February 10, 2012

Valentine 2004

“Orang yang nulis diary itu adalah orang yang nggak bisa berkomunikasi dengan orang lain”, papar Rio—cowok berkulit gelap yang berada di layar kaca.

Aku langsung meraih remote tv dan menekan tombol power. Kata-kata itu sungguh menyinggungku—orang yang menjadikan menulis buku harian sebagai hobinya. Tidak bisa dipungkiri, perkataan cowok itu langsung menusuk diriku. Aku memang sulit memulai pembicaraan dengan orang lain, khususnya dengan orang yang baru kukenal. Tetapi, aku tidak akan berhenti bicara saat sedang bergumul dengan orang-orang yang telah lama kukenal.

Kata-kata itu menghipnotisku. Meruntuhkan moodku malam ini. Mau apa ya? Tanyaku dalam hati. Aku memilih kamar, membuka laci tempat diaryku bersarang. Aku hampir meraih diaryku sampai tetapi aku urungkan.

Perkataan itu menjadi begitu brengsek dan menyebalkan, terus berputar dalam benakku. Mataku terhenti pada sebuah diary berwarna biru yang sampulnya bergambar Barbie. Diaryku saat berumur 11 tahun.

Aku meraihnya. Banyak tulisan tanganku saat itu yang menceritakan berbagai peristiwa yang terjadi saat aku duduk di Sekolah Dasar, tepatnya kelas 6. cerita keseharianku bersama sahabat-sahabatku, cinta monyet yang sekaligus cinta pertamaku—yang bertepuk sebelah tangan.

Sejak kelas 4 SD, aku mulai menulis diary. Tidak tahu apa awal mulanya. Tetapi ceritanya hanya sekilas dan tidak mendetail. Saat berada di kelas 1 SMP, aku sempat berhenti melakukan rutinitas itu, tetapi kemudian berlanjut hingga sekarang. Hingga usiaku hampir meninggalkan masa remaja, yaitu 19.

Aku hanya menyusuri halaman demi halaman dengan sekilas, hingga mataku tertuju pada halaman yang bertanggalkan 16-02-04. Betapa terkejutnya aku, saat menemui sebuah cerita yang berada di akhir halaman.

Oh iya, hari ini Vrendy ngasih aku dan Yessy coklat. Vrendy dan Riduan patungan beli coklat itu buat kami, Rizky yang ngasih tahu itu ke aku

Aku ternganga. Menekan tombol rewind dalam otak, mencari dalam draft ingatan. Tetapi aku tak menemukannya. Hanya samar-samar. Benarkah? Benarkah kejadian itu pernah menjadi bagian dari cerita hidupku.

Alangkah so sweet nya mereka, batinku dalam hati.

Aku kembali membuka ingatanku.

Saat berada di bangku Sekolah Dasar, kami memang sangat polos. Mengikuti berbagai hal yang ngetren saat itu. Tahap imitasi, begitulah dalam bahasa sosiologi. Suka meniru. Salah satunya adalah ciri khas valentine.

Aku dan sahabat-sahabatku bertukar kado saat hari valentine, tetapi aku lupa kalau pernah makan coklat itu. Setelah itu, aku tidak lagi pernah merayakan valentine, mengucapkannyapun tidak. Karena aku sudah bertabur informasi, kalau kami umat Muslim tidak boleh merayakan valentine.

Valentine atau hari kasih sayang harus tercipta setiap hari, bukan dikhususkan pada tanggal 14 Februari itu. Tetapi Valentine 2004 menjadi sebuah kenangan yang hampir terkubur dalam ingatanku.

Aku masih tersenyum kecil sendiri. Sekelebat pikiran muncul dalam benakku.

Orang yang menulis diary itu bukannya tidak bisa berkomunikasi dengan orang lain, tetapi orang yang menulis diary itu justru mengabadikan setiap peristiwa yang ada—yang mungkin akan kita lupakan, karena daya ingat manusia begitu terbatas. Dan kenangan yang diabadikan dalam buku hariannya itu yang menjadikan orang tersebut tak berhenti menjalin komunikasi dengan orang lain

Seketika kukirim pesan singkat pada Yessy :

Yes, ingat gak? Valentine 2004, kita pernah dapet coklat dari Riduan sama Vrendy? Mereka patungan beli coklat untuk kita?

Sent.

Lalu, sebaris pesan juga kukirim pada Riduan :

Riduan, ingat nggak ? Lo sama Vrendy pernah patungan beli coklat buat gue sama Yessy?

Sent.

Beep. Beep. Sebuah pesan dari Yessy :

Hah iya apa fit? Gue lupa, tapi gue pernah ngerasa mkan coklat bareng lo pas valentine, ga tau darimana. Yaampun so sweet bgt mereka ya

Beep. Beep. Sebuah pesan dari Riduan :

Haha sumpah klo itu mah inget banget gue :D . haha susah payah ngumpulin buat beli coklat

Aku tersenyum membaca dan mengetahuinya, juga mengingatnya.


0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis