January 31, 2012

Memories


Aku kembali menjejakkan kaki di sebuah tempat yang hampir 7 tahun ini tak kudatangi. Tak ada kerikil atau debu yang tersibak begitu angin berhembus. Tak ada lagi suara yang dihasilkan manakala sepatu menginjak kerikil. Aku berpijak pada halaman yang kini telah beraspal hitam pekat.

Mataku tertuju kepada mereka—lima gadis cantik—yang duduk menungguku di bawah pohon mangga. Pandanganku juga tak bisa dikatakan luput oleh empat orang lelaki yang bercengkrama di atas motor mereka, yang juga menungguku dan yang lainnya. Mereka adalah temanku, teman 6 tahunku yang tak kutemui selama 7 tahun.

Pelukan hangat itu datang, disusul canda dan tawa. Pohon mangga yang berada di hadapanku terasa berbeda. 7 tahun lalu, rasanya pohon ini begitu tinggi untukku dan juga yang lainnya. Perlu perjuangan untuk menaiki semen yang menyelimuti pohon mangga yang dibentuk khusus melingkar sebagai tempat duduk itu rasanya. Perlu melompat untuk turun dari tempat itu. Kini, kami duduk—di semen yang dirancang khusus sebagai tempat duduk itu yang mengelilingi pohon mangga—dengan kaki menjejak ke tanah. Kami bertambah tinggi? Ataukah pohon mangga ini yang menyusut? Oh rasanya yang ke-2 tidaklah rasional.

Mataku menyapu keadaan sekitar. Bangunan ini berubah secara kasat mata. Meski tetap memiliki 2 lantai, bangunan ini tak mampu menyembunyikan pancaran warna kuning dan hijau yang menyelimuti di setiap sudut bangunan. Bangunan ini semakin ramai dengan ‘pernak pernik’ di sana sini. Dan..seperti yang telah diceritakan banyak orang kepadaku. Taman tempat kami bermain itu kini telah digantikan oleh kokohnya bangunan yang disebut sebagai Taman Kanak-Kanak.

Tiang bendera yang 7 tahun lalu berada di Timur, kini berada di Utara.

Angin sore membelai kami semua yang berada di sana, seolah menyambut dan menyampaikan rasa rindunya kepada kami. Terasa menyejukkan dan nyaman. Hari semakin gelap. Kami melangkahkan kaki menuju koridor menuju toilet.

Kini, di setiap ruangan tertera plang yang menunjukkan nama ruangan dengan 2 bahasa. Penempatan ruangan tidak berbeda sejauh ini. Koridor itu masih sama. Laboraturium, UKS, Gudang, Toilet dan di sisi sebelah kiri adalah ruangan Kelas 2.

Di sepanjang koridor laboraturium terdapat rak yang berisi bacaan—entah apa—dan lemari kaca berisikan berbagai macam piala. Piala itu baru, berkisar antara tahun 2009. ya, 4 tahun setelah kepergian kami.

Ruang UKS (Unit Kesehatan Sekolah) terasa lebih ‘hidup’ dengan jadwal kelompok kerja yang terpampang di sebelahnya. Padahal, 7 tahun yang lalu, UKS dan gudang seperti ruangan yang begitu tertutup dan menyeramkan bagi kami. Toilet yang diperuntukkan bagi guru dahulunya, kini menjadi toilet wanita. Sedangkan toilet yang berada di pojok—yang begitu menyeramkan bagi kami dulunya—yaitu toilet siswa kini menjadi toilet pria.

Dinding di sepanjang koridor toilet kini menjadi ramai berhiaskan foto acara Kompetisi Seni maupun Buka Puasa Bersama. Lewat foto itu, aku memandangi wajah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa yang sempat kukenal dan tersisa. Berharap bisa bertemu dengan mereka secara langsung, tapi bukan malam ini tentunya.

Aku mengintip ruangan yang pernah menjadi tempatku belajar saat kelas 2. Di dalamnya berisikan ‘pernak pernik’ lain yang lebih ramai. Pengaturan meja dan kursi sangat jauh berbeda dibandingkan saat aku berada di dalamnya. Penataannya terkesan jauh dari monoton dan penuh inovasi.

Aku tak bisa memungkiri perasaan yang berkecamuk dalam hatiku. Sepertia ada yang berbeda dari setengah bangunan ini. Ada yang berubah, terlepas dari warna cat dan ‘pernak pernik’ di sana sini. Bangunan ini menjadi terasa sempit untukku. Koridor ini menjadi begitu sempit. Seingatku, dahulu kami harus berlari sepanjang koridor menuju toilet—yang berada di ujung koridor—. Tetapi sekarang, koridor ini tidak terlalu panjang ternyata.

Ya, bangunan ini menjadi sempit. Meski belum seluruhnya kami telusuri—karena hari sudah gelap dan penerangan sangat terbatas—setidaknya setengah koridor ini sudah cukup mewakili.

Jadi ingat Raditya Dika dalam bukunya Manusia Setengah Salmon.

“untuk melakukan pencapaian lebih, kita tak bisa hanya bertahan di tempat yang sama. Tidak ada kehidupan lebih baik yang bisa didapatkan tanpa melakukan perpindahan”

Ya, alasan itulah yang membuat kami ‘pindah’ dengan harapan mencapai hal yang lebih baik, meniti impian kami.

Kami duduk dan berbincang di bawah cahaya lampu di koridor Laboraturium. Kami seolah memperkosa habis ingatan yang pernah ada di Sekolah Dasar kami tercinta, SDN Bangka 01 Pagi. Kami mengupas habis semua peristiwa yang pernah kami lalui. Memutar roll film kenangan dalam ingatan masing-masing. Sungguh, ingin rasanya roll film itu diputar di sebuah layar lalu disaksikan bersama dan tertawa bersama. Tetapi nyatanya kami tenggelam dalam awan-awan yang kami ciptakan sendiri sambil saling mengingatkan.

Kenangan bermain karet, sikat gigi di sekolah setiap hari Jumat, teman sekelas yang pup di celana, nasi uduk 500 perak, tempe bihun dan sambal kacang yang antre di kantin, kehebohan hantu Mr.Gepeng, bermain buaya-buayan di kolam taman, bermain AFI, bermain peran menjadi dokter dan pasien rumah sakit jiwa, pramuka di setiap sabtu yang panas, bermain bola bekel, meminjam sepatu teman yang beroda, perkemahan Sabtu Minggu di sekolah.

Cat kuning dan hijau bisa menghapus cat krem dan coklat tua yang menjadi pemandangan kami sehari-hari di 7 tahun yang lalu, tetapi tak bisa menghapus setiap kenangan kami di draft pikiran masin-masing.

Malam itu, hari Sabtu. Waktu yang kami korbankan dengan orang-orang tersayang untuk orang tersayang lainnya. Dengan tujuan mengunjungi rumah guru agama kami yang telah berpulang seminggu yang lalu, kami sekaligus menjejakkan kaki kami di tempat pertama kali kami bertemu.

Kehilangan seseorang justru menjadikan orang lain bersatu, reuni. Sepertinya itu pilihan kata yang tepat.

Terima Kasih. Tour ini belum selesai, belum ada setengahnya bahkan. Kami akan kembali. Lagi.


3 comments:

iswara said...

bikin nopel pit

Fitria Wardani said...
This comment has been removed by the author.
Fitria Wardani said...

amiin ji. ntar dah kalo ilmunya udah banyak.

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis