Happy Culinary Anniversarry, My Gurls |
“Kadang hidup butuh rencana, tapi tidak
jarang dia berjalan begitu saja”
Berjalan begitu saja atau dapat dikatakan dadakan. Saya rasa itu kata
yang tepat untuk menggambarkan acara meet
up kami kemarin. Saya bersama sahabat saya, yaitu Marisa dan Radini memang
telah merencanakan untuk dapat berwisata kuliner bersama. Tetapi, kami tidak
pernah menentukan tanggal. Hingga pada Jumat lalu, saya mengajak mereka dengan
sangat dadakan. Langsung deh Minggunya cuus.
Katakanlah sangat egois, karena saya sangat terobsesi untuk mencoba
Macaroni Panggang di Bogor. Iya, makanan yang jadi cem-ceman sejak 3 bulan yang
lalu. Akhirnya dengan rencana dadakan, kami tidak menyiapkan peta makanan mana
yang ingin kami tuju. Karena Marisa menganut paham “kemana aja, asal bareng
kalian” dan saya yang sudah sangat menggebu ingin menjajal Macaroni Panggang,
maka meluncurlah kami ke sana
Kami memutuskan menempuh perjalanan menggunakan commuter line. Saya dan Marisa berangkat bersama dari Stasiun Sudimara 09.30 dan berganti kereta di Stasiun Tanah Abang. Dari stasiun Tanah Abang, kami menunggu kereta jurusan Bogor di peron 3. Sementara itu Radini menunggu di Stasiun Lenteng Agung dan naik kereta yang saya dan Marisa naiki.
Perjalanan menuju Bogor dengan kereta ternyata tidak secepat yang saya bayangkan. Saya pikir stasiun Bogor hanya berbeda 3 atau 4 stasiun dari rumah Radini di Lenteng Agung, tetapi ternyata dugaan saya salah. Kami masih harus melewati lebih dari 5 stasiun dari Stasiun Lenteng Agung. Akhirnya kami sampai di Stasiun Bogor sekitar pukul 11.30.
Saya cukup kagum dengan lahan parkir yang disediakan di Stasiun Bogor
karena sangat luas. Mungkin karena banyak rakyat Bogor yang bekerja di Jakarta
dan menggunakan kereta sebagai transportasi utama. Jadi mereka menitipkan
kendaraan pribadi di stasiun. Maka dari itu, lahan parkir dibuat begitu luas.
Itu hanya pemikiran saya saya sih. Tidak tahu alasan sesungguhnya. Anyway maaf tidak sempat foto lahan
parkirnya.
Setelah berhasil keluar dari Stasiun Bogor, kami disambut dnegan limpahan angkot hijau yang berjajar menanti penumpang. Berdasarkan hasil browsing, angkot menuju MP bernomor 03. Maka dnegan lincah mata saya menyusuri angkot yang tumpah ruah di jalanan, tapi lucunya semua angkot yang ada bernomorkan 03. Mereka hanya dibedakan jurusan dan warna strip berbeda. Ada yang hijau-biru, hijau-oren dan hijau-kuning. Akhirnya kita naik angkot hijau-oren yang saya lupa jurusannya kemana. Yang pasti, setelah ditanya oleh navigator kami (Radini), angkot itu melewati Macaroni Panggang.
Btw Radini menjadi navigator karena dia pernah kulineran ke Bogor sebelumnya.
Angkot terisi penuh dan jalanan lumayan padat merayap di beberapa titik. Kami melewati Kebun Raya Bogor dan Istana Cipanas. Ada pertanyaan yang menggelitik dan belum saya ketahui jawabannya hingga saat ini, yaitu “Apa fungsi payung yang saling menggantung di bawah sebuah pohon besar dan hampir semua lampu jalan sepanjang Kebun Raya Bogor?.” Saya sempat berbisik pada Marisa (kebetulan dia duduk tepat di sebelah saya), tetapi dia juga tidak mengetahui jawabannya.
Perjalanan dari Stasiun Bogor ke Macaroni Panggang menggunakan angkot menghabiskan waktu ±10 menit. Kami diturunkan di Taman Kencana. Taman Kencana ini surganya kulineran, karena berjajar banyak café. Mulai dari Macaroni Panggang, Lasagna Gulung, Kedai Kita, Rumah Cupcakes, Warung Gumbira, Choco Lava, Es Durian, dan lain lain. Tujuan utama sudah pasti Macaroni Panggang.
Rumah tua yang disulap menjadi café ini cukup nyaman dan nyentrik. Bangunan ini terdiri dari 2 lantai. Awalnya kami khawatir tidak akan mendapat tempat duduk karena sangat ramai. Tetapi allhamdulillah, kami menemukan tempat di luar yang cukup minimalis untuk kita bertiga. Sayangnya, saat sedang melihat menu, saya pribadi merasa terganggu karena asap rokok yang datangnya dari belakang saya. Akhirnya kami bertanya kepada waitress apakah masih tersedia tempat di dalam. Allhamdulillah masih. Kamipun pindah ke dalam ruangan.
Suasana Di Dalam Macaroni Panggang |
Piano Tua di Macaroni Panggang |
Menu Macaroni Panggang ini dibagi 2, yaitu biasa dan special. Perbedaan mendasar yang saya tahu, macaroni panggang special menggunakan bacon, sementara yang biasa tidak. Setelah terbagi 2, macaroni panggang ini terbagi dalam 3 ukuran, yaitu small, medium dan large. Kami memesan porsi medium tanpa bacon alias biasa. Selain itu, kami juga pesan omelette cheese mushroom, lemon tea dan fruit punch.
Macaroni Panggang Medium dan Omelette Cheese Mushroom |
Setelah puas foto-fotoiin Macaroninya, kamipun mulai menjajalnya. Ternyata rasanya…..honestly biasa dan bahkan lebih enak macaroni schotell yang sering dibuat Radini kalau kami main ke rumahnya. Hehe. Saya hanya berhasil menghabiskan 3 potong, begitu juga dengan Radini. Sementara Marisa menyerah di potongan pertama. Beruntungnya, sisa yang tidak sanggup kami habiskan dapat dibawa pulang (take away). Anyway di Macaroni Panggang ini ada musholla kecil yang terpisah dan sangat nyaman. Jadi kamu nggak perlu khawatir untuk sholat dimana. Sayangnya, asap rokok masih menghantui kami karena meski sudah berada di dalam ruangan, tiba-tiba kami mencium asap rokok yang berasal tepat dari belakang saya. Ukh. Sangat mengenaskan harus menghirup asap rokok di No Tobacco Day ini.
Selfie di Macaroni Panggang |
Kotak Pembungkus Macaroni Panggang yang sekaligus berfungsi sebagai hiasan |
Perut kami rasanya sudah penuh
tapi harus melanjutkan perjalanan. Meski tidak tahu kemana.
Radini bilang,
di WarGum (Warung Gumbira) ada Snow Affogato, ice cream dengan cotton candy
gitu dan es campur yang sejenis dengan Sumobo dan Hongtang. Kebetulan Marisa
ingin mencobanya. Akhirnya kita keluar dari Macaroni Panggang setelah membeli
untuk dibawa pulang. Sementara Radini dan Marisa membeli Lasagna Gulung yang
berada di sebelahnya.
Perjalanan ke WarGum sebenarnya bisa langsung aja tapi kami memutar
dengan tujuan lihat lihat. WarGum ini menurut saya konsepnya seperti Taman
Jajan gitu karena ada berbagai macam penjual dengan aneka ragam makanan dan
minuman. Kemudian pengunjung dapat bebas memilih tempat duduk sesuka hati
mereka. WarGum ini penuh sekali kami nyaris jalan ke ujung untuk kemudian
mendapatkan tempat duduk. Ya, tempat duduk yang di depannya persis MP. Kalau
tahu begitu, kami tidak perlu memutar jalan tapi langsung nyebrang. Tapi
biarlah.
Jalan Setapak di Depan Taman Kencana |
Warung Gumbira yang bersebrangan dengan MP |
Pesanan datang cukup lama. Snow Affogato ini adalah es krim,
pudding dan perasa green tea sauce
untuk dituangkan di atas cotton candy.
Puddingnya yang kecil banget rasanya
nyummy dan cotton candynya terasa
berbeda dari permen kapas di pasar malam yang warnanya pink. Cotton candy ini akan terasa begitu keras
sampai di mulut, persis permen.
Snow Affogatto Green Tea |
Nice Ice |
Suasana café yang cukup sejuk dan asri membuat
kami lama menghabiskan waktu di Warung Gumbira.
Suasana WarGum |
Suasana WarGum yang mirip rumah nenek |
Waktu kami diisi tentang
obrolan ini itu dan ritual orang jalan-jalan lainnya—selfie. Akhirnya kami berangkat dari Warung Gumbira
menuju stasiun hampir pukul 16.00.
Selfie cantik di rumah nenek a.k.a WarGum |
Mungkin ini bukan wisata kuliner mirip orang kebanyakan yang mengunjungi
minimal 3 tempat makanan atau minuman. Kami terlalu lelah untuk bangkit di
setiap habis makan dan rasanya perut kami mudah sekali merasakan kenyang.
Benar-benar tipikal orang yang nggak cocok untuk wis-kulan. Haha. Sebenarnya,
masih ada satu menu yang yang saya ingin coba, yaitu Ice Pot. Ice Pot atau es
krim tanah ini adalah es krim yang dikemas di dalam pot dan menyerupai tanaman.
Kabarnya ada di Markazfood yang dekat dengan Kampus IPB. Namun karena arahnya
berkebalikan dari Macaroni Panggang, akhirnya kami belum mencari tempat itu.
Makan Snow Affogatto |
Anyway, saya sangat bersyukur karena moment yang nggak pernah kami rencanakan dengan matang ini kemudian berjalan begitu saja. Maklum, kami bertiga sangat sulit menemukan jadwal yang pas untuk bisa jalan atau sekedar meet up. Bahkan jadwal biasanya diarrange sebulan sebelum hari H. tidak jarang juga tiba-tiba gagal atau terunda. Ajaibnya acara dadakan ini berhasil terselenggara dengan rasa yang selalu sama. Waktu seakan tak pernah cukup menyediakan tempatnya bagi kami untuk bercerita. I miss you girls. Hope this isn’t be the last. Aamiin.
with Radini |
With Marisa |
Anyway, mungkin perjalanan ini sebagai hadiah bagi persahabatan kami yang telah menginjak
10 tahun di Juni nanti.
Price List
Macaroni Biasa
Small : Rp. 23.000
Medium : Rp. 67.000
Macaroni Special
Small : Rp. 35.000
Medium : Rp. 120.000
Fruit Punch : Rp. 29.000
Lemon Tea : Rp. 15.000
Lasagna Gulung
Ayam : Rp. 83.000
Lasagna Gulung
Beef : Rp. 83.000
Snow Affogato : Rp. 25.000
Nice Ice : Rp. 25.000
Angkot Stasiun
Bogor- Taman Kencana : Rp.4000
0 comments:
Post a Comment