August 6, 2013

Ramadhan Ini...




Saya tidak pernah mengira kalau rutinitas yang berlangsung selama 15 hari berturut-turut bisa menciptakan rindu tersendiri saat kita meninggalkannya. Setidaknya itu yang saya rasakan saat bangun di Sabtu pagi—awal hari libur sesungguhnya bagi saya setelah freelance 15 hari di Ramadhan ini.

Tiba-tiba saya merindukan menunggu Kopaja AC S602 rute Ragunan-Monas di Halte Warung Jati, rindu suasana di dalam bis, menyelami wajah per wajah yang kiranya akan turun di halte selanjutnya agar saya bisa mendapatkan tempat duduknya. Berjalan cepat-cepat menyusuri jembatan penerbangan dari Halte TransJakarta Karet yang bunyinya bergemuruh. Tapi, percayalah readers kalau jarang sekali ada orang yang jalannya pelan di jembatan penyebrangan itu. Semuanya melangkahkan kakinya dengan cepat, seolah berlomba dengan waktu.

Aneh sih, saya merasa sedih karena tidak akan lagi melewati semua rutinitas tersebut. Padahal kalau dipikir, rutinitas itu begitu melelahkan tenaga dan menguras waktu. Tetapi, mungkin saya menikmatinya. Mengamati satu per satu wajah masyarakat di Jakarta di dalam bus ataupun di luar. Khususnya di Ramadhan ini.

Meski Jakarta itu keras dan katanya masyarakat kota itu individualis tetapi saya rasa tidak semua. Sekedar share, saya pernah terkesima melihat seorang wanita yang sedang memegang Al Quran di tangannya—di tengah padatnya penumpang dalam Kopaja AC S602—dan sekaligus membacanya. Masih di Bis yang sama, pada hari berbeda, tepatnya di belakang saya, saya mendengar seorang bapak yang membaca Al Quran melalui tabletnya.

Kalau melihat 2 orang di atas, saya rasa bukankah malu jika kita yang kebanyakan tidak memiliki aktivitas di Ramadhan ini justru menggunakannya untuk tidur atau hal tidak berguna lainnya. Sementara mereka di sela kesibukannya bekerja dan terhimpit kemacetan Jakarta, seolah tidak ingin melewatkan ‘great sale pahala’ yang ditawarkan Allah pada Ramadhan ini.

Pada konteks lain adalah soal keindahan berbagi. Saya tidak pernah menyangka kalau ta’jil on the road menciptakan kebahagiaan tersendiri pagi pengendara di jalan, khususnya yang terjebak macet dan tidak menyiapkan apapun untuk berbuka puasa.

Sedikit share lagi soal saya yang saat itu tidak menyiapkan apapun untuk berbuka puasa. Karena saya pikir setidaknya pukul 17.30 saya telah berada di Ciputat, saya memutuskan untuk membeli minuman di sana saja. Tetapi, siapa sangka kalau saya harus menunggu APTB rute Ciputat-Kota selama hampir 1 jam (16.15-17.15) di Halte Karet. Alhasil saya masih berada di APTB (kalau tidak salah di daerah Radio Dalam) saat Azan Magrib berkumandang.

Kebanyakan orang telah mempersiapkan bekal untuk buka puasa di jalan, kecuali saya. Ada seorang bapak bapak yang mukanya agak bule membagikan makanannya—entah apa—kepada beberapa penumpang di dekatnya. Tentu saja saya tidak dapat karena tidak berada di dekatnya, selain itu gak ngarep juga sih. Tetapi, siapa sangka saat saya sedang menyapukan pandangan ke kanan dan kiri, seorang bapak tua tiba-tiba ‘menangkap’ mata saya dan mengangkat segelas botol air mineral sebagai isyarat menawarkan pada saya.

Saya hanya tersenyum saat itu, juga mengangguk sebagai isyarat terima kasih dan…penolakan ? oke mungkin lebih tepatnya malu-malu karena bapak itu saja hanya berbuka puasa dengan sebotol kecil air mineral. Masa iya dibagi dua dengan saya, kesannya nggak tahu diri sekali saya. Lagipula, kami terpaut sekitar 3 kursi (dia duduk dan saya berdiri). Dan ternyata bapak itu menundukkan kepala dan mengambil sesuatu dari goody bag biru nya…sebotol kecil air mineral lainnya yang diberikan untuk saya. Sangat-sangat berterima kasih kepada bapak #nomention itu.

Pesan dari postingan ini adalah di hiruk pikuk kemacetan dan kerasnya Jakarta, masih tersimpan manusia baik hati yang peduli sesama dan berbuat kebaikan semata-mata untukNya. Memang sih porsinya sedikit, mungkin juga hanya bisa dilihat melalui mikroskop. Tetapi percayalah, kalau kamu juga berbuat baik karenaNya, pasti akan ada hal baik yang juga akan mengikutimu.






0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis