tahun lalu, saya pernah dibohongi oleh seorang teman saya. Dan dua tahun kemudian saya kembali dibohongi dengan cara yang hampir sama. Kalau ditelaah lebih dalam, isi kebohongan yang saya terima 2 tahun lalu itu lebih parah dari 2 tahun sesudahnya. Tetapi kebohongan 2 tahun kemudian itu terasa menyesakkan buat saya. Bukan mempermasalahkan konten kebohongan itu, tetapi siapa yang menjadi si pembohong itu.
Dua tahun lalu, pembohongnya itu adalah mantannya teman saya. Kalau 2 tahun kemudian, pemphongnya adalah 2 teman terdekat yang sukses bekonspirasi—entah sengaja atau tidak—melukai perasaan dan kepercayaan saya.
Orang waras pasti nggak suka dibohongi, bukan begitu readers ?. Kalau Anda tidak setuju, tentu saja boleh.
Tetapi buat saya, bohong itu sudah masalah fatal. Ini soal kepercayaan. Dan menumbuhkan kepercayaan bukanlah sebuah proses meletakkan biji kacang hijau di atas kapas basah yang akan tumbuh keesokkan harinya. Buat saya, kepercayaan tidak seperti itu. Kepercayaan adalah sesuatu yang tumbuh dari dasar hati, yang terangkum dan terakumulasi dari berbagai peristiwa yang pernah terjalani, kepercayaan itu nggak tumbuh dengan instan. Kepercayaan butuh proses. Buat saya pribadi, percaya pada seseorang itu sangatlah sulit.
Kepercayaan itu penting. Terserah kalian mau mengamini atau tidak. Yang pasti, Tragedi Mei 1998 terjadi karena akumulasi dari krisis kepercayaan rakyat terhadap Soeharto.
Saya jelaskan sekali lagi kalau
saya tidak melihat isi kebohongan kalian. Tetapi, yang saya lihat adalah kalian
dan kita selama beberapa bulan ke belakang. Buat saya, bagaimana saya dengan
kalian atau bagaimana kalian dengan saya tentu saja berbeda dengan bagaimana saya
dengan mereka atau kalian dengan mereka. Terutama kita punya banyak kesamaan
hal yang disuka. Mulai dari durian, alpukat, Jepang, anime, warna, music dan
kita sama-sama melankolis. Saya kira, kita bisa sama-sama mengerti karena kita
sama-sama melankolis.
Tetapi nampaknya saya salah, sepertinya kalian tidak menganggap saya seperti bagaimana saya menganggap kalian. Karena jika kita memiliki pemikiran yang sama, mana mungkin bisa sampai hati membohongi teman terdekat.
Tetapi nampaknya saya salah, sepertinya kalian tidak menganggap saya seperti bagaimana saya menganggap kalian. Karena jika kita memiliki pemikiran yang sama, mana mungkin bisa sampai hati membohongi teman terdekat.
Yang saya sesalkan lainnya adalah kenapa harus kalian berdua yang berkonspirasi membohongi saya. Kenapa tidak cukup salah satu dari kalian saja ? tidak perlu ada jawaban karena mungkin ini adalah pertanyaan bodoh.
Saya hanya miris karena peristiwa ini terjadi setelah salah satu dosen kita menjelaskan tentang kejujuran, saya percaya kalian punya telinga yang baik. Juga otak yang excellent untuk menyaring semuanya. Tetapi, mungkin hati kalian tidur saat dosen audit kita bercerita bagaimana kejujuran dan kepercayaan berkolerasi. Sungguh disayangkan, padahal kejujuran adalah modal utama yang harusnya kita bangun sejak sekarang, sebelum kita semua benar-benar menjadi orang besar.
Tetapi sudahlah, Dosen Audit saya juga pernah bilang kalau sifat-sifat baik kita akan mengikuti. Jadi, mungkin ini adalah introspeksi diri bagi saya dan sifat-sifat saya selama ini. Kalau sampai teman terdekat saya membohongi saya itu berarti ada hal buruk yang pernah saya lakukan, entah kepada mereka atau orang lain. Entah sengaja atau tidak. Semua buat saya menjadi pembelajaran dan pendewasaan bagi saya. Mungkin, saya harus lebih menjaga sikap ke setiap orang. Harus lebih memperbaiki diri.
Yang jelas, yang saya sadari atas semua ini adalah apakah (masih) bisa kita percaya pada orang yang begitu kita percayakan sebelumnya tetapi kemudian membohongi kita ?
Nobody knows, readers.
1 comments:
sabar yaaa
Post a Comment