Ada
banyak kejadian yang menjadikan pemuda begitu berperan penting dalam sejarah
Indonesia. Sumpah Pemuda, Proklamasi dan Reformasi. Ketiganya terjadi karena
tangan-tangan pemuda dan asanya yang membara untuk bangsa.
Jika
ibu pertiwi saat ini dalam keadaan bersedih, tangan-tangan pemudalah yang sudah
seharusnya menyembuhkan. Tidak terkecuali dalam membantu Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK)—yang semakin terpojok—memberantas korupsi. Maka, jika saya
menjadi Ketua KPK, hal pertama yang akan saya lakukan adalah mengajak para
pemuda berperan aktif dalam kegiatan KPK.
Kita
masih ingat dengan Gerakan Satu Juta Facebooker Dukung Bibit Chandra pada
Oktober 2009. Atau pita hitam yang disematkan di lengan sebagai tanda berduka
atas kriminalisasi KPK. Lalu, belum luput dari ingatan, bertebarannya hashtag
#SaveKPK di jejaring Twitter. Aksi nyata mereka diwujudkan dengan
mengepung gedung KPK pada 5 Oktober lalu, menolak salah satu penyidik KPK yang
diciduk paksa. Semua mereka lakukan demi keberlangsungan KPK memberantas
korupsi. Dari banyaknya fenomena sosial ini, bukankah sudah jelas bahwa
kepedulian pada KPK masih tertanam dalam diri masyarakat kita.
Semua
pembelaan masyarakat pada KPK tanpa diminta, membuat saya berpikir untuk mengajaknya
berperan serta. Membuka Program RELANSI
(Relawan Pemuda Anti Korupsi) dengan memberikan pelatihan dan pembelajaran
langsung dalam membantu KPK memberantas korupsi di negri ini.
Bergugurannya
penyidik KPK di tengah tumpukan kasus yang masih belum terselesaikan tentunya
semakin memperlambat kinerja KPK. Banyak orang berkoar bahwa KPK lambat,
padahal bukan keinginan KPK tentunya. Penyidik yang ditarik menjadi salah satu
penyebab pelambatan penyelesaian kasus.
Bahkan,
saya ikut merasa miris ketika mendengar kabar bahwa ajudan Ketua KPK pun ikut
mengundurkan diri. Oleh karena itu,
mengajak pemuda berperan aktif menjadi relawan dalam KPK, nampaknya akan
sesuai. Saya yakin mereka yang mencintai Indonesia dan KPK akan segenap hati
bekerja di KPK.
Hal
yang kedua adalah memberikan tindakan tegas kepada koruptor. Baju tahanan KPK
yang ada saat ini tidak mengidentikkan seseorang malu memakainya. Seharusnya
baju tahanan KPK dibuat dari karung goni. Baju tersebut harus dikenakan si
koruptor selama dalam tahanan, bukan hanya saat sidang berlangsung.
Selain
itu, pemiskinan bagi koruptor juga layak dilakukan. Jika telah menjadi
tersangka, saya selaku Ketua KPK akan langsung mengirimkan surat ke instansi
tempat si koruptor itu bekerja untuk menghentikan gajinya. Penyitaan aset dan
hukuman seuumur hidup juga akan saya berlakukan, karena dengan tindakan tegas
dan beranilah yang bisa membuat si koruptor itu berpikir ulang melakukan
korupsi.
Sepertinya
mudah saja bicara dan bermimpi akan begini dan begitu, tetapi seorang Ketua
tetaplah manusia. Begitu juga dengan Ketua KPK, dan manusia merupakan makhluk
sosial yang tetap membutuhkan bantuan orang lain. Maka dari itu, peran aktif setiap
orang untuk membentengi dirinya dari korupsi juga harus ditanamkan.
0 comments:
Post a Comment