rasanya ingin cepat lepas dari penyakit ini, seperti balon yang lepas di udara |
Rasanya sulit
sekali berecerita untuk mengakhiri semester genap ini. Ngomong-ngomong, sudah
lama sekali nggak posting ya readers . Lagi-lagi saya membawa kabar
buruk kalau di masa UAS semester genap ini kembali sakit. Kali ini lebih parah
dari semester genap tahun lalu. Kalau dirunut kembali dari awal, maka saya
mulai sakit sejak awal Juni. Dari UAS itu sendiri belum mulai (FYI : uas mulai
tanggal 17 Juni 2013), saya memang sudah sering ngedrop.
Anehnya ngedrop
ini cuma setiap weekend saja. Kalau
sudah mulai Jumat sore sampai Minggu, kasur rasaya menjadi teman setia. Badan
lemas nggak bisa diajak kemana-mana. Alhasil setiap hari Minggu saya pergi ke
klinik dan diberi obat. Seminggu kemudian, saat obatnya habis saya sakit lagi,
lalu ke dokter lagi.
Karena sudah jengah, nyokap memutuskan supaya
saya cek darah saja. And then jawabannya
ternyata saya kena anemia. Hb (Hemoglobin) saya sangat di bawah
rata-rata wanita normal dan bisa
ditransfusi kalau seandainnya menyentuh angka 7. Harusnya saya dirawat, tetapi
saya paling anti sama yang namanya
dirawat. Sebisa mungkin saya akan menolak.
Meski sudah
memasuki minggu tenang tapi ada banyak tambahan dari matkul-matkul alhasil saya
hanya menggunakan waktu istirahat
sehari, sisanya melanjutkan kuliah seolah tidak sakit. Padahal wajah pucat dan
ke kampus layaknya orang piknik. Mengapa ? karena nyokap menjejalkan bekal
lengkap (sayur dan lauk), jus jambu, pocari sweat, obat-obatan, air mineral,
sari kurma.
Belum, saya
belum sembuh. Setelah cek darah itu, kini gantian kaki saya yang sakit. Dan
minggu depannya saya kembali ke dokter. Kembali harus makan obat-obatan yang
pahit (FYI : saya nggak bisa menelan obat jadinya harus digerus) tapi nggak
berefek apapun.
Saya berserah
diri saja sama UAS. Mengerjakan semampu otak saya bekerja dalam keadaan yang
tidak fit. Hanya keajaiban yang
mengantarkan nilai UAS saya bagus dan semoga saja keajaiban itu benar-benar
hadir. Aamiin.
Hari Sabtu
kemarin saya rasanya sudah nggak kuat dan akhirnya pergi ke RS. Hasilnya belum
keluar tapi honestly saya takut.
Takut setakut-takutnya dengan hasil Lab yang biayanya menggila itu. Sambil
menunggu hasil lab, dokter memberikan saya obat yang allhamdulillah membuat
saya kini kembali seperti orang normal. Maksudnya udah lumayan sehat. Kalau
sudah begini rasanya seperti nggak mau tahu gimana hasil Lab itu, karena saya
takut.
Tapi, mohon
doanya ya readers kalau saya hanya
kecapekan semata. Aamiin.
Sebenarnya
yang mau saya ulas dari postingan ini adalah hikmah yang saya ambil dari sakit
yang berkepanjangan, misterius dan nggak pernah saya alami ini. Maklum,
biasanya saya sakit parah Cuma karena maag
dan itu menyiksa parah, nggak pernah yang seperti ini.
So, what we can learned when I was sick ?
A Lot of things, readers.
Terdengar
klise kalau sehat itu mahal, lebih klisenya kata-kata itu baru kamu amini
ketika kamu sedang sakit. Sakit membuat saya introspeksi diri kalau ternyata
selama sehat saya banyak melakukan kegiatan yang negative. Contoh : saya paling
sering marah-marah atau teriak-teriak kalau adik saya meletakkan barang
sembarangan atau tidak dikembalikan kembali ke tempatnya.
Lalu, saat
saya sakit saya baru menyadari kalau saya nggak mungkin teriak karena hal
tersebut. Banyak hal yang tidak bisa
saya lakukan ketika saya sakit, tetapi ketika melihat ada hal yang bisa kita
lakukan pasti kita akan melakukan hal tersebut. Karena di situlah kepercayaan
diri kita kembali muncul kalau kita masih bisa melakukan suatu hal, tidak
melulu dibantu orang lain.
Saya jadi
berpikir, selama sehat saya hanya bisa mengeluh. Seharusnya di kala rizki
(kesehatan) itu datang kita pergunakan sebaik mungkin. Dengan kegiatan yang
menghasilkan feedback positif.
Selanjutnya,
yang membahagiakan untuk diri saya pribadi adalah sakit berkepanjangan ini
membuat saya finally bisa menelan
obat. Yap, tidak digerus lagi. Mungkin karena sudah jenuh berkali-kali ke
dokter dan harus minum obat yang kadar pahitnya semakin tinggi, juga membuang
waktu kalau harus digerus, maka saya belajar untuk menelan obat. Allhamdulillah
bisa, meski masih dalam proses belajar.
Tetapi, meski
banyak obat yang kamu minum selama sakit. Entah itu herbal, tradisional atau
kimia, semuanya tidak akan langsung menyembuhkan. Yang paling penting adalah
bagaimana psikologis kamu, hati dan pikiran kamu selama sakit. Saya pernah
menemukan sebuah slogan di kantung plastik salah satu apotek, tulisannya “Hati yang gembira adalah obat”.
Awalnya saya mengerutkan dahi dan tidak mengerti maknanya, tetapi kemudian saya
mengerti karena berbagai peristiwa.
Obat
psikologis itu datangnya dari orang lain yang berusaha membuat kita tertawa.
Entah itu sengaja atau tidak. Hal-hal sederhana atau manis yang mereka berikan
kita kepada kita, baik dalam bentuk perhatian atau cerita panjang lebar bisa
menjadi hiburan dan membuat kita lupa akan penyakit kita. Semangat dari mereka
juga tidak kalah penting, meski yang utama tentu saja semangat dari diri kita
sendiri. Kita butuh afirmasi, seperti seorang teman yang mengajarkan kepada
saya untuk berpikir dan berseru “I’m
okay, I’m fine and I’m healthy” . Sementara kalau afirmasi saya pribadi
adalah “Strong enough to be, Fit!”
and the most important is my parents,
espescially my mom. Dia adalah orang nomor satu yang khawatir sekaligus super strong merawat saya ketika sakit.
Saya ingin sekali sembuh untuk beliau. Dan karena sakit saya ini, nyokap sempat
ikutan sakit beberapa hari. Lucunya, di usia saya yang bukan lagi anak kecil ini selama sakit saya
ditemani tidur nyokap, padahal nggak pernah minta. Hehe. Melihat nyokap dan
bokap sampai sempat sakit karena merawat saya selama sakit membuat saya
berpikir kalau 2 orang itu tidak lagi muda dan saya sudah harus segera
menggantikan peran mereka. Maka dari itu, mohon doanya ya readers semoga saya lekas sembuh total. Aamiin.
At least, itulah pelajaran yang bisa
saya bagi selama sakit ini. Terma kasih terima kasih untuk semua yang telah care dengan saya. Atas waktu perhatian
dan segalanya. Especially for my mom. Big thankiesss and lot a loves.
1 comments:
GWS fitria
Post a Comment