September 26, 2012

Sederhana, Dear




Hampir 6 bulan berlalu, setelah kamu tidak pernah bertanya ‘kenapa’. Satu kata tanya itu ternyata menyebalkan ya? Kalau kita menggunakannya di masa ini, maka kita akan mendapat jawaban yang cukup klise dan tak kalah menyebalkan, yaitu “Ih kepo banget sih”.
Tapi, tanya ‘kenapa’ itu tidak akan kubalas dengan “ih kepo banget sih” jika kamu yang bertanya di 6 bulan yang lalu.
6 bulan ya, dear. Hampir setengah tahun. Semuanya singkat, sesingkat pesan yang kukirim dan kamu balas. Sesingkat proses kita mengakhiri segalanya. Aku juga tidak mengerti mengapa menuliskan ini. Jujur, ini tanpa latar belakang ataupun perencanaan dalam kerangka pikirku. Ini berbeda dengan segala tulisan rinduku untukmu yang sengaja kusiapkan hanya untuk kamu.
Lalu, kenapa? Aku juga tidak tahu. Bukan berarti aku masih menginginkanmu dan mengharapkanmu. Tidak. Tidak sama sekali, dear. Kita saling lepas dan kuyakin telah sama-sama bahagia. Bahagia itu tidak mesti dengan orang baru, bukan?
Bahagia itu sederhana. Kamu bisa bahagia karena dirimu sendiri. Ya, karena kamu dan Dia. Lalu, terciptalah bahagia. Sederhana seandainya kita bisa lebih bersyukur dalam menjalani kehidupan.
Jadi, seperti ini, dear....aku belum tidur. Bukan terkena insomnia atau apa. Hanya belum mencoba tidur dan ingin menulis. Dan kamu selalu menjadi objek tulisanku. Bagaikan bercerita padamu dan kamu mendengarnya. Seperti 6 bulan yang lalu, saat kamu selalu mendengarkan ceritaku lewat sambungan telpon. Mungkin kita harus berterima kasih kepada Tuhan yang telah menciptakan seorang Alexander Graham Bell.
Baiklah, aku tidak ingin berlarut-larut. Cukup malam yag telah larut. Menuliskan kenangan itu sangat menyenangkan. Kalau dulu menuliskan kenangan tentangmu rasanya pilu. Maka, saat ini tidak lagi.
Yang masih kukenang dan kutertawakan sendiri adalah saat kamu mendongengkan jalan cerita SAW 3 lewat telpon padaku. Aku terlalu pengecut untuk menonton film itu. Berbagai tumpahan darah dan adegan yang hanya bikin ngilu membuatku tak menyelesaikan film itu. Maka itu, kamu menceritakannya padaku. Dari bibirmu, langsung ke telingaku. Anehnya, cerita yang mengalir dari bibirmu tak lagi membuatku takut, ngilu atau apapun itu. Yang ada hanya satu, aku bagaikan didongengkan oleh kamu. Aneh untuk segelintir atau bahkan banyak orang. Tetapi itulah kita. Hubungan kita nampak abnormal, jika orang awam tahu yang sebenarnya.
Nah, itu yang membuatku selalu tertawa sendirian setiap mengingatnya. Yang selanjutnya adalah saat aku merasa rindu kepada kamu. Jawabannya dalah main game sama kamu di tengah malam. Game yang hanya aku, kamu dan sepupuku yang tahu. Game tengah malam yang secara tidak sadar membuat aku lebih kenal kamu. Lebih tahu kamu.
Tapi, itu 6 bulan yang lalu. Sekali lagi ya, dear. Aku sama sekali nggak punya maksud apapun karena aku suka sekali menulis. Dan menuliskan tentang kamu ataupun kenangan kita adalah tulisan yang mengalir dari hati, tanpa perlu pemikiran yang keras.
Terima kasih, dear. Happy life for us  


00.44 am


0 comments:

© My Words My World 2012 | Blogger Template by Enny Law - Ngetik Dot Com - Nulis