Kelak kaukan menjalani hidupmu sendiri
Melukai kenangan yang tlah kita lalui
(Seandainya –
Vierra)
Setiap mendengarkan lagu itu, saya selalu teringat dengan guru Bahasa
Indonesia saya ketika duduk di SMA. Beliau pernah bilang kalau nantinya kita
semua akan benar-benar hidup sendiri. Pertemanan itu tidak akan ada yang abadi,
karena setiap individu akan mencari kehidupannya sendiri. Ya, hati manusia
siapa yang tahu dan karena hati manusia paling sulit ditebak.
Coba renungkan dalam-dalam, siapa teman paling dekatmu di 3 atau 5 tahun
lalu atau bahkan 1 tahun lalu ? teman yang selalu jadi curahan semua
rutinitasmu, yang hampir setiap hari tak
pernah absen mendiskusikan ini itu. Kemudian apakah orang itu masih ada di
dekat kamu saat ini dan tetap menjadi sosok yang sama ? yang selalu jadi teman
diskusi dan teman ngobrol ini itu dalam intensitas yang tidak berubah seperti
sebelumnya ? apakah orang itu masih memiliki fungsi yang sama bagimu, readers ? kalau iya, maka selamat.
Karena kamu orang yang beruntung masih bisa mempertahankan hal itu.
Tapi, saya percaya kalau di luar sana banyak yang memiliki cerita
sebaliknya. Punya teman SMA yang begitu akrab dan hampir setiap hari diskusi
ini itu, tapi setelah lulus dan pisah kampus, komunikasi mulai tersendat.
Hingga akhirnya hanya berbasa basi dan bertemu di kala libur semester dan buka
puasa bersama. Moment – moment ceria yang menutupi jiwa kelabu yang mungkin
ada. Semuanya jadi asing, karena komunikasi jadi
canggung yang berakhir ‘gak nyambung’.
Waktu memang ajaib ya readers.
Dia seolah asisten Tuhan yang punya kekuasaan menciptakan moment indah tapi
kemudian memutarbalikkan. Seperti kamu yang hampir setiap hari tertawa bersama
temanmu tetapi tahun berikutnya saling tatap pun tidak. Membalas pesannya juga
sudah mulai menunda-nunda. Penyebabnya apa ya ?
Waktu. Iya, waktu yang menciptakan moment dan peristiwa baru yang mungkin
berbeda. Yang tidak lagi melibatkan kamu dan temanmu saling terkait, makanya komunikasi tidak ada lagi karena
tidak ada hal yang menyatukan kalian. Tidak ada hal yang sama yang menjadi
perekat bagi kalian. Itu jawabannya versi saya.
Solusinya ? Saya tidak punya solusi pasti, karena waktu terus berjalan
dan memberikan kejutan. Ingat, kejutan itu tidak selalu manis, dia bisa saja
tragis. Seperti kamu yang kemarin bersamanya sambil tertawa terguling-guling,
lalu esok harinya hanya bisa tersenyum miring setiap mendengar namanya.
Ajaib ya, Sang Waktu. Jadi, pada akhirnya kita akan hidup sendiri ?
Tapi, benarkah pertemanan itu tidak ada yang abadi ?
Kembali kepada kalian, readers
Terima kasih atas waktunya
Ps : saya rindu
kalian, teman.
2 comments:
bahkan setiap pertemanan memerlukan waktu untuk sekedar mengoreksi. Bukan, bukan hanya sekedar mengoreksi tapi juga menilai betapa indahnya pertemana saat itu
bahkan setiap pertemanan memerlukan waktu untuk sekedar mengoreksi. Bukan, bukan hanya sekedar mengoreksi tapi juga menilai betapa indahnya pertemana saat itu
Post a Comment