March 15, 2013

What are you crying for ?






Saya pernah dengar, kalau katanya air mata itu 1% air dan 99% nya merupakan perasaan. Saya percaya, kita semua tentunya pernah mengeluarkan air mata. Menangis. Menangis tidak selalu buruk. Ingat, kapan pertama kali kita menangis? Ya, saat pertama kali melihat dunia. Saat keluar dari rahim seorang wanita perkasa, bernama ibu. Saya juga tidak mengerti kenapa harus tangis yang keluar saat kita melihat dunia. Apa karena kita akan memasuki dunia yang lebih keras dari sebelumnya? Entahlah, yang pasti kalau tidak ada tangisan, justru mengkhawatirkan bukan?

Lalu, saat kita mulai tumbuh dewasa, menangis menjadi hal yang harus kita hindari. Kebanyakan orang menganggap kalau orang yang mudah menangis berarti cengeng. Tetapi, tidak bisa dipungkiri, kalau kita mungkin pernah menangis hanya karena menonton sebuah film, mendengarkan lagu, membaca buku, atau mungkin hanya dengan membaca status mantan. Ups haha.

Dari segelintir film yang pernah saya tonton, maka yang sukses membuat saya mengeluarkan air mata ataupun berkaca-kaca adalah film Sang Pemimpi, Laskar Pelangi, Buku Harian Nayla, One Litre of Tears, Silent, dan Endless Love.

Endless Love adalah yang paling dahsyat, karena sukses membuat saya menangis ketika  masih duduk di bangku  Sekolah Dasar. Yang membuat saya menangis adalah scene Eun Soo nggak mau ikut ibunya ke Amerika.

Lalu, scene dimana Aya Kitou harus mendengar keluhan teman-temannya atas penyakit langka yang menyusahkan teman-temannya pada One Litre of Tears (SMP) juga membuat saya “banjir”.

Kematian Vic Zhou di akhir cerita Silent, karena kanker perut juga membuat saya terharu pada zaman SMP.

Meski Buku Harian Nayla adalah sinetron jiplakan dari One Litre of Tears, nyatanya acting Chelsea Olivia tetap mampu membuat saya menangis saat SMP.

Kemudian, beranjak SMA saya menangis melihat ketidakmampuan Lintang melanjutkan sekolahnya karena ayahnya—yang merupakan nelayan—meninggal dunia pada Laskar Pelangi.

Saat ayahnya Ikal membonceng Ikal dengan sepeda tuanya di Sag pemimpi, saya juga berkaca-kaca.

Sementara dari buku-buku yang pernah saya baca, yang sukses membuat saya menitikkan air mata adalah Summer Breeze (Orizuka), Perahu Kertas (Dee), Negeri 5 Menara (A.Fuadi), Ayat-Ayat Cinta (Habiburrahman El Shirazy).

Summer Breeze adalah novel yang membuat saya menangis, bahkan hingga 2 kali. Kematian Ares dan penyakit disleksia yang dideritanya sungguh menyentuh hati. Saya membaca buku ini ketika duduk di bangku SMP. Begitu juga dengan Ayat-Ayat Cinta. Isi buku harian Mariam membuat saya meneteskan air mata perlahan.

Saat duduk di bangku SMA, Perahu Kertas milik Dee hanya cukup membuat saya berkaca-kaca. Tepatnya di bagian kematian Jendral Pilik. Rasanya sedih, tapi tidak sampai menitikkan air mata. Begitu juga saat kepergian Baso meninggalkan Pondok Madani untuk merawat neneknya yang sebatang kara pada Negeri 5 Menara, karangan A.Fuadi. saya membacanya saat menjadi mahasiswa.

Kalau soal lagu, terlalu banyak lagu yang menyesakkan perasaan tetapi tidak ada satupun yang bisa membuat saya bisa menangis.

Kalau ditelaah lagi, semakin ke sini, film-film dan buku-buku yang pernah saya ketahui isinya tidak berhasil membuat saya menangis banjir seperti saat SMP. Mungkin karena, semakin bertambahnya usia, maka semakin bisa tegar atau memahami kalau semuanya hanyalah fiksi.

Ingat sekali, teman saya merekomendasikan sebuah anime yang katanya akan memebuat saya menangis. Judulnya Clannad. Sampai detik ini, saya belum menontonnya karena episodenya cukup banyak. Mungkin akan membutuhkan waktu berhari-hari.

Sebenarnya, untuk membuat sayaa menangis haru, saya tidak perlu waktu berjam-jam menyelesaikan sebuah film atau buku. Dalam hitungan menit, saya bisa langsung menangis setiap kali mendengar seorang mempelai wanita meminta izin untuk menikah dalam proses akad nikah. Saya juga tidak mengerti akan emosi yang tidak lazim ini, yang jelas saya sungguh mengalaminya. Sudah 3 kali saya menghadiri akad nikah saudara saya, dan 2 dari 3 itu sukses membuat saya berkaca-kaca, bahkan yang terakhir membuat saya meluncurkan setitik air bening tanpa henti.

Kadang, kita memang butuh sesuatu yang riil, bukan fiksi. Karena kalau sudah begitu perasaanlah yang bermain, seperti yang saya katakan di awal. Air mata itu 1% nya air dan 99 % nya perasaan. Jadi, kalau Anda sampai membuat sesorang menangis, maka Anda telah mengenai perasaannya begitu dalam. Bisa bahagia, bisa juga duka. Hanya Anda yang tahu.




0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis