Saya pernah dengar, kalau katanya
air mata itu 1% air dan 99% nya merupakan perasaan. Saya percaya, kita semua
tentunya pernah mengeluarkan air mata. Menangis. Menangis tidak selalu buruk.
Ingat, kapan pertama kali kita menangis? Ya, saat pertama kali melihat dunia.
Saat keluar dari rahim seorang wanita perkasa, bernama ibu. Saya juga tidak
mengerti kenapa harus tangis yang keluar saat kita melihat dunia. Apa karena
kita akan memasuki dunia yang lebih keras dari sebelumnya? Entahlah, yang pasti
kalau tidak ada tangisan, justru mengkhawatirkan bukan?
Lalu, saat kita mulai tumbuh
dewasa, menangis menjadi hal yang harus kita hindari. Kebanyakan orang
menganggap kalau orang yang mudah menangis berarti cengeng. Tetapi, tidak bisa dipungkiri, kalau kita mungkin pernah
menangis hanya karena menonton sebuah film, mendengarkan lagu, membaca buku, atau
mungkin hanya dengan membaca status mantan. Ups haha.
Dari segelintir film yang pernah
saya tonton, maka yang sukses membuat saya mengeluarkan air mata ataupun
berkaca-kaca adalah film Sang Pemimpi, Laskar Pelangi, Buku Harian Nayla, One
Litre of Tears, Silent, dan Endless Love.
Endless Love adalah yang paling
dahsyat, karena sukses membuat saya menangis ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Yang membuat saya menangis
adalah scene Eun Soo nggak mau ikut
ibunya ke Amerika.
Lalu, scene dimana Aya Kitou harus mendengar keluhan teman-temannya atas
penyakit langka yang menyusahkan teman-temannya pada One Litre of Tears (SMP)
juga membuat saya “banjir”.
Kematian Vic Zhou di akhir cerita
Silent, karena kanker perut juga membuat saya terharu pada zaman SMP.
Meski Buku Harian Nayla adalah
sinetron jiplakan dari One Litre of Tears, nyatanya acting Chelsea Olivia tetap
mampu membuat saya menangis saat SMP.
Kemudian, beranjak SMA saya
menangis melihat ketidakmampuan Lintang melanjutkan sekolahnya karena
ayahnya—yang merupakan nelayan—meninggal dunia pada Laskar Pelangi.
Saat ayahnya Ikal membonceng Ikal
dengan sepeda tuanya di Sag pemimpi, saya juga berkaca-kaca.
Sementara dari buku-buku yang
pernah saya baca, yang sukses membuat saya menitikkan air mata adalah Summer
Breeze (Orizuka), Perahu Kertas (Dee), Negeri 5 Menara (A.Fuadi), Ayat-Ayat
Cinta (Habiburrahman El Shirazy).
Summer Breeze adalah novel yang
membuat saya menangis, bahkan hingga 2 kali. Kematian Ares dan penyakit
disleksia yang dideritanya sungguh menyentuh hati. Saya membaca buku ini ketika
duduk di bangku SMP. Begitu juga dengan Ayat-Ayat Cinta. Isi buku harian Mariam
membuat saya meneteskan air mata perlahan.
Saat duduk di bangku SMA, Perahu
Kertas milik Dee hanya cukup membuat saya berkaca-kaca. Tepatnya di bagian
kematian Jendral Pilik. Rasanya sedih, tapi tidak sampai menitikkan air mata.
Begitu juga saat kepergian Baso meninggalkan Pondok Madani untuk merawat neneknya
yang sebatang kara pada Negeri 5 Menara, karangan A.Fuadi. saya membacanya saat
menjadi mahasiswa.
Kalau soal lagu, terlalu banyak
lagu yang menyesakkan perasaan tetapi tidak ada satupun yang bisa membuat saya
bisa menangis.
Kalau ditelaah lagi, semakin ke
sini, film-film dan buku-buku yang pernah saya ketahui isinya tidak berhasil
membuat saya menangis banjir seperti saat SMP. Mungkin karena, semakin
bertambahnya usia, maka semakin bisa tegar atau memahami kalau semuanya
hanyalah fiksi.
Ingat sekali, teman saya
merekomendasikan sebuah anime yang katanya akan memebuat saya menangis. Judulnya
Clannad. Sampai detik ini, saya belum menontonnya karena episodenya cukup
banyak. Mungkin akan membutuhkan waktu berhari-hari.
Sebenarnya, untuk membuat sayaa
menangis haru, saya tidak perlu waktu berjam-jam menyelesaikan sebuah film atau
buku. Dalam hitungan menit, saya bisa langsung menangis setiap kali mendengar
seorang mempelai wanita meminta izin untuk menikah dalam proses akad nikah. Saya
juga tidak mengerti akan emosi yang tidak lazim ini, yang jelas saya sungguh
mengalaminya. Sudah 3 kali saya menghadiri akad nikah saudara saya, dan 2 dari
3 itu sukses membuat saya berkaca-kaca, bahkan yang terakhir membuat saya
meluncurkan setitik air bening tanpa henti.
Kadang, kita memang butuh sesuatu
yang riil, bukan fiksi. Karena kalau sudah begitu perasaanlah yang bermain,
seperti yang saya katakan di awal. Air mata itu 1% nya air dan 99 % nya perasaan.
Jadi, kalau Anda sampai membuat sesorang menangis, maka Anda telah mengenai
perasaannya begitu dalam. Bisa bahagia, bisa juga duka. Hanya Anda yang tahu.
0 comments:
Post a Comment