Akhir – akhir ini saya memilih berselancar di dunia maya pada pagi buta. Alasannya
karena akses modem yang lebih cepat di pagi hari sekaligus menghindari TL yang
isinya tidak perlu. Selain itu, berselancar di dunia maya pada pagi hari
memberi ketenangan tersendiri bagi saya pribadi. Meski, tentu saja ada yang
harus saya korbankan, yaitu jam tidur yang menjadi tersita.
Pagi ini (11/9) TL saya dihias kabar oleh penembakan yang terjadi kembali dan menimpa anggota
kepolisian. Kali ini korbannya adalah Briptu Sukardi. Beliau adalah Anggota Provos Ditpolair Mabes Polri
yang tertembak pukul 22.20 di depan Gedung KPK, daerah Rasuna, Kuningan. Saya tidak
ingin cerita banyak mengenai kronologinya, mungkin readers bisa baca langsung dari pewarta yang terjun langsung ke lapangan.
Selama 3 bulan terakhir
ini—terhitung dari Juli—kasus penembakan pada polisi telah menelan 5 korban dan
4 diantaranya meninggal. Hal ini cukup menjadi perhatian bagi saya, pasalnya 3
kasus terjadi di daerah Tangerang Selatan, yang tidak lain adalah domisili
saya.
Selain itu,
sepengetahuan saya tugas utama kepolisian adalah memberikan perlindungan kepada
setiap warga Negara. Tetapi, sasaran dari kasus penembakan 3 bulan terakhir ini
justru merupakan elemen dari sebuah institusi yang seharusnya memberikan
perlindungan dan jaminan keselamatan kepada masyarakat.
Kalau sudah begini,
masihkah keselamatan kita terjamin? Mungkin ada yang menjawab kalau keselamatan
kita telah tergadaikan sejak kapan tahu melihat aksi polisi yang tidak sedikit
berbuat kasar kepada warganya.
Tetapi, terlepas dari semua
itu, saya merasa khawatir atas penembakan ini. Jika warga sipil yang
dipersenjatai oleh Negara (dalam hal ini Polisi) keselamatannya semakin
mengkhawatirkan, bagaimana dengan rakyatnya yang tanpa senjata. Istilahnya mungkin
demikian.
Pemikiran saya yang lain
adalah bagaimana jika peluru itu salah sasaran dan mengenai orang-orag di
sekitar. Bukankah ini menyiratkan bahwa keselamatan setiap warga di Negara ini berada
dalam zona bahaya? Karena penembak berkeliaran? Terlepas dari semua yang hidup
tentu akan mati, saya berharap Negara tidak lupa akan keselamatan warganya.
Saya percaya aparat
kepolisian terus mencari motif dari penembakan yang—kelihatannya—memiliki keterkaitan
satu sama lain, melihat proyektil yang ditemukan di setiap kasus memiliki
ukuran yang sama. Saya juga percaya kalau masyarakat Indonesia memiliki
kejeniusan tersendiri yang terselubung tanpa banyak orang lain tahu. Jadi tidak
menutup kemungkinan kalau saja sebenarnya polisi telah mengumpulkan serbuk
serbuk petunjuk untuk mencapai sebuah jawaban.
Semuanya memang tidak
perlu tergesa-gesa, Karena yang serba instan biasanya tidak baik. Tetapi, bukan
berarti kita harus terus menyaksikan polisi yang menjadi korban terus
berjatuhan, bukan?
Saya hanya tidak ingin
jumlah anak Indonesia yang harus kehilangan figure seorang ayah semakin
bertambah hanya karena kasus penembakan yang entah apa motifnya ini.
Postingan kali ini
didorong oleh perasaan cemas yang tiba-tiba menyelimuti saat keluar rumah untuk
mengantar adik saya ke sekolah. Postingan ini juga sekaligus ‘pr’ libur
mingguan saya. Terima kasih atas perhatiannya dan maaf jika ada sumber yang
salah. Semoga semua kasus penembakan ini dapat terkuak dan ini yang terakhir
kalinya. Semoga…
1 comments:
ancaman keamanan nasional tuh
Post a Comment