Beberapa tahun terakhir ke belakang, 13 Februari adalah hari yang sangat saya
tunggu. Bahkan saat kalender telah membuka ke bulan Februari, maka saya
layaknya seorang anak yang telah menunggu rapi di depan beranda rumah untuk
menyambut ayah yang pulang membawa hadiah. Ya, seperti itulah saya menunggu
tanggal 13 di bulan Februari. Lalu akan sangat bersedih saat jarum jam melewati
angka 12 di tengah malam meninggalkan 13 Februari. Tetapi untuk tahun ini,
dengan sangat berat hati, saya tak lagi menunggunya. Tak lagi penasaran siapa
yang akan datang meminta saya untuk meniup lilin atau siapa yang menjadi orang
pertama dan terakhir mengantarkan kata ‘selamat’ pada saya.
Saya bahkan setengah sadar saat menemui kalender Februari sudah memasuki
awal minggu kedua. Saya ingin berlari mundur ke hari pertama di bulan Januari. Saya
ingin mengulang bulan Januari kemarin yang entah kenapa seakan terskip begitu saja. Manusia merugi, sebut
saja saya begitu karena mungkin memang benar adanya. Apakah di bulan Januari
kemarin saya sedang bermimpi hingga lupa terbangun dan sadar telah berada di
tengah Februari ini. Ataukah saya terlalu terlarut dengan pikiran yang membebani
diri sendiri tanpa mampu saya bagi—yang orang modern menyebutnya dengan kata stress.
Sungguh memalukan dan tak patut dicontoh.
Meluapkan pikiran ini juga tidak akan membawa saya kembali pada Januari. Tidak
juga membuat waktu berjalan pelan menuju 13 Februari. Menulis seperti ini juga
bukan meminta perhatian Anda atau siapapun yang mencari topik pembicaraan atau sok perhatian namun terlambat. Menulis seperti
ini hanya bagian dari menyambut Februari di postingan blog ini. Dan menulis
seperti ini adalah bentuk pertemuan saya dengan blog ini karena cukup lama
berpaling dengan media sosial yang lain.
Terima kasih sudah mau membaca hingga akhir .
8 Februari 2015
11.22 A.M
Backsong : Konayuki – Remioromen
Ps : Tolong jangan dibahas !
*Tulisan ini dibuat oleh seorang
pengkhianat deadline dalam waktunya yang sempit mengejar deadline
0 comments:
Post a Comment