Seriously sulit sekali menemukan kata
pertama untk postingan ini. Mungkin karena sudah terlalu lama berkhianat dari
blog dan asyik dengan segala macam story
(Instagram, WA, bahkan yang terbaru Path) jadi lupa caranya menulis. Well, postingan kali ini sesungguhnya
adalah tentang berbagi foto dari moment perjalanan kick off meeting saya seminggu yang lalu.
Allhamdulillah,
tahun ini berkesempatan mengikuti kick
off meeting bersama tim lain dari Malaysia dan Singapura. Acara bertajuk “In It To Win It” ini bertempat di
Malaysia, tepatnya di Melaka. Rombongan kami (Indonesia) meninggalkan Indonesia
melalui jalur udara Kamis pagi (16 Maret 2017) dan tiba di Kuala Lumpur
International Airport sekitar pukul 9 (waktu Malaysia). Flight di pesawat ± 2 jam.
|
Foto Di Udara |
Selain
pengalaman naik pesawat untuk pertama kalinya, ini juga menjadi pengalaman
pertama bagi saya ke Luar Negeri. Alhasil agak keki saat melewati bagian
imigrasi di Malaysia karena kurang tepat dalam menempelkan sidik jari, sampai
Mak Cik nya jutek dan marah. Efek lainnya adalah jadi ketinggalan untuk ngambil
bagasi.
|
Just Arrived in KLIA with ACA Team Indonesia |
|
(still) with ACA Team Indonesia in KLIA |
|
Salah satu spot penyambutan di KLIA |
Karena
namanya kick off meeting, maka
setelah makan siang dan mengagumi view dari kamar hotel, kami kembali berkumpul
di aula untuk…sebut saja bekerja tapi beda latar. Acara dibuka dengan ice breaking yang menjadikan 3 negara
saling blending. Mulai dari berkumpul
sesuai warna kartu bridge (FYI :
sebelumnya kita diminta untuk mengambil satu kartu bridge), lambang kartu bridge,
nomor kartu. Selain berkumpul dengan kriteria yang ditentukan, kita juga diberi
3 misi. Yang pertama, mengetahui nama orang-orang yang memiliki nomor kartu
yang sama dengan kita. Yang kedua mengetahui apa yang dia kerjakan di kantor
dan yang ketiga adalah mengetahui minuman apa yang diminum pertama kali di pagi
hari.
Setelah
itu, kita diminta untuk saling berkumpul based
on minuman yang diminum pertama kali di pagi hari. Dari beberapa macam
jenis minuman (mineral water, coffee, orange juice, tea), mineral water menjadi
minuman yang banyak diminum. Tidak hanya itu, mineral water banyak mengandung manfaat. Hingga pada akhirnya, kita
berkumpul sesuai divisi. Saya sendiri berada di tim support bersama dengan tim marketing,
operation & finance, dan inside sales. Ice breaking masih dilanjutkan dengan mengirimkan delegasi untuk
setiap hint yang ada, seperti the shortest, longest, greatest, biggest
dan lain-lain. Acara selanjutnya adalah mendengarkan presentasi dari country manager masing-masing Negara,
juga Regional Excecutive Director.
Jangan tanya jam berapa tepatnya acara itu selesai, karena meski dikatakan
sudah larut sore, matahari di Melaka masih eksis di langit. Terbukti dengan
pukul 7.30 tetapi kami mengiranya masih pukul 5.30 sore.
|
Icebreaking part 'The Smallest' with ACA Group |
Dinner
malam itu ditiadakan di Quayside Hotel (tempat kami menginap). Kami diberi uang
per tim untuk dapat digunakan dinner
dan acara untuk esok hari. Alhasil, kami mencari makan bersama sambil
jalan-jalan di sekitaran Melaka. Tim kami berjumlah 8 orang, terdiri dari 3
orang Indonesia ( saya, Mba Ria, dan Mas Rio), 3 orang Singapura (Shang, Kala
dan Jade), dan 2 orang Malaysia (Siti dan Mariam). Beruntungnya, tim dari Singapura
sangat menghormati kalau kami tidak makan babi, sehingga kami rela jalan
lumayan jauh untuk mencari street food
yang tidak mengandung babi. Akhirnya kami berlabuh di street food India. Saya sendiri memesan nasi goreng pattaya chicken
dan teh tarik.
|
Dinner with Red Team |
Karena masih penasaran, pasca dinner itu saya dan Mba Ria memutuskan untuk berjalan-jalan di
sekitar Melaka Riverside hingga pukul 10.30 malam. Dari hasil perjalanan kami,
dapat dsimpulkan kalau Melaka ini dulunya adalah pelabuhan. Berikut foto-foto
kami.
|
Salah satu jalanan yang ada di Malaka |
|
Entah ini Museum atau toko (yang pasti udah tutup karena sudah larut) |
Pada Jumat, 17 Maret 2017, matahari seakan masih
mengumpat meski jam sudah menunjukkan pukul 7.30. tapi memang begitu adanya di
Malaysia ternyata. Perbedaan waktu yang satu jam lebih cepat dari Indonesia
menghadirkan Matahari yang lebih bertahan lama dan eksis. Apakah mungkin karena
berada dekat dengan garis khatulistiwa ? Entahlah.
|
View dari Kamar Hotel |
|
I Love This Spot |
Yang
pasti acara hari kedua di part
pertama adalah sesi curhat (jika boleh disebut demikian) untuk support team (minus marketing) sementara
untuk sales adalah mendengarkan
presentasi vendor. Nah kedua agenda yang berlangsung bersamaan ini bertempat di
dalam ruangannya. Jadi cukup aman dengan terik mataharinya.
|
with Support Team ACA Group |
Setelah
sesi menumpahkan what we have to started,
stopped and continued serta brainstorming
(semuanya terkait dengan hal yang kita kerjakan di kantor), acara dilanjutkan
dengan Amazing Race (jika boleh
disebut begitu) sesuai tim dinner
semalam. Meski matahari bersinar terik di jam 3 sore, kita diberi misi untuk
mengunjungi tempat-tempat yang ditentukan dan mengambil foto di tempat
tersebut. Tidak hanya itu saja, kita juga diharuskan membuat mannequin challenge di salah satu
tempatnya.
Tempat-tempat
yang dituju berada di seputaran Jonker Street dan daerah Melaka ini memang
dikelilingi oleh berbagai museum. By the
way, Jonker Street ini ternyata adalah jalanan yang saya kelilingi di malam
sebelumnya bersama Mba Ria. Ternyata Jonker Street memang ramai di siang hari
dengan berbagai macam barang-barang khas Melaka, maupun makanan &
minumannya.
Tempat
terakhir yang kami kunjungi adalah San
Shu Gong Shop. Tempat ini terkenal dengan cendol duriannya yang sangat
segar dan kemasannya juga cukup menarik. Meski sebenarnya toko ini juga menjual benda-benda, seperti boneka dan pajangan. Setelahnya, kami kembali ke hotel
untuk mempersiapkan dinner nanti
malam.
|
Last Destination : Makan Cendol Durian di San Shu Gong |
|
Salah satu spot di San Shu Gong |
|
Dodol San Shu Gong |
|
Cendol Durian dengan Kemasan yang Kreatif |
|
Suasana di San Shu Gong Shop |
Dinner yang disertai mannequin challenge itu jika diselingi
dengan games layaknya permainan kasino.
Oke, yang ini sesungguhnya bingung cara mainnya di part awal. Tetapi, berakhirnya dinner
maka berakhir sudah acara kick off
meeting In It To Win It ini. Kita sudah free
agenda hingga checkout jam 12 siang
di esok Sabtunya.
Maka
sebelum benar-benar meninggalkan Melaka, saya Mba Ria, Pak Kevin dan Nci Tifanny
memutuskan untuk pergi mengunjungi Museum Samudera yang berlokasi tidak jauh
dari hotel kami. Cukup jalan kaki 5 menit. Museum yang berada di dalam replika
kapal ini mematok harga RM 10 untuk foreigners
dan RM 5 untuk orang penduduk Malaysia dengan ID Card tentunya.
Pengunjung
di Melaka sendiri
mostly adalah turis
China. Yang unik adalah saya dan Mba Ria sempat diajak berfoto oleh salah satu
rombongan turis. Mungkin mereka menganggap kami adalah penuduk asli Melaka atau
Malaysia. Hehehe.
|
Apakah kita nampak seperti turis? Tetapi yang kiri bukan turis sih hehe |
|
view dari atas kapal yang eyegasm |
|
Ladies time |
|
Selfie bareng Pak Kevin |
Yang
keren dari Museum ini adalah bagaimana mereka menjelaskan sejarah di setiap
gambar yang ada dengan memadukan teknologi. Scan
QR Code nya bisa mengantarkan ke audio. Jadi, jika ingin tahu bagaimana
cerita yang tersirat di baliknya, kita cukup scan QR codenya menggunakan device yang kita miliki dan mendengarnya
langsung melalui device kita. Meski
ada juga penyewaan untuk headphonenya,
jika pegunjung tidak membawa headset
dan sejenisnya. Hal ini yang saya rasa belum ada di museum-museum yang berada
di Indonesia.
Kalau
untuk isi dari museum, koleksi kapalnya cukup keren sih. Tapi saya percaya,
kalau Indonesia punya koleksi lebih keren dari yang ada di Melaka. Maka dari
itu, saya rasa saya harus benar-benar segera ke Museum Bahari untuk
memastikannya. Hehe. Beberapa foto dari koleksi Museum Samudera.
|
Mata Uang yang digunakan pada zamannya |
|
Model Kapal Portugis |
|
Salah satu lorong di Museum Samudera |
|
Alfonso D'Alburquque |
|
Salah satu Lorong di Museum Salmudera 2 |
Setelah
selesai dari Museum Samudera, saya dan Mba Ria berkeliling sebentar di pusat
oleh-oleh Melaka. Honestly, nggak ada
barang-barang yang bersifat khas. I mean,
banyak yang bisa kita temui di Indonesia. Terkecuali tas owl yang rasanya happening
di Malaysia. Akhirnya, kami memutuskan untuk membeli ransel owl.
And here is it, our journey in Malacca for
almost 3 days. Thanks to my office,
who brought me to the first abroad experience. And all the ‘support team’ who
took the moment.
|
Last Selfie with ACA Team Indonesia while waiting the bus |
NB : Tapi, masih ada cerita
perjalanan di KL, karena saya dan Mba Ria memutuskan untuk extend satu malam. Tunggu ceritanya di postingan selanjutnya ya.
Terima kasih sudah
membaca sampai akhir.
Koleksi foto lainnya
|
with Rorey (Country Manager Thai) and Pak Richard (Operation Sin) |
|
with ACA Sin and Malaysia Team |
|
with the greatest experiences people (Jade and Terrina) |
|
with Malaysia Team (Siti and Mariyam) |
|
with the nice Malaysia Team (Siti and Mariyam) yang membantu kami mentranslate bahasa melayu |
0 comments:
Post a Comment