July 10, 2012

Children and Mature





Ini hari pertama di minggu kedua di bulan Juli dan rasanya membosankannnnn sekali.
Cuaca panas melengkapi kebosanan atau bahkan menghadirkan emosi. *Sigh

Yaa manusia memang begitu, kalau panas mengeluh. Jika diberi hujan, malah ingin panas. Tapi begitulah manusia. Tidak pernah puas.
Seperti pikiran menggelitik yang pernah hadir dalam kepala saya sesekali atau bahkan kepala readers, mungkin?

Pernah terlintas dalam isi kepala saya, saya ingin kembali ke kehidupan masa kecil saya. Menjadi anak-anak. Bermain, berlari, menari, tertawa, riang gembira. Tak pernah kenal masalah. Tak pernah peduli bagaimana hari esok. Tak peduli bagaimana orang lain atau dengan masalah besar. Karena dunia selalu menampakkan senyum dan tawanya untuk saya. Untuk saya sambut dengan riang gembira menjalani hidup ini.

Sebenarnya ironis, karena saat menjadi anak kecil pernah juga bermain untuk menjadi orang dewasa. Ingin cepat dewasa. Ingin bebas ‘merangkul’ segalanya, bisa bermain apa saja dan kemana saja tanpa ada kungkungan. Menjadi orang yang disegani dan punya banyak uang untuk beli apa saja.

Lalu, apa perbedaannya?
Seorang dewasa yang ingin kembali menjadi anak kecil karena mereka tahu bagaimana hidup ini. karena mereka tahu bagaimana menjadi orang dewasa dan bagaimana menjadi anak kecil. Orang dewasa tidak seindah apa yang dibayangkan anak kecil. Mereka harus peduli dengan orang lain, dengan masalah lain. Masalah yang hadir. Mereka tidak bisa lagi menutup mata atau telinga dan hanya bermain, layaknya anak kecil. Mereka juga harus peduli dengan keadaan sekitar. Itulah orang dewasa.

Sementara anak kecil yang ingin menjadi dewasa, karena mereka tidak tahu bagaimana sesungguhnya orang dewasa itu, kalau mereka tahu betapa sulitnya kehidupan orang dewasa, mereka tentu tidak ingin terburu-buru menjadi orang dewasa.

Sebenarnya terlalu menggurui dan ‘agak nggak jelas ya postingan kali ini. mengapa begitu? Karena saya sendiri belum benra-benar bisa dikatakan dewasa.
Tapi saya menyadari, masalah kanan kiri mulai hinggap. Omongan orang juga sudah mulai hinggap. Saya bisa diam saja, tetap Be Myself, No Matter What They Said (seperti tagline salah satu radio). Tetapi tidak begitu. Menurut saya, apa kata orang, bagaimana keadaan sekitar perlu didengarkan dan didiskusikan dalam diri masing-masing, untuk jadi perubahan dan intropeksi diri.

Nah, itu bedanya orang dewasa dan anak kecil.

Honestly, tulisan ini tidak punya kerangka yang kuat dalam pikiran saya. Jadi, mungkin terlihat berantakan dan nggak nyambung atau mungkin ada yang bertanya ‘mau dibawa kemanaa?’ arah pembicaraan ini. haha. Terserah saja.
Hanya ingin mengganti kejenuhan yang saya rasakan dengan mengisi label imo. Selain itu, hanya ingin berbagi kalau apa yang saya rasakan ini menemukan soundtracknya agar lebih semangat dan menerima masa yang harus saya jalani saat ini.


A tricky thing is yesterday
We were just children, playing soldiers
Just pretending dreaming dreams with happy endings
In backyards, winning battles with our wooden swords
But now we’ve stepped into a cruel world where everybody stands to keep score.

Everybody’s waiting for you to breakdown
Everybody’s watching to see the fallout
Even when you’re sleeping, sleeping
Keep your eyes open
Keep your eyes open


(Taylor Swift – Eyes Open)

0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis