March 31, 2013

Memilih Dipilih



Saya sering mendengar sebuah ungkapan yang berbunyi seperti ini, “Life is a  Choice.” Ya, hidup adalah sebuah pilihan, karena dalam kehidupan kita tidak pernah tidak untuk dihadapkan oleh berbagai pilihan. Kadang pilihan itu terasa menyulitkan, tetapi ada banyak orang yang justru kehilangan pilihan atau bahkan tidak punya pilihan.

Contohnya ? banyak sekali. Anak-anak kecil yang bertelanjang kaki dan berpindah dari satu mobil ke mobil lainnya di lampu merah salah satunya. Bisa dikatakan kalau mereka adalah orang-orang yang tidak punya pilihan.

Dan saat orang-orang seperti mereka dihadapkan sebuah pilihan, yaitu memilih seorang pemimpin, maka di situlah mereka menggantungkan harapan. Sama halnya dengan kita yang harus memilih ketua kelas di kelas misalnya. Menjadi pilihan yang sulit untuk memilih jika keduanya memilii kelebihan masing-masing dan akan menjadi begitu mudah jika ada kepentingan di belakangnya.

Seperti banyak orang terkenal di Indonesia yang selalu berkoar kalau negeri kita adalah demokrasi, maka Pemilu (Pemilihan Umum) bukanlah hal yang asing bagi kita. Apalagi, hampir setiap hari rasanya selalu ada Pilkada di negeri ini. Mulai dari pemilihan Walikota dan wakilnya, Gubernur beserta wakilnya, dsb.

Beberapa hari lalu, kampus saya menjalankan Pemilihan Umum tingkat Jurusan dan Fakultas (BEMJ dan BEMF). Ada KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai panitia penyelenggaranya di sini. Isnya adalah para teman-teman saya yang independen dan juga merupakan mahasiswa.

Yang ingin saya soroti dalam postingan kali ini bukanlah bagaimana proses itu berlangsung. Tetapi makna memilih dan dipilih. Memilih seorang pemimpin (meski skalanya hanya BEM) tetap merupakan sebuah proses yang tidak seharusnya sembarangan dilakukan. Begitu juga orang yang dipilih, tentunya tidak boleh orang yang asal-asalan.

Setiap pemimpin yang dipilih memiliki banyak gantungan harapan yang digantungkan oleh para pemilihnya. Dan si pemilih itu seharusnya cerdas dalam memilih. Saya sulit mengerti, meski juga bertanya-tanya dan penasaran. Mengapa ada segelintir orang yang bisa dengan setia mendukung dan memilih seorang sosok yang belum tenu baik adanya? Loyalitas macam apa yang bercokol dalam diri mereka ? kebanyakan yang saya tahu, tidak sedikit orang-orang yang merasa paling benar dan rela berkobar demi si calon, meski sesungguhnya si pemilih ini tidak paham betul akan si calon. Mungkinkah ini karena paksaan kepentingan sebuah golongan?

Saya tidak tahu. Hanya tidak habis pikir, ada orang yang rela berletih lelah untuk suatu hal yang sebenarnya tidak mereka pahami dengan baik. Apa tenaga mereka dibayar? Entahlah. Menjadi pemimpin juga bukan asal-asalan. Memimpin itu amanah. Kalau kamu dipercayakan menjadi seorang pemimpin, artinya bebanmu bertambah, karena amanah yang kamu emban sekarang menjadi bertambah.

Apapun itu, marilah menjadi pemilih  yang cerdas dan pemimpin yang amanah.

Terima kasih untuk waktunya

0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis