Kita berdua hanya bergandengan tangan, tak
perlu berpelukan
Kita berdua hanya saling bercerita, tak
perlu memuji
(Jatuh Cinta itu
Biasa Saja – Efek Rumah Kaca)
“Efek Rumah Kaca ? Itu nama band
? Band apa alirannya ?”
Berawal dari sering mendengarkan
Jatuh Cinta itu Biasa Saja milik Efek Rumah Kaca (ERK), saya jadi menggilai
lagu-lagunya di album ‘Kamar Gelap’. Jadi, efek Rumah Kaca itu adalah band
indie Indonesia yang sudah ada sejak lama. Lagunya yang paling terkenal adalah
Lagu Cinta Melulu (kalau nggak salah, lupa judulnya apa). Ada juga Balerina dan
Desember (yang ini saya juga suka).
Karena sedang suka dengan Jatuh
Cinta itu Biasa Saja, maka pada suatu hari saya menemukan satu album ERK di
komputer PasMod. Setelah membawanya pulang dan menjadikannya lagu pengantar
tidur (menggantikan album Adhitia Sofyan – How to stop the time), saya suka dengan
hampir keseluruhan isinya.
Di album Kamar Gelap—yang entah album ke berapa ini—berisi 12 lagu.
Judul-judulnya adalah Tubuhmu
Membiru…Tragis, Kamar Gelap, Kau dan Aku Menuju Ruang Hampa, Jangan Bakar Buku,
Mosi Tidak Percaya, Kenakalan Remaja di Era Informatika, Banyak Asap Di Sana,
Balerina, Menjadi Indonesia, Lagu
Kesepian, Laki-laki Pemalu, dan Hujan Jangan Marah.
Efek Rumah Kaca memang band indie yang lagunya tidak melulu soal cinta,
bahkan lebih menjurus ke keadaan sekitar. Seperti kerusakan lingkungan maupun
sosial. Seperti dalam Kenakalan Remaja
di Era Informatika (asliii….ini saya suka lirik dan melodinya yang ngebeat) yang menceritakan bagaimana maraknya
anak muda sekarang hobi berfoto ya tidak senonoh dan dipublikasikan ke media
sosial. Mereka didominasi oleh nafsu.
Senang..mengabadikan
Tubuh yang tak
berhalang
Padahal hanya iseng
belaka
Ketika birahi yang
juara
Etika menua entah
kemana
Ooh nafsu menderu-deru,
bikin malu
Ooh nafsu menderu-deru,
susah maju
Nahkan ! kena banget nggak sih tuh liriknya. Yang nafsunya menderu-deru,
berarti tipikal yang susah maju ? Haha.
Ada juga Mosi Tidak Percaya
yang isinya menceritakan kekecewaan dan lelah mempercayai. Mungkin lebih
tepatnya lagu ini ditujukan untuk para pemimpin yang bukannya menepati janji,
tetapi justru mencari alibi. Who knows
ini masalah
kuasa, alibimu berharga
kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?
pantas kalau kami marah, kamu dipercaya susah
pantas kalau kami resah, sebab argumenmu payah
kalau kami tak percaya, lantas kau mau apa?
pantas kalau kami marah, kamu dipercaya susah
pantas kalau kami resah, sebab argumenmu payah
Kalau menurut saya, lirik di atas menggambarkan kejengahan akan perilaku
pemimpin yang lupa menjalankan amanah. Bisanya hanya beralibi dan akibatnya
rakyat marah. Lagu ini seperti soundtrack
pengantar demo (upss haha..)
diskriminasi
harga untuk kita semua
kado
bersama sama di musim perik tiba
yang
muda lari ke kota, berharap tanahnya mulia
kosong
di depan mata, banyak asap di sana
menanam
tak bisa, menangis pun sama
(Banyak Asap Di Sana)
Nah, kalau Banyak Asap Di Sana seperti
menggambarkan Jakarta yang menjadi pusat tujuan semua mausia Indonesia. Lagu
ini juga pantas jadi soundtrack pasca
lebaran dimana jumlah pendatang ke Jakarta semakin banyak. Mereka
menggantungkan harapan (berharap tanahnya mulia) meski sebenarnya Ibukota tak menjanjikan segalanya (menanam
tak bisa, menangis pun sama)
Sementara di Menjadi Indonesia, ada bagian lirik
yang bagi saya menggelitik sekaligus mengkick.
ERK seolah memiliki harapan pada Indonesia untuk menjadi besar asal kita
bangkit (bangun tidur berkepanjangan)
lekas,
bangun
tidur berkepanjangan
menyatakan
mimpimu
cuci
muka biar terlihat segar
merapikan
wajahmu
masih
ada cara menjadi besar
Selanjutnya
adalah Balerina. Lagu ini mungkin yang sangat terkenal. Lagu ini bercerita
tentang kehidupan yag diiabaratkan dengan perjalanan ballerina dalam menari.
Hidup
bagai balerina
gerak
maju berirama
Seperti yang
kebanyakan orang awam lihat, kalau berdiri dengan ujung kaki kemudian berputar-putar indah tentu nggak mudah. Begitu juga dengan hidup.
menghimpun
energi, mengambil posisi
mmenjejakkan
kaki, meniti temali
merendah
meninggi rasakan api, konsentrasi
biar
tubuhmu berkelana, lalui kegelisahan
mencari
keseimbangan mengisi ketiadaan
di
kepala dan di dada
Lalu, apa yang membuat saya jatuh cinta pada Jatuh Cinta itu Biasa Saja ?
(FYI : Jatuh Cinta itu Biasa Saja bukan berada di album Kamar Gelap). Meski
lagunya mellow dan terkesan
membosankan di part awal, tetapi ada
lirik yang maknanya ‘dalam’ buat saya.
Jika jatuh cinta itu buta,
berdua kita akan tersesat.
Saling mencari di dalam
gelap
Kedua mata kita gelap
Lalu hati kita gelap
Dan lagu ini seolah meruntuhkan
istilah cinta itu buta atau jatuh cinta itu buta? Yang jelas, kejawab banget
deh kalau jatuh cinta itu nggak seharusnya buta. Nggak seharusnya menutup mata
dari keadaan sekitar. Nggak seharusnya sama-sama terlarut dan tenggelam lalu
lupa akan segalanya.
Okay, that was my review about Efek Rumah Kaca dengan Kamar
Gelapnya. Meski hampir sebagian besar melodinya mellow, tapi isi liriknya nggak kok. Selamat mendengarkan bagi yang
tertarik.
0 comments:
Post a Comment