August 29, 2012

Perahu Kertas




Well ini review kedua tentang Perahu Kertas. Sebelumnya, saya pernah membuat review singkat juga tentang Perahu Kertas. Hemm sebenarnya yang sebelumnya itu bukan review, karena lebih banyak menuturkan excited dan perasaan menjadi korban setelah membaca novel karya Dee tersebut.
And then, for this time, I’m not sure I will make review for that movie (again).


Kalau dilihat dari postingan review Perahu Keras (novel), maka sekitar 2 tahun yang lalu saya membacanya. Efeknya suka ngegalau sendiri kalau rindu seseorang dan berharap radar Neptunus bisa menyampaikan, tanpa saya yang harus bicara langsung ke orang itu kalau saya rindu.

Perahu Kertas ingin dibuat film tidak pernah terbayang dalam pikiran saya, tapi berita itu datang dari sahabat saya, Radini sekitar beberapa bulan yang lalau. Bahkan dari akun Facebooknya jugalah kemudian saya melihat teasernya.

Mendengar opening dalam teaser dan opening film itu sendiri cukup membuat saya selalu merinding bahagia. Ajaib, padahal cuma 2 kata. Tapi, sungguh emang ajaib dua kata itu.

“Dear, Neptunus”


And then finally, kemarin saya menonton Film Perahu Kertas. Jujur aja dari awal pas tahu siapa cast yang jadi Kugy agak kecewa karena rasanya terlalu muda aja. Padahal Kugy ini nggak sampe stuck jadi mahasiswa aja tapi beranjak dewasa dan bertemu dalam dunia kerja. Tapi, saat ngeliat aktingnya Maudy Ayunda meranin Kugy rasanya ngalir aja dan nggak kecewa. Aneh dan uniknya ‘dapet’ banget.

Kalau cast yang jadi Keenan sih…hehe no comment deh. Habis dariawal emang udah suka banget sama Adipati, jadi daripada saya komentar subjektif.

Karena sudah hampir 2 tahun yang lalu baca novelnya, jadi tidak semua detailnya saya ingat betul. Hanya beberapa yang benar-benar membekas. Tapi, entah kenapa kok rasanya banyak part yang hilang dari novel itu ya di dalam film atau mungkin hanya urutannya saja yang tidak sesuai dengan novel.
Yang jelas, saya merasa chemistry Kugy dan Keenan kurang dihadirkan saat mereka masih sering bersama dalam geng Pura-Pura Ninja itu. Tahu-tahu, mereka sudah pisah dan sibuk dengan urusan masing-masing.


Terus nih ya, yang sangat saya sayangkan kata-kata favorit  bagi saya yang diungkapkan Ojos di novel tidak dimasukkan dalam script oleh Dee. Yaa emang sih kan nggak mesti sama kata-kata yang di novel ada juga di film tapi gimana dong ya, suka banget sih sama kata-katanya Ojos yang di novel,

“Dari pertama kita jadian, gue selalu berusaha ngejar dunia lo. Tapi lo bukan cuma lari, lo tuh terbang. Dan lo suka lupa, gue masih di Bumi. Kaki gue masih di tanah. Gimana kita bisa terus jalan kalo tempat kita berpijak aja beda”


Lalu, seperti yang pernah saya baca tentang komentar orang lain, maka saya memebenarkan satu hal. Jendral Pilik tidak terlalu disorot di bagian pertama ini. entah ya, bagaimana di bagian kedua nanti. Yang pasti, kejadian yang menimpa Jendral Pilik (yang akan ada di bagian Kedua dalam film) nyaris membuat saya menitikkan air mata saat membaca di novel. Bahkan, salah satu teman SMA saya justru menangis karena akhir kisah hidup si Jendral Pilik itu. Selain itu, menurut saya pribadi, sosok Jendral Pilik nya jauh sekali dari bayangan saya. Saya menggambarkan si Jendral Pilik ini bertubuh tambun diantar teman-temannya, pemberani dan juga tegas.
Tapi sudahlah, setiap orang punya isi kepala yang berbeda dan hasilnyapun pasti berbeda.


Ohya, satu lagi yang membuat saya agak kecewa. Seingat saya, di malam tahun baru itu Keenan sempat menghubungi ponsel Kugy tetapi Kugy terlambat untuk mengangkatnya. Saat Kugy mengirimkan pesan karena tidak mengenal nomor si penelpon, ponsel Keenan justru dimatikan. Rasanya itu bagian yang sangat menyakitkan dan #jleb banget.
Iya, kalau tidak salah ada bagian itu di novel. Tapi saya akan mencoba melihatnya lagi nanti. Hehe.

Satu point yang tidak pernah saya bayangkan adalah, ada bagian yang mengocok perut di ujung cerita. Padahal seingat saya jarang sekali tertawa saat membacanya. Tapi, Hanung Bramantyo dan Dee sanggup mengemas pernikahan Eko dan Noni dengan sangat apik. Lucu banget asli !


Okay, sebenarnya saya bukan pengkririk Film yang baik. Tapi Perhu Kertas ini dari castnya aja bintang-bintang terkenal, soundtracknya menyejukkan hati dan sepertiinya saya harus menunggu hingga Oktober untuk bagian kedua.

Saya pernah ingat kata senior saya, kalau kita tidak mungkin membandingkan antara film dan buku karena itu pasti akan berbeda. Sama halnya dengan kita yang tidak mungkin membandingkan rasa mi dan bakmi.




0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis