May 15, 2011

Syukuri dan Hadapi

16 Mei 2011
Coba gue tanya, anak SMA/MA/SMK tahun terakhir manakah yang nggak ketar ketir, deg-deg an, was-was menunggu hari itu.
Kalau gue, jujur aja sangat bergantung dengan hari itu.
Untuk melakukan aktivitas apapun gue bergantung tanggal segitu.
Mau jalan? Mau daftar SNMPTN tulis? Mau cari kebaya dan segala hal buat wisuda 19 Mei, guepun bergantung apa yang terjadi tanggal 16 Mei

Dan…hari ini apa yang terjadi tanggal 16 itu telah terjadi.

Hari ini Pengumuman Hasil Ujian Nasional tingkat SMA sederajat.

Momment-momment pengumuman memang sama kentalnya dengan angkatan sebelumnya. Kita dikumpulkan di lapangan basket dan berbaris sesuai kelas masing-masing, dimana di depannya telah siap wali kelas kami dengan setumpuk amplop hasil UN.
Momment ini udah dua kali gue kenali lewat bidikan-bidikan cantik anak Harmonia (Nama Buletin Sekolah) di halaman Harmonia. Tetapi hari ini, moment itu nggak cuma gue kenali, tetapi gue rasakan. Gue berdiri di tengahnya, dan ada kemungkinan masuk halaman Harmonia (*pdmodeon padahal gue kecil kaya upil mana keliatan)
Ahh sudahlah..gue bukan banci kamera, bodo amat masuk atau nggak, kena jepret atau nggak. Gue cuma takut, khawatir, dan nggak deg-deg an, tapi kata temen gue bibir gue pucat. Gue takut dengan hasil UN gue, gue takut kemungkinan buruk bisa aja terjadi. Astaga !

Sambutan Kepala Sekolah seolah menebalkan semua perasaan campur aduk kami. Antara takut, khawatir, penasaran, bahagia, dan haru. Setelah sambutan KepSek berakhir, kami dipanggil sesuai absent untuk menerima amplop penuh tanya tersebut.
Saat giliran gue…tangan gue seakan gemetar menggenggam bolpoin untuk tanda tangan. Tetapi tenang, tanda tangan gue nggak belepotan. Amplop itu berada di tangan gue disertai jabatan tangan oleh Wali Kelas, yaitu Pak Pupud. Nggak cuma jabatan tangan, tapi ada pembicaraan di situ “Jangan lupa ya, geladi bersih. Jadinya hari Rabu. Perwakilan terbaik dari IPS”.

Mendengar ucapan itu, seharusnya gue bisa berpikiran kalo gue emang LULUS, nggak perlu pasang tampang takut atau apa, tetapi tetep aja. Kita membuat lingkaran XII IPS 2 dengan amplop di tangan masing-masing. Lalu di situlah, tiba-tiba perasaan gue mengharu, mata gue berkaca-kaca, nggak tahu kenapa. Tetapi—entah beruntung atau tidak—air mata gue nggak tumpah. Untuk memastikan kita telah memegang amplop masing-masing, kita diminta mengangkat amplop. Saking semangatnya, ujung amplop gue (tajemkan tuh) sampai mengenai kening Mahe, teman di sebelah gue yang sangat cantik merona itu. Oke Mahe, silahkan Anda berkata kalau gue emang Lebay.

Dalam hitungan mundur KepSek (kalo nggak salah), kita membuka amplop…gue buka amplop sambil berujar “Bismillah” dan gue cuma fokus dengan tulisan berbackground kuning bertuliskan

LULUS


Gue nggak peduli dengan beragam tulisan panjang di atasnya yang menerangkan PerMendiknas—entah pasal berapa. Bahkan, gue juga nggak liat apakah ada nama gue tertera di situ atau nggak, yang gue tahu kertas itu ada di dalam amplop yang ditujukan untuk gue, jadi udah otomatis dong, tuh kertas buat gue.
Lalu gue menuju kertas berikutnya, kertas berisi nilai. Asli itu nilai banyak banget, gue sampe bingung dan baru sadar sekitar 10 detik kemudian, tabel mana yang merupakan nilai UN gue. Setelah digabung dengan Nilai Sekolah, ternyata nilai rata-rata gue (atau ditulisnya nilai akhir) adalah 8,6.

Seketika gue langsung menghambur sujud syukur, mengikuti Mahe.

Dasar manusia, ada persaan aneh yang tercipta dalam hati. Gue ngerasa nggak puas, gue ngerasa biasa aja saat itu juga, ditambah lagi saat mengcompare dengan nilai akhir teman-teman yang lain. Teman sebelah gue, Mahe. Nilainya di atas gue, yaitu 8,7. lalu menghambur Safira bergabung, nilainya lebih waww lagi 8,8. eitss belum berakhir, ternyata Lisa 8,9.


Gue tetap bersyukur, meski perasaan nggak bisa boong kalau gue kecewa sama nilai gue, kecewa sama diri gue. Tetapi gue bersyukur, doa gue seakan terjawab dan salah satu pencapaian gue di 2011 ini tercapai, yaitu : LULUS UN dengan rata-rata 8,5an
Meski cuma lebih 1 poin, gue bahagia, gue senang, gue gembira karena artinya gue punya kesempatan buat ambil formulir di sebuah gedung coklat di bilangan M.H. Thamrin.

Nah, gue mensyukuri semua ini. Allhamdulillahirabbilalamin. Terima kasih Ya Allah, Kau mendengar dan mengabulkan setiap doaku, sujudku, dan jerih payahku.

Maka setelah gue syukuri, gue harus siap menghadapi segala hal yang telah menanti.

0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis