Doa gue terjawab, ya itulah pemikiran positif gue dari semua ini.
I have passed…
Gagal..
Gue nggak lolos PPA BCA , gue nggak lolos di interview 1 padahal gue dan orang tua gue sangat berharap bias melewati semua tahap memasuki PPA BCA, tapi Allah berkehendak lain
Setelah lolos psikotest 1 dan 2, langkah gue harus terhenti sampai pada interview 1.
Banyak orang berasumsi gue nggak lolos karena cita-cita gue yang nggak sesuai, yang bertolak belakang dari akuntansi itu sendiri.
Yapp readers, cita-cita gue masih sama…pengen jadi jurnalis. Meski gue juga mencintai akuntansi, tapi cinta gue nggak sedalem cinta gue ke jurnalis.
Ahh berat banget ya gue, ngomongin cita-cita aja pake bawa-bawa cinta.
Tapi beneran…suer demi apapun gue pengen banget jadi jurnalis, jadi kaya Najwa Shihab, Tina Talisa, Desi Anwar, Grace Natalie
Tapi gue juga menyukai akuntansi, gue suka ribet-ribet ngitung duit, psting ini posting itu
Gue suka melakukan itu
Tapi…….
Kamis 18 November 2010 itu menjadi hari kelabu buat gue saat gue menemukan sebuah pesan yang menjelaskan kalau gue nggak bisa melanjutkan proses lagi.
Sebelumnya emang udah diinformasikan sih kalau yang lolos untuk interview 2 bakalan ditelpon langsung sementara yang gagal cuma bakalan disms.
Rasanya bener-bener lemes
Tapi gue mencoba untuk berpikir positif, kalau semua ini adalah jawaban dari Allah SWT.
Karena selama ini gue berdoa “Jika memang, PPA BCA adalah yang terbaik untukku bagiMu, maka beri kemudahanku dalam menjalankan semua tahap-tahap untuk memasukinya”.
Jadi mungkin PPA BCA bukan yang terbaik untuk gue atau belum menjadi yang terbaik untuk gue saat ini.
Dan gue ingat petikan kata-kata yang menurut gue bagus dari buku Chicken Soup, yaitu
‘Tak ada masalah jika kau gagal pada suatu hal, asalkan tidak menyerah, dan asalkan kau masih mengatakan-baiklah , aku akan mencoba lagi!’ (Marilyn Bell Di Lascio)
Kelihatannya aja gue tegar, tapi gue rapuh….rapuh dan mudah patah saat nyokap gue menyesali kenapa gue nggak lolos, apalagi semua itu pasti berkenaan mengenai cita-cita gue. Air mata gue rasanya udah pengen meluncur kalau udah begitu
Dan itu yang gue sesali yang ada dalam diri gue…
Kenapa gue harus terlahir menjadi melankolis?
Kenapa gue mudah membiarkan air bening turun di pipi gue?
Kenapa gue nggak bisa sedikit aja lebih tegar?
Kenapa gue nggak bisa membuat bendungan untuk menahan air mata gue?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
2 comments:
Btw masih ingat ngak apa apa saja yang ditanya pas Interview I PPA BCA kemarin? Thx~
Harus Tegar :)
Post a Comment