Ingin saya utarakan semua yang
mengganjal dan terpikir dalam benak saya. Sebuah skenario pikiran yang tak
pernah saya rancang sebelumnya. Memimpikannya pun tidak. Dia bukan seseorang
yang berwajah tampan ataupun bertubuh atletis. Bukan juga kharismatik dan
menebarkan senyum mematikan bagi kaum hawa.
Saya melihatnya seperti tokoh
komik yang hidup dalam realita. Bukan karena hidungnya yang panjang ataupun
kilapan hitam rambutnya. Dia hanya memiliki dagu runcing yang diperoleh dari
Tuhan, tanpa campur tangan teknologi. Dia hanya memiliki mata lazuli yang
menarik setiap orang ke dalamnya. Dalam sikapnya, ada kehangatan yang ia
ciptakan untuk saya. Dalam ucapannya yang terbata, ada makna yang melelehkan
keraguan bagi saya. Dia sukses membuat saya terkesan dan ingin memiliki selamanya.
Dia terlalu baik untuk saya. Kemudian
membuat saya merasa begitu berdosa jika sampai menyakitinya. Harus saya
katakan, mata lazulinya dilengkapi wangi tubuh yang memikat. Yang membuat saya
selalu merasakan nyaman dan aman jika berada di dekatnya.
“Saya ingin ganti mata. Ingin
hitam, bukan biru,” ucapnya di tengah hujan tanpa rintik.
“Mengapa?,” tanya saya dengan
keterkejutan yang menyelimuti hati.
“Karena saya orang Indonesia”
Saya tertawa, dan dia
melanjutkan “Dan karena saya sudah cukup wangi. Bukan begitu?”
Tawa saya terhenti dan menyadari
ada gaungan yang terdengar dari hati. Tetaplah
berlangsung seperti ini. Sebagai seorang teman sampai kapanpun.
Lalu hujan berhenti dan kita
bernyanyi.
0 comments:
Post a Comment