September 8, 2014

Cerita KKN - Mengajar 'Minion Dijilbabin'




 Salah satu program klise yang hampir ada di setiap kelompok KKN adalah mengajar. Dan KKN 13 (nama kelompok KKN kami) yang anggotanya tidak biasa tapi ikut juga program biasa, yaitu mengajar. Kita memecah diri untuk dapat mengajar ke seluruh lapisan. Baik PAUD, SD, MI, Mts bahkan SMA. Saya kebagian mengajar Tematik di sebuah MI yang baru berdiri.

Kita inisalkan ya, nama MI nya adalah IM. Karena termasuk sekolah baru, di sini baru ada kelas 1 dan jumlahnya hanya 6 orang. Saya mengajar dengan teman saya saat hari pertama itu. Kebetulan kebagian dengan Nanda tapi sempat ditemani sama Nji karena si Nanda masih siap-siap di rumah.

Saya terkejut dengan murid-muridnya. Mereka bukan murid-murid biasa, mereka murid luar biasa yang butuh kesabaran luar biasa. Meski hanya ada 6 anak tapi mungkin kamu butuh 10 orang guru di dalamnya. Mereka sangat hiperaktif dan sulit diberitahu. Untuk kali pertama saya merasa sangat tidak dihargai di depan anak kecil. Mereka berteriak teriak dan seolah mengejek setiap kata yang saya ucapkan. Parahnya mereka adalah perempuan. Sementara anak laki-laki sibuk mendorong dorong meja dan menabrakkan ke meja temannya yang sedang serius ingin belajar.

Setelah selesai mengajar, saya dan Nanda mendapat pesan “Yang sabar aja ya kalau ngajar di sini. Anggap aja latihan menjadi ibu yang baik.” Saya cuma tersenyum sambil ber-iya iya. Keesokkan harinya entah kenapa kaki saya tetap melangkah ke sana untuk mengajar mereka. Padahal saya bisa tidak datang kalau saya ingin. Sementara Nanda sudah kapok dan tidak ingin kesana karena melihat ada anak yang meludah di dalam kelas. Tetapi saya menemukan pesan lain di baliknya. 

Selama ini saya adalah kakak paling tidak sabar dalam mengajari adiknya. Adik saya selalu menangis di tengah-tengah proses mengajar kalau saya ajari. Mungkin karena dia sudah tidak kuat menahan saya yang galak kalau mengajarinya. Semua itu karena saya sangat merasa tidak sabar kenapa dia sulit mencerna apa yang telah saya ajari.

Dari anak-anak itu saya merasa menyesal atas perlakuan mengajar saya kepada adik-adik saya. Karena sebenarnya adik saya masih lebih baik dari mereka, masih lebih mudah untuk diajari daripada mereka. Tapi kemudian saya tetap berniat untuk mengajari 6 anak itu. Kalau teman saya menyebutnya sebagai ‘minion dijilbabin’. Ya, honestly mereka sangat lucu dan pintar. Hanya saja mereka sangat hiperaktif dan nakal.
Bersama Minion Dijilbabin, Guru MI, dan Sella saat perpisahan

Tapi perlahan kelas itu terkendali. Para minion dijilbabin itu perlahan mulai dapat kami kendalikan. Hanya 1 anak yang tetap tidak berubah. Suka mengganggu temannya yang belajar. Entah dengan menabrak nabrakan mejanya ke meja temannya, merobek buku temannya, menduduki meja temannya atau hal lain yang sangat menganggu dan menyita perhatian, namanya Fahri.

Karena sudah berhari hari seperti itu, maka saya gatal untuk bertanya kepada seorang guru tentang anak itu. Ternyata anak itu adalah korban keluarga broken home dan sudah terbiasa dengan kekerasan sejak kecil dalam lingkungan rumahnya. Maka dari itu, tidak heran kalau dia juga sering mengumpat kata-kata yang kotor dan tidak pantas. Dia melakukan hal menganggu itu hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang-orang di sekitarnya. Padahal Fahri anak yang lumayan pintar.

Dari situ saya menemukan hal baru kembali kalau selalu ada alasan yang melatarbelakangi mengapa sikap seseorang itu tercipta. Seperti selalu ada alasan untuk datang ke rumah makan, karena kamu lapar bukan ?

Akhirnya saya ditemani dengan Sella dan teman lain yang setiap hari berganti-hganti untuk diajak mengajar di sana sampai waktu yang ditentukan berakhir. Jadi, saya rasa yang tidak merutuki lagi program KKN ini, bahkan saya merasa telah naik tingkat karena telah melewati 2 dharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan dan pengabdian. Semoga yang terakhi, yaitu penelitan akan dapat segra saya kerjakan. Aamiin

Sampai jumpa di cerita KKN yang lainnya


0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis