Sepekan yang lalu, gue memaksa mata gue untuk terus bertahan menikmati sebuah drama Thailand bergenre romantic comedy. Judulnya Bangkok Traffic Story. Film produksi Thailand yang diproduksi pada October 2009 ini disutradarai Adisorn Tresirikasem
Film ini bercerita tentang seorang wanita berumur 30 tahun yang memiliki karir mapan tetapi belum juga menemukan tambatan hatinya, yaitu Mei Li
Mei Li mengendarai mobil dalam keadaan mabuk setelah menghadiri pesta pernikahan sahabatnya, Ped. Naas, mobilnya menabrak pembatas jalan hingga kaca spionnya terlempar mengenai sekumpulan orang-orang yang sedang makan di warung kaki lima. Itulah saat pertama kali dia bertemu dengan seorang ahli mesin skytrain Bangkok, yaitu Lung.
Mobil Li rusak parah sehingga dia terpaksa pergi ke tempat kerjanya menggunakan skytrain. Hal ini membuat Li menjadi sering bertemu dengan Lung. Mereka bertemu dalam keadaan yang bertolak belakang. Mereka bertemu saat Li baru pulang kerja, sementara Lung baru ingin pergi bekerja.
Li merasa harus melakukan gebrakan dalam lovelifenya, diapun memtuskan untuk bisa mendapatkan Luung.
Suatu hari Li tidak sengaja merusakkan kacamata milik Lung. Sebagai bentuk rasa bersalah, Li membelikan kacamata baru untuk Lung dan menuliskan nomor ponselnya di dalamnya, seperti saran Plem (tetangga Li yang supel dalam bergaul). Li berharap Luung akan menelponnya tetapi cara itu nampaknya tidak berhasil. Luung tidak juga menghubunginya.
Akhirnya Li bersama Plem menunggu Luung di tempat penyewaan dvd yang sering dikunjungi Luung.
Alih-alih ingin membantu temannya bisa mendapatkan nomor ponsel Lung, Plem justru ikutan tertarik dengan Luung dan berhasil mendapatkan nomor ponsel Luung dengan kecerdikannya.
Keesokkan harinya, Plem telah bekerja part time di tempat tersebut agar bisa bertemu dengan Luung. Hal ini tentu saja membuat Li merasa 'gerah' dan kesal. Well, part ini juga buat gue gregetan sama Plem.
Sebagai pembalasan, Li mengirim pesan (sms) ke-3 pacar Plem untuk datang ke tempat part time Plem itu.
Melihat 3 kekasihnya yang datang satu per satu dengan sangat tiba-tiba itu membuat Plem terkejut. 3 orang cowok yang ditigain sama Plem itu akhirnya saling berkelahi. Ini kocak menurut gue, karena salah satunya ada yang langsung jatuh tersungkur nggak bisa bangun. You know why readers? Cowok itu mengenakan celana yang superketat (mungkin kaya celana pensil kalo di Indonesia) sehingga membuatnya harus mengeluarkan berjuta tenaga untuk bergerak.
Dalam keadaan kisruh itu Luung datang, tapi naasnya lagi dia menjadi sasaran cowok-cowok yang bertengkar yang menyebabkan tasnya berisi laptop terlempar dan jatuh tepat di depan kaki Li. Merasa tidak enak, Li membawa laptop itu pada suami Ped untuk diperbaiki, tetapi sayang laptop itu udah nggak bisa bertahan lagi, readers.
Li mengantar tas berisi laptop itu ke kantor Luung, tetapi dia hanya menemukan satpam jaga dan menitipkan pesan. Menurut gue ini bukan pesan, karena kalau pesan itu cukup singkat, padat dan jelas tapi ini memaksa si satpam jaga itu untuk menuliskannya di 1 halaman kertas polio bergaris. Hemm mungkin ini lebih tepat disebut dengan surat wasiat. Ya, dan ternyata itu adalah sebuah lirik lagu Thailand.
Akhirnya lagi, Li justru tertidur di pos satpam itu menunggu Luung yang sedang bekerja. Li minta maaf atas rusaknya laptop Luung tersebut.
Luungpun membuang tas laptop itu di tong sampah dan tanpa sepengetahuannya, Li mengambilnya dari tong sampah dan membawanya pulang dengan sangat bahagia
Di dalam tas itu, Li menemukan negative film yang ternyata merupakan foto Luung dan mantan pacarnya yang merupakan artis terkenal.
Foto-foto mesra Luung dan mantan kekasihnya itu justru terexpose masyarakat luas karena ulah si pencetak foto.
Li merasa bersalah dan meminta maaf—atas terpublishnya foto-foto itu ke masyarakat luas—saat bertemu Luung di Bangkok Skytrain. Ada part dimana gue merasa kagum dengan masyarakat Thailand, yaitu Li dan Luung sama-sama sedang duduk dalam Bangkok Skytrain lalu sekejap berdiri saat mengetahui ada rombongan anak TK bersama gurunya naik. Ini menunjukkan kalau mereka (Li dan Luung) memberikan tempat duduk mereka untuk serombongan anak TK. How care they are !
Rombongan anak TK itu ternyata ingin pergi ke planetarium Bangkok. Dengan iseng, Li mengajak Luung turun untuk sama-sama ke Planetarium Bangkok. Luungpun menyetujuinya. Mereka melihat pameran yang menjelaskan bahwa komet akan segera terlihat. Li berharap bisa melihat komet bersama Luung.
Li hampir saja merayakan Festival Songkran bersama ke-2 orang tua dan neneknya di luar Bangkok kalau saja Luung tidak mengajaknya untuk merayakan bersama.
Festival Songkran adalah perayaan tahun baru masyraakat Thailand, biasanya Bangkok menjadi sepi karena ditinggal masyarakatnya untuk mudik ke kampung halaman bertemu dengan kerabat-kerabatnya. Festival ini juga bisa diartikan menjadi perang air, karena anak-anak memercikkan air ke orang dewasa sebagai tanda meminta berkat lalu pada akhirnya memercikkan air kepada siapa saja.
Li melewatkan perayaan songkran bersama Luung..dan juga Plem yang tiba-tiba ikut. Hal ini lagi-lagi membuat gerah dan kesal Li. Gue juga (lho). Iya tapi serius, Plem itu ganggu banget. Sampai saat Li memutuskan mengajak Luung naik ke mobil rombongan yang sedang melintas untuk menghindari Plem, agar mereka hanya bisa berdua tanpa Plem. Tetapi Pelm masih saja menyusul menggunakan ojek. Gerrrr
Li memutuskan mengakhiri perayaan songkran itu dan pulang ke rumah. Tidak lama kemudian, Li yang mengetahui rumah Lung memilih bertamu ke rumah Luung. Merekapun akhirnya jalan-jalan mengitari Bangkok. Hanya berdua, tanpa Plem. Yess !
Pada perayaan hari keluarga di tempat Luung bekerja, Luung mengajak Li. Li kembali tidak sengaja merusak benda milik Luung, yaitu kamera digital yang di dalamnya berisi foto mereka ber-2.
Di sanalah Li mengetahui kenyataan pahit bahwa Luung akan pergi ke Jerman karena mendapat beasiswa di sana selama 2 tahun.
Hati Li merasa hancur karena harus melepas seseorang yang baru saja klik dengannya. Sehari sebelum keberangkatan Luung ke Jerman, Li nampak galau dan hancur. Dia berjalan-jalan sendirian dengan harapan menenangkan hatinya dan memastikan semua akan baik-baik saja.
Mereka akhirnya benar-benar berpisah di Jembatan Taksin
Percakapan di jembatan itu kurang lebih begini….
Li : Apakah selama ini kau pernah menganggapku lebih dari seorang teman ?
Lung : Aku selalu berharap tidak pernah. Tetapi aku tidak bisa menahannya.
*sigh
Mungkin bosan juga ya baca rangkaian kisah ini tapi entah kenapa gue pengen banget ngeshare film ini buat readers.
Dan bagian ter so sweet buat gue serta terharu biru adalah saat di hari kepergian Luung ke Jerman, dia mengirimkan sebuah kotak kepada Li.
Isinya :
1. Kaca Spion Mobil Li yang kacanya retak
Kata Luung : Kaca ini hampir saja mengenai kepalaku
2. Kaca Mata Luung yang rusak
Kata Luung : Dengan kacamata darimu aku menjadi bisa melihat dunia. Tetapi aku terlalu pengecut untuk menghubungimu meski aku tahu kau memberikan nomor ponselmu.
3. Laptop rusak yang di atasnya terlipat kertas folio bergaris (isinya permintaan maaf yang ternyata lirik lagu Thailand)
Kata Luung : Aku ingin kau menyanyikan lagu ini sampai selesai
3. Tiket Planetarium Bangkok
Kata Luung : Saat kebanyakan pasangan memilih menonton di bisokop dalam kencan pertamanya, kita justru memilih melewatkannya dengan melihat bintang di Planetarium
4. Kamera digital yang rusak
Kata Luung : meski kau tidak sengaja merusaknya, tetapi bukankah kita masih punya memorinya ?
Li langsung melihat isi memori itu lewat laptopnya dan menemukan banyak foto dirinya yang diambil Luung tanpa sepengetahuannya. Juga foto mereka berdua. Air mata Li langsung bercucuran, ia lekas berlari menuju Bandara Suvarnabhumi untuk mengucapkan selamat tinggal pada Luung tetapi sayang pesawat Luung telah lepas landas.
Pada akhirnya mereka tidak dapat menyaksikan komet bersama.
Kenapa part di atas gue bilang sweet ?
Karena Luung adalah cowok yang rapi, yang telaten, yang sabar, yang memerhatikan hal-hal kecil dan dia menyimpan rapi semua benda-benda yang sekilas biasa nan kecil tapi sesungguhnya punya makna yang besar.
Cowok yang memerhatikan konsep pengarsipan. Gue rasa jarang ada yang seperti dia.
Hem sad endingkah?
Belum selesai…
2 tahun kemudian, tepatnya pada sebuah malam mereka bertemu kembali di Bangkok Skytrain dalam keadaan yang bertolak belakang. Dimana Li baru ingin pergi kerja, sementara Luung baru saja selesai rapat dan bergegas pulang.
Pertemuan mereka singkat karena kemudian harus naik Bangkok Skytrain yang arahnya berbeda.
Tiba-tiba di dalam skytrain yang dinaiki Li listriknya mati sehingga skytrain berhenti di tengah jalan. Semua orang panik dan mengabarkan kerabat mereka lewat telpon. Semua orang dalam skytrain, kecuali Li. Honestly, gue sedih juga ngeliat part ini. Kasihan Li.
Sampai akhirnya, ponsel Li berdering dan ternyata dari Luung. Luung mengajak Li merayakan festival songkran bersama kembali. Li pun menyetujuinya. Tidak lama kemudian, listrik kembali menyala dan Luung sudah berada dalam skytrain yang sama dengan Li sambil berkata “Itu nomorku, disimpan ya”
Itu nggak masuk akal menurut gue tapi yaudahlah gue kaget dan bahagia pada part itu.
Gue emang suka sering jadi korban film. Jadi suka benar-benar tergila-gila sama film itu dan memikirkannya terus-terusan atau ngomongin tuh film terus-terusan. Aneh. Lebay. Ya terserahlah. Everyone has different characteristic and its not a mistake.
Melihat Bangkok Traffic Story membuat gue iri dengan Thailand, berharap kota yang gue tinggali juga punya skytrain. Berharapa aktivitas gue selalu menggunakan skytrain, ketemu seseorang yang misterius. #korbanfilm.
Tapi yasudah, nyatanya Pemerintah sudah benar-benar menyerah untuk membangun monorail dan membiarkan menara kegagalan sebagai bukti bahwa awalnya Jakarta hampir punya monorail. Bye
0 comments:
Post a Comment