Ini hari pertama di minggu kedua
di bulan Juli dan rasanya membosankannnnn sekali.
Cuaca panas melengkapi kebosanan
atau bahkan menghadirkan emosi. *Sigh
Yaa manusia memang begitu, kalau
panas mengeluh. Jika diberi hujan, malah ingin panas. Tapi begitulah manusia.
Tidak pernah puas.
Seperti pikiran menggelitik yang
pernah hadir dalam kepala saya sesekali atau bahkan kepala readers, mungkin?
Pernah terlintas dalam isi kepala
saya, saya ingin kembali ke kehidupan masa kecil saya. Menjadi anak-anak.
Bermain, berlari, menari, tertawa, riang gembira. Tak pernah kenal masalah. Tak
pernah peduli bagaimana hari esok. Tak peduli bagaimana orang lain atau dengan
masalah besar. Karena dunia selalu menampakkan senyum dan tawanya untuk saya.
Untuk saya sambut dengan riang gembira menjalani hidup ini.
Sebenarnya ironis, karena saat
menjadi anak kecil pernah juga bermain untuk menjadi orang dewasa. Ingin cepat
dewasa. Ingin bebas ‘merangkul’ segalanya, bisa bermain apa saja dan kemana
saja tanpa ada kungkungan. Menjadi orang yang disegani dan punya banyak uang
untuk beli apa saja.
Lalu, apa perbedaannya?
Seorang dewasa yang ingin kembali
menjadi anak kecil karena mereka tahu bagaimana hidup ini. karena mereka tahu
bagaimana menjadi orang dewasa dan bagaimana menjadi anak kecil. Orang dewasa
tidak seindah apa yang dibayangkan anak kecil. Mereka harus peduli dengan orang
lain, dengan masalah lain. Masalah yang hadir. Mereka tidak bisa lagi menutup
mata atau telinga dan hanya bermain, layaknya anak kecil. Mereka juga harus
peduli dengan keadaan sekitar. Itulah orang dewasa.
Sementara anak kecil yang ingin
menjadi dewasa, karena mereka tidak tahu bagaimana sesungguhnya orang dewasa
itu, kalau mereka tahu betapa sulitnya kehidupan orang dewasa, mereka tentu
tidak ingin terburu-buru menjadi orang dewasa.
Sebenarnya terlalu menggurui dan
‘agak nggak jelas ya postingan kali ini. mengapa begitu? Karena saya sendiri
belum benra-benar bisa dikatakan dewasa.
Tapi saya menyadari, masalah
kanan kiri mulai hinggap. Omongan orang juga sudah mulai hinggap. Saya bisa
diam saja, tetap Be Myself, No Matter What They Said (seperti tagline salah satu radio). Tetapi tidak
begitu. Menurut saya, apa kata orang, bagaimana keadaan sekitar perlu didengarkan
dan didiskusikan dalam diri masing-masing, untuk jadi perubahan dan intropeksi
diri.
Nah, itu bedanya orang dewasa dan
anak kecil.
Honestly, tulisan ini tidak punya
kerangka yang kuat dalam pikiran saya. Jadi, mungkin terlihat berantakan dan
nggak nyambung atau mungkin ada yang bertanya ‘mau dibawa kemanaa?’ arah
pembicaraan ini. haha. Terserah saja.
Hanya ingin mengganti kejenuhan
yang saya rasakan dengan mengisi label imo. Selain itu, hanya ingin berbagi
kalau apa yang saya rasakan ini menemukan soundtracknya
agar lebih semangat dan menerima masa yang harus saya jalani saat ini.
A tricky thing is yesterday
We were just children, playing
soldiers
Just pretending dreaming dreams
with happy endings
In backyards, winning battles
with our wooden swords
But now we’ve stepped into a
cruel world where everybody stands to keep score.
Everybody’s waiting for you to
breakdown
Everybody’s watching to see the
fallout
Even when you’re sleeping,
sleeping
Keep your eyes open
Keep your eyes open
(Taylor Swift – Eyes Open)
0 comments:
Post a Comment