Sebagai manusia radio addicted,
saya seakan nggak bisa lepas dari yang namanya musik. Saya juga percaya kalau
setiap orang juga nggak mungkin hidup tanpa music. Terserah alirannya mau apa,
tetapi saya yakin musik menjadi bagian
dalam hidup mereka.
Musik dan buku layaknya kesatuan yang tak terpisahkan bagi saya. Begitu juga dengan music dan cerita di
dalamnya. Di postingan kali ini sebenarnya saya lebih ingin membicarakan sebuah
lagu. Iya lagu. Pernah nggak sih pikiran
readers langsung melukiskan
sebuah kejadian ataupun wajah seseorang saat mendengarkan lagu tertentu.
Lagu kenangan maksudya ? iya bisa dibilang begitu. Tetapi, saya
menyebutnya kalau setiap lagu pasti memiliki cerita. Ini yang saya rasakan
sudah sejak lama. Kenapa lagu itu bisa jadi sebuah kenangan yang mengingatkan
kita pada suatu peristiwa atau seseorang
?
Jawabannya beragam. Bisa karena orang tersebutlah yang mengenalkan kita
pada suatu lagu, makanya jadi keingetan orang itu setiap mendengarkan sebuah
lagu. Atau juga saat sedang slek sama
orang, di saat yang bersamaan di radio
lagu yang sedang ngehits adalah lagu
tersebut. Bisa juga karena lagu tersebut merpakan lagu favoritnya seseorang,
makanya jadi keingetan orang itu setiap mendengarkan lagu tersebut. Dan yang
sangat mainstream adalah karena lirik
lagu tersebut mewakili perasaanmu atas sebuah kejadian atau hubunganmu dengan
orang lain.
Honestly, lirik awal Gravity –
Sara Barreiles mewakili keadaan saya untuk sebuah peristiwa yang berulang dalam
rentang waktu 3 tahun. Cinta Sendiri – Kahitna
dan First Love – Utada Hikaru selalu mengingatkan saya akan kedua
sahabat saya (Marisan dan Radini). Jawabannya simple karena lagu itu ngehits saat kita menghabiskan masa SMP
barengan.
Tuhan yang Tahu Kucinta Kau – BCL mengingatkan saya pada mantannya teman
hanya karena saya pernah baca status di fbnya yang merupakan potongan lirik
lagu tersebut. Lagu-lagu di album Taman Langit – Peterpan mengingatkan saya
pada teman-teman SD, karena saat study
tour lagu yang diputar di dalam bis adalah lagu Ariel dkk.
Harusnya Kau Pilih Aku – Judika mengingatkan saya pada chairmate saya di Senior High School
karena dia menyanyikan lagu itu saat karaoke. Kebetulan lagunya sangat
menggambarkan kisahnya dan gebetannya. Multimillionaire
dan Moves Like Mike Jagger mengingatkan
saya pada saat awal-awal menjadi mahasiswa, karena lagu itulah yang menemani
saya berjalan dari depan gerbang kampus ke fakultas tercinta—yang letaknya
paling ujung.
Balerina – Efek Rumah Kaca mengingatkan saya pada lembaga pers di kampus,
karena saya mendengarkan lagu tersebut berulang-ulang tanpa tahu judulnya saat
berada di dalam sekret lembaga tersebut. Gohan wa Okazu dan You & I yang
menjadi soundtrack anime K-ON mengingatkan saya pada teman kuliah, karena
dialah yang merekomendasikan anime tersebut dan menyanyikannya setiap hari.
Unintendid – Muse mengingatkan
saya pada wali kelas saya selama 3 tahun di SMP. Mengapa ? Karena saat kenaikan
kelas 8 dan saat sedang kangen tiba-tiba lagu itu berkumandang di radio. Oke
mungkin terdengar nggak rasional ya. Tetapi itulah yang terjadi.
Back to December (Taylor Swift), I almost do (Taylor Swift), Sahabat Jadi
Cinta (Zigaz), Berlian (Soulvibe), Buka Semangat Baru (Ello), Gravity (Sara
Barreiles), Vanilla Twilight (Owl City), Jet Lag (Simple Plan), Pulang
(Andien), Lolipop Love (Nina Tamam), Ketika Kau Menyapa (Soulful Corp.) adalah
lagu-lagu yang berhasil membuat saya menciptakan sebuah wajah yang sama dalam
sekejap begitu mendengarkannya. Tetapi itu dulu. Dulu yang selama 3 tahun.
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, saya rasa tidak
seharusnya kita mengaitkan sebuah lagu pada seseorang ataupun kejadian. Semua
itu menjadi sangat tidak adil. Kita jadi subjektif dan tidak bisa menikmati
lagu-lagi itu sebagaimana mestinya. Lalu mendadak metal (mellow total) begitu
mendengarkannya. Semua itu useless, readers.
Saat ini saya juga sedang mencoba mendengarkan Secondhand Serenade secara
objektif dan membunuh penilaian subjektif pada lagu tersebut. Mulailah
menikmati lagu karena si penyanyinya, bukan cerita ada siapa di baliknya.
Karena jika demikian, kamu tidak bisa menikmati lagu itu sebagaimaa mestinya.
Terima kasih
0 comments:
Post a Comment