Kereta
tujuan Bogor pada pukul 11.00 itu nampak ramai dan penuh. Jika mengingat
kembali, setahun lalu kami ke Bogor (Baca di sini) rasanya kereta tak sesesak
kali ini. Kesesakan itu belum berakhir, Stasiun Bogor pukul 12.00 juga ramai
bukan main. Dan rasanya sebagian besar dari kami memiliki tujuan yang sama,
yaitu Kebun Raya Bogor (Bogor Botanical Garden).
Dari
Stasiun Bogor, kami (dengan personil yang sama saat ke Bogor tahun lalu) naik
angkot nomor 02 dan turun di pintu masuk 3. Perjalanan angkot dari stasiun
Bogor ke Pintu masuk 3 juga tidak terlalu lama. Sekitar 5-10 menit. Selama
perjalanan kami melewati rusa yang sedang bermain di halaman istana dan
beberapa mendekat ke pagar-pagar untuk makan wortel dari pengunjung di luar.
Sayang tidak ada dokumentasinya heehe.
Pintu Masuk 3 Kebun Raya Bogor
|
Kami
langsung membeli tiket masuk dan tidak lupa mengabadikan peta sebagai petunjuk
meski kami tidak punya tujuan spesifik ingin kemana. Kalau saya pribadi, tentu
saja ingin berkunjung ke Makam Adriana di Komplek Pemakaman Belanda yang ada di
dalam Kebun Raya Bogor. Sementara Marisa, ingin lihat bunga bangkai. Kalau
dilihat lagi ternyata bunga bangkai dan Kuburan Belanda tidak terlalu jauh,
jadi kami memutuskan untuk ke sana dengan bantuan peta yang sudah difoto di
ponsel.
Peta Kebun Raya Bogor
|
Sungai yang mengalir di Kebun Raya Bogor |
Kebun
Raya hari itu cukup ramai, tetapi percayalah kita masih bisa bernafas tanpa
batas karena oksigen yang dihadirkan dari berbagai koleksi tumbuhan yang
rindang di dalam Kebun Raya. Spot pertama yang kami lewati adalah Taman
Meksiko. Taman ini cukup ramai, karena banyak orang-orang yang mengambil foto
dengan latar kolam air mancur dan bunga teratai. Taman ini cukup indah dengan rumput-rumputnya
yang asyik buat tiduran atau piknik.
Pohon - Pohon rindang yang menyambut kami |
Taman Meksiko |
Kami
juga mengabadikan beberapa gambar di Taman Meksiko dengan susah payah menahan
silau sinar Matahari saat itu. Setelahnya, kami melanjutkan perjalanan ditemani
orang yang berlalu lalang bersepeda ataupun mobil safari yang menghadirkan
banyak pertanyaan “bisakah kami naik juga?”
Selfie di Taman Meksiko menahan sinar matahari |
Kebun
Raya Bogor yang juga terkenal dengan jembatan merah gantungnya ramai dengan
orang-orang. Karena itu, kami memutuskan untuk hanya melewatinya dan berjalan
terus menyusuri jalanan. Di dalam kebun raya banyak ditemui pedagang di setiap
beberapa spot. Umumnya mereka adalah penjual minuman, makanan berupa nasi
kuning/nasi goreng, dan es krim.
Jembatan Gantung dari kejauhan |
As an ice cream lovers, saya sempat beli
es krim coklat durian yang satu scoopnya
dihargai Rp. 3.000 tapi naas es krimnya keburu jatuh sebelum saya coba. Jangan
tanya bagaimana hal itu bisa terjadi karena saya sendiri pun lupa bagaimana
detailnya. Tiba-tiba langsung meluncur dari tangan saya sebelum berjumpa dengan
lidah saya. Kejadian yang sungguh tragis kalau diingat. Sekaligus lucu sih
sesungguhnya.
Anyway, ternyata di dalam Kebun Raya
Bogor ini nggak cuma ada kuburan Belanda tetapi ada makam pribumi lain. Saat
kami lewat, ada beberapa orang yang melakukan ziarah di dalamnya. Perjalanan
kami yang rasanya santai justru mengantarkan kami pada ketersesatan. Semakin
tidak tahu arah hingga akhirnya kami improve
melewati tangga setapak yang cukup curam. Setelah sempat khawatir bahwa jalanan
setapak itu bukan jalan umum dan resmi, nyatanya kami kembali pada jalan utama
yang justru menghubungkan kami kembali ke pintu masuk 3.
Makam Pribumi yang dikunjungi peziarah |
Selfie background jalan setapak yang membuat berputar |
Tanpa
air yang cukup, snack apalagi makanan
berat, maka energi kami rasanya semakin terkuras tatkala menemukan kenyataan
kami hanya berputar di area yang sama. Akhirnya kami memutuskan untuk
beristirahat di rumput hijau yang terhampar di hadapan kami.
Selfie kelelahan di rumput hijau |
Selfie kelelahan di rumput hijua (2) |
Peristirahatan
kami di rumput hijau itu ternyata menyisakan cerita. Dua orang gadis dari
Sekolah Bersama datang dan menjelaskan program mereka mendirikan sekolah
bersama untuk anak jalanan. Sekolah Bersama sebenarnya bagian dari program yang
digagas oleh Green Indonesia Foundation.
Penggalangan dana melalui ‘jemput bola’ di keramaian ini menurut saya cukup
menarik. Mereka menjual kipas lipat seharga Rp. 30.000 atau kita bisa juga
berdonasi sukarela. At least,
jalan-jalan kita sekaligus berderma.
Sekolah Bersama |
Melalui
mereka juga, kami baru tahu kalau ada penyewaan sepeda dan mobil safari
keliling di kebun raya bogor yang stand
nya berada di pintu masuk utama. Kami pun melanjutkan perjalanan untuk menuju
pintu utama agar dapat naik mobil tersebut. Sesampainya di pintu utama, kami
harus menelan pahit karena pendaftaran untuk naik mobil safari itu sudah
ditutup. Saat itu pukul 14.30 dan pengunjung yang ingin naik sudah sangat
membludak. Mungkin karena hal itulah pendaftaran ditutup.
Kami
sudah patah arang dan memutuskan untuk keluar dari Kebun Raya dan mencari
tempat makan. Berdasarkan rekomendasi, kami menuju Gumati Café dengan berjalan
kaki. Dari pintu utama Kebun Raya Bogor, Jarak Gumati Café mungkin sekitar 1
km. Terletak di Jl. Paledang No.26, Bogor.
Suasana di Gumati Cafe |
Gumati
Café & Resto ini menawarkan menu lengkap, dari pasta hingga makanan sunda.
Tidak hanya itu saja, suasana yang ditawarkan juga lumayan asyik karena
menghantarkan pemandangan yang ciamik kalau dinikmati malam hari. Café &
Resto ini memiliki 2 lantai dan kami memilih lantai 1. Pemandangan dari lantai
1 juga bagus banget..sayang nggak foto pemandangan dari lantai 2.
Kolam
renang—yang sepertinya tidak diperuntukkan untuk berenang—yang terletak di
lantai 1 cukup membuat tenang. Ditambah lagi dengan sofa biru yang asyik buat
leyeh-leyeh setelah jalan nyasar di Kebun Raya. Oh dan ya, ada Musollanya juga.
Meski saya nggak menggunakannya saat itu, tapi terlihat nyaman karena private. And that was our half day in Bogor.
Menikmati menu dan melepas lelah di Gumati Cafe |
Moment
ini sungguh membuat saya ingin mengutip perkataan Rangga—dalam AADC 2 saat
berada di atas Gereja Ayam, “ini baru
Travelling.” Tanpa rencana dan menikmati proses yang terjadi di dalamnya.
Menu di Gumati Cafe |
Price List :
Kebun Raya Bogor
Tiket masuk Kebun Raya
Bogor : Rp. 14.000 (sudah termasuk masuk Museum Zoologi)
Mobil Safari : Rp. 15.000
Gumati Café
Nasi Timbel Komplit : Rp. 40.000
Nasi Uduk : Rp.
40.000
Nasi Goreng Gumati : Rp. 38.000
Es Biru Laut : Rp.
18.000
Gumati Punch : Rp. 20.000
Tax :
15%
Monumen Lady Raffles |
Monumen Lady Raffles |
Wisata Sepeda |
Monumen Kelapa Sawit |
Salah satu spot di Gumati Cafe |
0 comments:
Post a Comment