Apa pertanyaan pertamamu ketika membuka mata di pagi hari ?
“Jam berapa sekarang ?” atau “Sekarang jam berapa ?”
Selama hampir 30 hari, saat membuka mata di pagi hari hampir semua kaum
hawa memiliki pertanyaan yang sama, yaitu “Ada air nggak?”. Kalau bagi geng
ayam, ayam adalah barang mewah, maka bagi kami-Tukang Ayam (sebutan buat geng
cewek) air adalah barang mewah. Iya, setiap pagi kami selalu wudhu dan buang
air kecil dengan air galon.
Kemegahan Rumah Cewek yang Tak Berair |
Setiap pagi kami selalu membangunkan cowok untuk menyalakan mesin air
atau memancingnya. Dan air tidak langsung menyala begitu saja. Butuh waktu
untuk didiamkan terlebih dahulu. Alhasil suara air menjadi hal yang sangat kami
rindukan. Pernah waktu itu saya berteriak kegirangan karena kran air seolah
mengeluarkan air tapi ternyata itu adalah sebuah tahu yang masuk ke minyak
panas. Teman saya sedang menggoreng tahu di bawah rupanya.
edit by RidaQinvi |
Dan saat air keluar. Hal itu tidak berlangsung lama, hanya seperti ilusi
karena datang sekejap. Nggak jarang airnya mati di kala kita sedang mandi
kemudian nyala lagi atau bahkan mati dan tidak menyala sama sekali. Makanya
kalau dapat antrian mandi paling terakhir, ada perasaan khawatir tidak
kedapatan air. Solusinya ? nggak mandi seharian atau kalau mau cari aman
numpang mandi ke rumah bu lurah dan para tetangga. Atau numpang mandi ke kamar
mandi anak cowok.
Yang beruntung bisa mandi di kamar mandi rumah sendiri dengan antrian
awal juga nggak benar-benar senang dan berhati lapang. Mereka juga biasanya
mandi sambil gelisah. Takut kalau airnya mati di tengah-tengah. Atau airnya
abis dan kemudian diamuk massa (seisi
rumah) karena dituduh ngabisin air.
Jadi setiap malam sebelum tidur biasanya kami membujuk anak cowok untuk turun
ke bawah, yaitu ke musolla atau masjid dan mengambil air di sana untuk ditampung
meski hanya seember.
Pernah suatu malam, kami ber16 turun ke bawah di tengah rintik gerimis
yang gelap dan sepi untuk buang air kecil, cuci muka dan sikat gigi sebelum
tidur. Tidak hanya itu. Kami juga membawa pulang beberapa ember air sebagai persediaan
air untuk buang air kecil di tengah malam. Dan keesokan paginya wudhu dan buang
air kecil dengan air galon kalau memang air tampungannya habis sembari menunggu
mesin air yang dipancing mau mengeluarkan air. Begitulah keseharian kami.
Maka dari itu, kami tukang ayam kalau melihat air rasanya ingin segera
mencuci atau mandi. Maklum airnya memang sulit. Dan pada suatu hari untuk
menggembirakan hati kami, kami jalan-jalan ke Curug Cigamea. Rasanya ingin
nyuci di sana saat melihat air terjun yang terbuang begitu saja.
Kesibukan KKN 13 di Curug Cigamea |
Usut punya usut mungkinkah kami terkena kutukan takabur ?
Jadi saat itu malam jumat sebelum air susahnya makin parah. Saya, Dessy,
Sela dan Isti baru selesai mengaji di musolla dan berniat pulang. Kami melewati
tempat wudhu sekaligus MCK. Pokoknya tempat yang banyak airnya. Saat itu kaki
kami kotor dan masih harus jalan yang lumayan untuk sampai ke rumah. Ada
percakapan di sana.
Saya : guys, kita nggak cuci
kaki dulu nih ?
Dessy : udah cuci kakinya di
rumah aja, air kitakan banyak
Sesampainya di rumah, kami mendapat kabar kalau airnya mati dan sejak
saat itu air semakin sulit. Pesan bagi kita semua, jangan takabur, nak. Semua
yang ada di dunia ini hanya titipan. Sang Pencipta bisa merenggutnya kapanpun
Dia mau. Seperti geng ayam yang kehidupannya direnggut karena listriknya mati
seharian dan nggak bisa main PES. Seperti tukang ayam yang airnya direnggut
sehingga harus numpang PUP di rumah warga.
Dan ternyata tanpa perlu ke Curug Cigamea, ada aliran sungai di Desa. Ya
meski untuk mencapainya kamu harus lewat sawah dan jurang jurang gitu. Tapi
lagi lagi, saat melihat air. Bawaannya tentu saja ingin mandi. Oh, air kamu
memang benar-benar sumber kehidupan.
Kegembiraan Bersama 'Sumber Kehidupan' |
FYI : pagi tadi
untuk pertama kalinya setelah hampir sebulan, saya bangun dengan tenang. Tanpa
perlu bertanya “Ada air nggak ?”
6
September 2014