Rintik
gerimis yang mulai membasahi kaca mengingatkanku dengan kepergianmu setahun
yang lalu. Ucapanmu yang mencoba menghiburku di dalam taksi di perjalanan
menuju bandara setahun yang lalu, bermain dalam pikiranku.
“Kamu sehati ya sama gerimis. Sama-sama
ngeluarin air mata karena aku mau pergi jauh.”
Dengan senyum tanpa
dosa dan kesedihan, kamu menggenggam erat tanganku yang dingin.
“Aku yang mau naik pesawat,
kenapa justru tangan kamu yang dingin?”
Kamu terus
menguntai kata, merangkai makna untuk menciptakan tawa dalam diriku. Mengumbar
semua kebohongan dalam bibirmu, tetapi
tidak dengan matamu. Bola matamu yang coklat dan selalu mencairkan egoku
menyiratkan ada luka di dalamnya.
Seperti yang pernah kamu bilang di bawah sinar bulan yang temaram, bola
matamu hari itu menyiratkannya.
“Aku kira selama ini yang nggak
bisa aku tinggalin itu hanya agamaku, tapi sekarang bertambah. Aku juga nggak
bisa ninggalin kamu.”
Dua belas bulan sebenarnya waktu yang begitu
singkat untuk dilewati, namun tidak bagiku yang mengandung rindu begitu dalam untukmu. Di
antara keramaian orang menggeret tas besar mereka, ada kamu yang terselip di
sana. Membuka tangan begitu lebar, membiarkanku berlari menumpahkan rindu.
Karena kamu …sudah pulang
2 comments:
wah siapa ni yg pulang
tokoh ff di sini no name, namanya juga khayalan. haha
Post a Comment