Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa. Bahasa yang kutahu
kini hanyalah perasaan. Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu
ta
Pesan ini akan tiba padamu, entah dengan cara apa. Bahasa yang kutahu
kini hanyalah perasaan. Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu
tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu
apa-apa, karena kini kumiliki segalanya. (Aku Ada dalam Recto Verso – Dee)
Finally, i found Recto Verso.
Setelah lama mencari dan sulit menemukannya. RectoVerso merupakan karya hibrida
fiksi dan musik dari Dee. Mengapa saya begitu penasaran dengan Recto Verso?
Jawabannya ada 2. Yang pertama karena ini
karya hibrida yang pertama di Indonesia. Yang kedua adalah karena saya perlahan
jatuh cinta dengan karya Dee.
Tunggu dulu, apa itu karya
hibrida? Karya hibrida adalah dua pencampuran karya. Dalam hal ini Dee memilih
fiksi dan musik. Jadi, di dalam Recto Verso terdapat 11 kisah fiksi dan 11 lagu
yang (bisa dibilang) menjadi soundtracknya.
Yang paling terkenal adalah lagu
Malikat Juga Tahu. Jadi di balik lagunya, ada fiksinya. Atau dibalik fiksinya,
ada lagunya. Tergantung Anda, kenal lebih dulu dengan fiksinya atau lagunya.
Kalau saya, kenal lagunya lebih
dulu, karena mencari Recto Verso sungguh sulit. (FYI : Recto Verso ini keluar
Tahun 2008). Lagu-lagu yang saya tahu sebelum menemukan bukunya adalah Firasat,
Malaikat Juga Tahu, Aku Ada (ft.Arina ‘Mocca’), dan Peluk (ft.Aqi ‘Alexa’).
Menyambung jawaban kedua adalah
saya jatuh cinta dengan karya Dee. Ya, entah kenapa. Bahasanya mengalir dengan
pemilihan kata yang tepat, tidak menggurui dan tidak terlalu berlebihan. Dee
berhasil menyentuh saya sebagai pembaca melalui kata-katanya. Dari Perahu
Kertas, Filosofi Kopi, Madre dan Recto Verso.
Dua kata untuk Recto Verso adalah
terlalu romantis. Novel ini terlalu romantis dan manis bagi saya.
Aku merindu hingga gagu. Aku mendamba hingga kehilangan daya. (Tidur
dalam Recto Verso)
setiap narasinya berpadu menjadi
satu dan indah. Dibuka dengan ‘Curhat Buat Sahabat’ yang alurnya klise tetapi
dirangkai indah dan membuat pembaca memaknai sendiri akhir cerita. Cerita yang
relatif singkat di setiap judul memang seperti ciri khas Dee. Yang jelas, saya
menemukan banyak kata yang saya abadikan. Ralat, lebih tepatnya
paragraf-paragraf yang berelasi dengan hidup atau mungkin hidup saya pribadi.
Dari ke-11 kisah, ‘Peluk’ menjadi
juara di hati saya. nampaknya saya harus membuat judul sendiri di postingan ini
untuk cerita tentang Peluk.
Saya semakin menggebu ingin membaca Recto
Verso ketika tahu akan diangkat ke layar lebar pada Februari 2013. Tidak semua
judul tentunya, hanya 5 judul yang disutradarai 5 Wanita terkenal (Marcella
Zalianty, Olga Lydia, Cathy Sharon, Rahel Maryam, Happy Salma). Akhirnya saya berkesempatan membaca
Recto Verso karena salah satu teman menemukanya di Toko Buku. Terima kasih
Radini .
Dalam cerita yang berjudul
Firasat, Dee menyelipkan kata yang bermakna.
Petunjuk dan tuntunan hidup tersedia dimana-mana. Hanya saja kita tidak
terlatih untuk membacanya. (Firasat dalam Recto Verso)
Saya mengamini dan memaknai kalau
Allah telah memberikan petunjuk lewat Al-Quran bagi umat Islam.
Sebelumnya, saya juga pernah
posting Hanya Isyarat yang juga bagian dari Recto Verso. Dee sungguh pandai
menyelipkan setiap kata. Salah satunya seperti mengajak para secret admirer
berujuar “Ini, gue banget”.
Karena Recto Verso jugalah saya
baru tahu kalau Arina ‘Mocca’ adalah adik dari Dee. How surprise when i knew
Pesan ini akhirnya tiba. Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan
ombak. Akulah lautan yang memeluk pantaimu erat, akulah langit beragam warna
yang mengasihimu lewat beragam cara. Engkau hanya perlu merasa dan biarkan alam
berbicara.(Aku Ada dalam Recto Verso)
Jingga di bahuku
Malam di depanku
Dan bulan siaga sinari langkahku
Ku terus berjalan
Ku terus melangkah
Kuingin kutahu
Engkau Ada
(Aku Ada – Dewi Lestari ft. Arina
‘Mocca’)
0 comments:
Post a Comment